ASUS ZenBook 13 UX331UAL, Traveling Bawa Laptop bukan lagi Wacana

Bawa laptop, nggak, yaaa?

Saya bertanya pada diri sendiri setiap ada perintah dinas keluar kota. Meskipun tergolong mbak-mbak kantoran, saya nggak betah bergaya seperti mereka yang dandan rapi nenteng tas dan gerek koper saat bepergian. Pinginnya ringkas tanpa apapun di tangan. Itu sebabnya saya selalu gendong ransel, baik ke kantor sehari-hari maupun saat keluar kota.

Mending ngebebani punggung daripada ngasih tugas ke tangan untuk memegangi tas. Ribet, menurut saya. Kalaupun misalnya terpaksa ada yang dipegang, saya pastikan itu sangat ringan, dan seandainya ketinggalan di mana, saya tidak akan terlalu panik kehilangan. Maklum, penyakit teledor ini susah banget musnahnya.

Alhasil, entah itu traveling dengan rekan kerja atau traveling biaya sendiri, tas punggung adalah bawaan saya. Mending, sekarang saya sudah punya ransel yang lumayan pas dibawa ke berbagai jenis acara. Sebelumnya, saya menggendong ransel ala anak gunung. Cuma punya satu itu, soalnya.

“Mau, kemana, Nda? Naik gunung?” kata bos begitu melihat tas saya. Saat itu kami sedang berkumpul di gedung bandara sambil menunggu teman yang lain ke toilet.

Saya cuma nyengir sembari melirik gagang koper yang ada di tangannya. Saya tinggalkan dia dengan berjalan santai dan menggoyang-goyangkan kedua tangan. I am free…

Pintar packing

Karena senangnya pelesiran dengan satu tas di punggung, konsekuensinya saya harus pintar-pintar packing. Bawa barang seperlunya saja. Kalau jalan seminggu, ya, nggak perlu membawa tujuh setel pakaian.

Tekniknya, yang penting bisa dipadu-padankan antara atasan dan bawahan. Saya, sih, sudah biasa ngetrip bawa deterjen buat nyuci baju. Terus, sabun cair dan sampo dipindahkan ke botol kecil. Handuk yang bahan khusus untuk traveling karena tipis dan mudah kering. Lalu dalaman, selain yang bersih, bawa juga yang sekali pakai atau yang sudah mau dibuang, biar sekalian nyampahnya jauh dari rumah. Hahaha… tapi harus digulung rapi dulu, jangan asal buang kolor.

Supaya rapi dan praktis, saya membagi barang-barang sesuai peruntukannya. Ada kantong khusus untuk pakaian, alat mandi dan kosmetika, serta perlengkapan eletronik, seperti charger dan kamera. Semuanya saya simpan di bagian dalam. Khusus untuk yang sering dibutuhkan, seperti dompet dan handphone, saya taruh di kantong depan agar mudah diambil. Makanya kalau membeli tas, saya suka yang banyak kantongnya.

Dengan cara itu, saya lumayan bisa mengatur barang dalam satu ransel. Itu pun, biasanya masih ada cela, jaga-jaga seadainya ada tambahan, seperti oleh-oleh dan belanjaan pribadi, asalkan kotak bungkusnya dibuang, kecuali makanan.

Outdoor

Traveling versi saya adalah bersentuhan dengan alam. Pesona kota besar yang gemerlap memang memikat, tapi sifatnya temporal. Saya ingin yang menikmati keindahan yang abadi, langsung dari tangan Sang Pencipta. Itu sebabnya saya lebih sering bepergian seorang diri di luar kegiatan kantor. Bebas dari pakaian formal dan berkas tebal. Pulang-pulang membawa energi baru, bukannya berkutat dengan laporan hasil perjalanan.

Tapiii…

Kepinginnya tetap produktif

Perjalanan memberi saya banyak kenalan, cerita, dan materi. Sampai akhirnya saya berniat rutin menuliskan kisah-kisahnya dalam sebuah blog. Tulisan itu tak sekadar cara saya berbagi inspirasi dengan yang membacanya, tapi secara pelan-pelan menjadi salah satu sumber pemasukan.

Konten blog saya khusus membahas traveling. Topik yang saya senangi, dan punya pengalaman langsung menjabaninya. Masalahnya, saya hanya bisa menulis saat sedang di rumah. Saya kurang bisa konsentrasi kalau harus ngeblog di smartphone.

Padahal, bisa jadi selama ngetrip itu ada ide berseliweran di kepala yang mendesak minta ditumpahkan dalam bentuk artikel. Belum kalau tiba-tiba ada tawaran menulis dengan tenggat waktu singkat.

