Banyak yang terkagum-kagum pada penampakan alam sejak kehadiran Covid-19 di muka bumi ini. Penyebabnya, karena aktivitas manusia hampir semua dipaksa berhenti. Mesin pabrik menurunkan produktivitasnya, kendaraan pribadi terparkir di garasi, transportasi masal mengurangi rute operasinya, bahkan manusia dilarang berinteraksi dalam jarak dekat. Semua dipaksa berdiam diri di rumah.
Indah di mata, memang. Langit membiru alami, sungai mengalir bening, pepohonan tumbuh tanpa takut gangguan tangan iseng, dan hewan-hewan berkejaran riang. Andaikan di hutan, pasti kerasa banget damainya dikelilingi udara bersih dan merdunya suara daun dan ranting yang tertiup semilir angin.
Ternyata, timbul keresahan di balik semua pesona alam itu. Ada kelompok yang membutuhkan hadirnya manusia lain bersamanya. Mereka adalah hutan dan komunitas penjaga hutan yang memastikan kehidupan di dalamnya tumbuh lestari demi memenuhi kebutuhan vital manusia.
Mereka butuh peran serta masyarakat. Para penjaga hutan tidak mengharapkan bantuan tenaga yang menggantikan tugas mereka berpatroli mengawas hutan dan memastikan kearifan lokal tetap terjaga. Tidak.
Mereka justru ingin tetap bekerja menjaga hutan. Kita bisa mendukung mereka dari rumah. Kita bantu mereka dengan aksi adopsi hutan.
Table of Contents
Apa itu adopsi hutan?
Adopsi hutan adalah gerakan gotong royong menjaga hutan yang masih ada, mulai dari pohon tegaknya, hewannya, flora eksotisnya, serta keanekaragaman hayati lain di dalamnya. Melalui adopsi hutan, siapa pun di mana pun bisa terhubung langsung dengan ekosistem hutan beserta para penjaganya.
Tidak bisa langsung, ya melalui tangan-tangan warga setempat. Mereka lebih paham tentang hutan dan isinya. Kita libatkan diri dengan cara berdonasi untuk membiayai kegiatan patroli hutan, memberi modal usaha produksi hasil hutan non-kayu, serta penyediaan fasilitas kesehatan warga lokal.
Gerakan adopsi hutan adalah wujud kepedulian kita sebagai komunitas nonlingkungan. Kita beri memotivasi para penjaga hutan agar tak lelah menjalankan tugas dan perannya. Secara tak langsung, keterlibatan kita ini adalah ungkapan syukur atas apa yang telah diberikan hutan: air, oksigen, keaneragaman hayati, sumber pangan, ilmu pengetahuan, dan juga sosial budaya.
Sasaran adopsi hutan
Saat ini, ada 4 lembaga masyarakat yang akan dibantu melalui adopsi hutan. Lembaga-lembaga ini aktif menyuarakan kepeduliannya atas hutan dan aktivitas makhluk hidup di sekitarnya. Mereka tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, yaitu:
- Forum Konservasi Leuser dan Yayasan HAkA di Aceh;
- Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) WARSI di Sumatra Barat, Jambi, dan Bengkulu;
- Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) di Kalimatan Barat;
- PROFAUNA Indonesia di Kalimantan Timur dan Jawa Timur.
Aah, ada Bengkulu. Kampung halaman saya. Tentunya saya terpanggil dan dengan senang hati melakukan adopsi hutan demi meringankan kerja orang-orang bermanfaat itu.
Cara adopsi hutan
Bagi teman-teman yang juga ingin berpartisipasi melakukan adopsi hutan, bisa melalui kitabisa.com. Aksi ini merupakan bentuk perayaan Hari Hutan Indonesia 2020 yang diadakan setiap 7 Agustus. Tahun ini adalah tahun pertama diperingatinya Hari Hutan Indonesia. Jadi ini momentum untuk kita semua.
Link donasi bisa juga diakses via laman situsnya harihutan.id. Nanti ada menu Adopsi Hutan, dan kotak untuk berdonasi. Teman-teman bisa memilih nominal donasi dan metode pembayarannya.
Adopsi hutan demi kelestarian hutan Indonesia
Hutan adalah kebanggaan kita sebagai bangsa. Luas hutan Indonesia adalah yang ketiga terbesar di dunia. Tapi ini jangan cuma jadi kebanggaan lewat kata-kata. Tunjukan rasa syukur dengan cara memelihara keberadaannya.
Hutan yang ada sekarang bukan milik kita. Hutan itu milik generasi penerus kita. Mari sama-sama kita rawat dan lestarikan untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Saya jadi ingat perjalanan memasuki hutan di Kalimantan. Waktu itu saya mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting untuk melihat orangutan di pusat rehabilitasi orangutan. Ada tiga camp yang didatangi. Setiap tempat terpisah jarak yang harus ditempuh dengan kelotok, bahasa setempat untuk menyebut kapal kayu.
Sepanjang menyusuri Sungai Sekonyer, saya disuguhi pemandangan alam taman nasional yang kaya keanekaragaman hayati endemik. Untuk pertama kalinya saya melihat monyet ekor panjang dan bekantan, bukan dalam wujud maskot taman hiburan di Jakarta. Saya terpukau melihat orangutan bergerak lincah dari satu dahan ke dahan lain.
Ketika masuk hutan menuju pusat rehabiltasi orangutan, di tengah jalan saya berpapasan dengan banyak tanaman yang dulunya cuma dilihat di televisi dan buku biologi. Saya menyentuh kantung semar yang tumbuh di tanah dan melihat yang tumbuh bergelantungan di pohon. Jamur dan serangga pun terlihat photogenic di sana.
Pemandu saya adalah warga asli yang juga pencinta burung. Dia hapal jenis-jenis burung hanya dari mendengar cuitannya. Dia bahkan bisa melihat burung kecil hinggap di cabang pohon yang tinggi, sementara saya kesulitan menemukan wujudnya. Katanya dia pernah menemani fotografer asing yang khusus datang hanya untuk memotret burung.
Kami banyak ngobrol tentang kehidupan di taman nasional ini. Mereka yang bekerja sebagai pemandu, awak kapal, ranger, atau sekadar berdagang makanan, sadar bahwa mereka tinggal di kawasan penting yang dilindungi undang-undang.
Ada cagar alam yang tak bisa dijamah sembarang orang, tapi juga ada koridor-koridor yang boleh mereka manfaatkan semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, salah satunya melalui kegiatan pariwisata. Kehadiran kami, wisatawan, sangat penting bagi mereka.
Waktu terasa berhenti. Saya yang mengambil paket perjalanan 3 hari 2 malam tidak ada keluhan soal sinyal hilang. Dikelilingi hutan belantara, suara hewan malam terdengar merdu, meskipun bisa saja ada buaya lewat dan menyerempet kapal kami. Ribuan kunang-kunang dan taburan bintang terlihat terang di tengah kegelapan malam. Andaikan tidak harus kembali untuk bekerja.
Memang, baru segelintir keindahan hutan Indonesia yang saya nikmati. Tapi itu cukup menyadarkan saya akan potensi besarnya. Hutan adalah sumber kehidupan yang wajib ada terus sampai akhir zaman. Adopsi hutan adalah salah satu cara untuk melestarikannya.