Kalau sudah begitu, saya mencoba membuat catatan kecil berisi detail yang niatnya nanti akan saya kembangkan. Itupun kalau malas dan kebiasaan menunda-nunda pekerjaan tidak datang menyambut manis setibanya saya di rumah. Sementara buat yang nawarin job, saya mencoba mengulur waktu dengan berbagai alasan.

Sebenarnya, hal itu tidak perlu terjadi seandainya saya membawa sebuah benda. Tapi, kalau benda itu dibawa, ia akan menambah beban fisik dan mental saya.

Fisik, karena beratnya sekitar 3 kg. Bayangkan, selama ini saya selalu berupaya menggotong berat maksimal 7 kg, lalu harus bertambah menjadi 10 kg. Bisa-bisa makin boncel saya. Belum sakit punggungnya.

Mental, dengan hobi melancong ke alam terbuka dengan biaya seminimal mungkin tapi menginginkan kepuasan semaksimal mungkin, saya akan melewati berbagai medan berat. Naik pesawat kelas ekonomi, bus yang tarifnya paling murah, dan rela jalan kaki kalau memang tidak ada kendaraan. Belum kalau destinasinya berbukit, menyeberang sungai, dan menyusur goa. Saya nggak mau membuat benda itu stress hingga mengakibatkan disfungsi. Efeknya bikin saya cemas karena semua modal menjemput rezeki ada di dalamnya.

Laptop

Laptop yang sekarang saya punya bobotnya lumayan bikin pegal. Baru diisi dia saja, tas sudah drastis bertambah berat. Kalau dibawa traveling, bisa-bisa menghambat langkah saya. Lalu akhirnya nggak produktif. Makanya lebih sering saya tinggal di kamar.

Padahal saya pingin banget membawa laptop pas lagi jalan-jalan. Jadi, kalau lagi di hostel, nggak rebutan komputer sama tamu lain. Terus, foto-foto dan video yang diambil, bisa langsung ditransfer. Bisa sekalian nyicil artikel juga.

Entah kapan saya bisa punya perangkat tipis yang ringan sekaligus tahan banting di segala medan.

Ada ternyata, saudara-saudara, laptop yang tahan banting dalam arti yang sebenarnya. Nggak cuma kuat dibanting, diinjak dan digilas pun, bodinya tetap aduhai alias masih bisa berfungsi baik.

Adalah ZenBook 13 UX331UAL keluaran ASUS yang membuktikan dirinya tahan siksaan. Pelaku langsungnya adalah komik Raditya Dika featuring Ridwan Hanif. Mereka berdua menjadi pelaku sekaligus saksi betapa gigih dan kokohnya ASUS ZenBook 13 UX331UAL ini. Mau diinjak, dilindas motor dan sepeda anak komplek, lalu dijatuhkan, ia tetap mantap menunjukkan performanya. Padahal, bodinya tipis banget, dan beratnya hanya 985 gram.

Kalau ini menjadi milik saya, bakalan saya angkat jadi travel partner abadi. Bobot yang nggak sampai sekilo itu masih bisa ditoleransi. Toh, selalu ada cela di dalam ransel saya.

Selain bobot ringannya, berikut keunggulan lain yang dimiliki laptop ini:

1. Stylish

Jargon tipis, ringan, dan kuat, sangat melekat pada produk ASUS yang satu ini. Namun, saya ingin menambahkan stylish sebagai karakternya yang lain, karena dengan ukuran 13,3 inci dan dimensi 310 x 216 x 13,9 mm, membuatnya sangat fleksibel untuk dibawa-bawa dalam ransel dan tas jinjing mbak-mbak kantoran. Ukuran ini setara dengan kertas A4, dan lebih kecil daripada ultrabook 13 inci lainnya. Hal ini dikarenakan ZenBook UX331UAL menggunakan fitur NanoEdge yang ada pada bezel layarnya.

Ditambah warnanya, deep dive blue dan rose gold. Cantik banget. Saya kepincut warna rose gold karena kesannya anggun tapi perkasa seperti Xena.

2. Ringan

Dimensi yang dimiliki ZenBook UX331UAL sama dengan pendahulunya, ZenBook UX331UN. Yang membedakan hanya bobotnya yang dibawa 1 kg, sudah termasuk baterai. Hal ini dikarenakan ZenBook UX331UAL menggunakan konstruksi berbasis magnesium alloy. Selain itu, Zenbook ini juga menambahkan integrated graphics agar lebih sejuk dan hemat energi. Kedua item inilah yang membuatnya lebih enteng, bahkan dianggap sebagai Zenbook paling ringan di pasaran saat ini.

3. Tangguh

Meskipun ringan, ZenBook UX331UAL telah memenuhi standar military grade MIL-STD 810G serta lolos uji daya tahan yang memastikan kemampuannya tetap on fire dalam berbagai kondisi. Tidak hanya itu, ZenBook UX331UAL ini juga telah lolos uji internal ASUS yang kapasitasnya telah melampaui standar industri. Ketahanan fisik ini membuatnya handal sehingga cocok untuk kalangan korporasi industri yang sangat sensitif perihal melindungi data-datanya.

4. Ringkas

ASUS ZenBook UX331UAL didukung oleh Windows Hello agar lebih praktis dalam mengoperasikan Windows 10. Dengan fitur ini, pemilik tidak perlu menunggu lama jika ingin mengakses laptopnya. Cukup menghadapkan wajah ke layar atau menyentuhkan sidik jari pada sensor finger print, maka folder dan file yang dibutuhkan dapat segera dibuka. Sangat cepat prosesnya. terus aman, karena menggunakasn sidik jari, sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa membuka dokumen penting.

http://channel.asus.com/materialfiles/imagefiles/08B3E5F33_133921_b.jpg?parm=20180821164500
(Sumber: http://channel.asus.com)

Selain itu, ZenBook ini juga dilengkapi dengan keyboard backlit yang memberi kenyamanan mengetik dalam berbagai kondisi cahaya. Termasuk jarak tekan keyboard sedalam 1,4 mm, semakin memberi kenyamanan para penggunanya. Ada teknologi palm rejection juga yang menunjang gerakan jari dan tulisan tangan agar semakin betah mengoperasikannya.

5. Handal

Lagi-lagi, tubuh tipisnya tidak mempengaruhi aksinya. Selain memiliki resolusi layar Full HD, Zenbook ini juga disokong oleh prosesor tercepat Intel Core I generasi ke-8. Kemudian, menggunakan RAM tercepat DDR4 2133MHz berbasis M.2 SSD. Benar-benar teman kerja yang asyik ini.

Satu lagi, dan yang paling penting di era digital ini, produk ASUS yang satu ini memiliki fitur WiFi Master yang memberinya kemampuan transfer lebih cepat dan jangkauan lebih jauh dibandingkan laptop pada umumnya.

Fitur ini memungkinkan penggunanya menikmati streaming video Full HD Youtube dengan lancar meskipun berjarak 300 meter lebih, atau setidaknya pada radius 225 meter meskipun ada interferensi dari perangkat USB 3.0.

Berpadu dengan teknologi dual band 802.11ac, WiFi Master memberikan kecepatan hingga 867 Mbps atau sekitar 6 kali lebih cepat daripada single stream 802.11n. Dengan kecepatan seperti ini, kerja akan terasa lebih produktif, baik di kantor maupun di tempat lain.

http://channel.asus.com/materialfiles/imagefiles/A84B55334_136595_b.jpg?parm=20180306150700

6. Berdaya

Satu hal yang paling penting dari sebuah perangkat portable adalah kemampuan baterainya.  ZenBook 13 UX331UAL ini menggunakan lithium-polymer 50Wh. Memahami hal tersebut, ZenBook 13 UX331UAL telah melewati rangkaian pengujian dengan aplikasi benchmark seperti PCMark, 3DMark, Geekbench, Cinebench dan Unigine Heaven Benchmark. Tes performa, termasuk baterai telah dijalankan, dan hasilnya menyatakan bahwa saat digunakan multitasking nonstop, baterai ZenBook 13 UX331UAL sanggup bertahan selama 4 jam 43 menit. Tentunya, dalam kondisi normal yang tidak terlalu diporsir, baterai akan bertahan jauh lebih lama. Bahkan, dalam skenario khusus, ASUS mengaku bahwa baterai ZenBook ini sanggup bertahan hingga 15 jam. Mhm, emang teman jalan yang asyik. Nggak khawatir dibawa ke gunung dan pantai yang tak ada sumber listriknya.

Untuk kegiatan sehari-hari, misalnya aktivitas pengetikan berbasis aplikasi office, email atau edit foto dan video, laptop ini sangat bisa diandalkan. Termasuk menjalankan aplikasi rendering, prosesor Intel Core 8th generation cukup mumpuni untuk bekerja secara single core maupun multicore.

Tapi… bukan untuk yang hobi main. Yaa, kalau cuma permainan standar beresolusi rendah, masih bisalah. Nggak masalah, saya, sih. Emang nggak hobi ngutak-ngatik online game gitu.

Secara singkat, spesifikasi dan harga ASUS ZenBook 13 UX331UAL dapat dilihat pada tabel berikut:

Well… traveling sambil bawa laptop bukan lagi wacana seandainya saya memiliki ASUS ZenBook 13 UX331UAL.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *