Ada waktu senggang di kantor, saya beranjak ke bank karena mau menabung, sekalian ingin bertanya soal deposito. Beberapa waktu lalu saya ke sini, bunganya lebih tinggi dari bank lain. Ternyata bunga deposito hari itu telah turun dari angka terakhir yang saya lihat. Manyun.
“Ibu nggak pingin coba SBR007 aja, buk?” customer service-nya bersuara.
“Apa, tuh?” tanya saya.
“Seperti deposito, tapi punya pemerintah. Jaminannya !@#$%… Kementerian Keuangan ^&*(+… Bunganya %^#*= Jadi “:(&$… Itung-itung bantuin negara, buk.” dia menjelaskan panjang.
Iming-iming bunga yang lebih besar dari tingkat bunga deposito rata-rata adalah poin yang langsung membuat punggung saya tegak. Selain itu, saya juga tergelitik dengan kalimat terakhirnya.
Saya pernah mendengar bahwa salah satu jenis investasi yang relatif aman untuk masyarakat adalah membeli SBN (Surat Berharga Negara). Instrumen investasi ini cocok buat pemula karena prosesnya gampang, dan nggak ribet soal pengelolaan risiko.
Namanya produk pemerintah, pembayaran keuntungannya dijamin undang-undang. Masyarakat tidak perlu khawatir. Kalau ragu, coba datangin kantor Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Republik Indonesia (DJJPR Kemenkeu).
Sepanjang jalan pulang dari bank menuju kantor siang itu, saya kepikiran soal SBR ini. Sampai di ruangan, saya langsung menyalakan laptop, dan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang SBR dan instrumen investasi milik negara.
Dalam penjelasan singkat yang saya baca pada berbagai laman situs di internet, SBR atau Savings Bond Ritel adalah salah satu instrumen pembiayaan negara yang ditawarkan kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia.
Saat ini, serinya disebut SBR007. Sebelumnya telah ada SBR006, SBR005, dan seterusnya. Produk pemerintah keluaran Kemenkeu ini merupakan alternatif investasi yang mudah, aman, terjangkau, dan menguntungkan.
Bedanya dari deposito biasa adalah minimal pemesanannya, atau simpanannya hanya Rp1 Juta – Rp3 Milyar, dan jatuh tempo 2 tahun. Bisa diambil (early redemption) setelah 1 tahun. Mantap, nih, buat anak-anak muda yang baru punya penghasilan dan ingin belajar berinvestasi.
Yang menarik dari SBR007 di mata saya adalah kupon minimal yang ditawarkannya sebesar 7,5% dan ini bersifat floating with the floor. Bahasa awamnya, adalah SBR007 memberikan bunga (keuntungan) sebesar 7,5% per tahun, dan ini adalah bunga minimal yang akan diterima investor. Seandainya terjadi penurunan suku bunga, simpanan kita tetap mendapatkan keuntungan 7,5%. Bandingkan dengan rata-rata bunga deposito saat ini yang berkisar di angka 5 – 6%.
Sampai sini saja, cukup untuk meyakinkan saya memesan SBR007. Saya bakal memindahkan dana untuk deposito ke SBR.
Lebih jauh lagi, investasi SBR memiliki nilai patriotik. Uang yang diinvestasikan merupakan kontribusi kita sebagai masyarakat untuk pembangunan. Dalam website Kemenkeu disebutkan bahwa pemerintah selalu berusaha mengelola pembiayaan dengan hati-hati dan memastikannya digunakan untuk kegiatan produktif. Seluruh dana hasil penerbitan SBR007 akan digunakan untuk pembiayaan APBN 2019, yang salah satunya adalah pembangunan sumberdaya manusia Indonesia.
Table of Contents
Peningkatan Kualitas Pendidikan Dasar
Pendidikan adalah item pembangunan yang langsung melintas di kepala saya. Pendidikan dasar untuk generasi muda, masa depan Indonesia, harus disediakan merata.
Miris setiap kali membaca tentang betapa menantangnya jalur yang anak-anak pelosok negeri tempuh untuk mencapai sekolahnya. Belum lagi keterbatasan jumlah staf pengajar dan fasilitas sekolah.
Pernah berpartisipasi sebagai volunteer dalam kegiatan pendidikan, memberi saya wawasan bahwa tidak hanya kualitas guru yang harus diperbaiki, tapi juga sarana dan prasarana penunjang.
Saya pernah datang ke sekolah yang satu ruangannya diisi dua kelas. Mereka hanya disekat triplek. Kebayang saat yang satu belajar, satunya berisik. Ada pula sekolah yang fasilitasnya sangat sederhana, bahkan tanpa ada poster apapun di ruang kelas.
Saya membayangkan, ketika program pembangunan SDM dijalankan, semua anak Indonesia akan mendapatkan pendidikan yang sama kualitasnya di manapun mereka berada. Tidak ada kesenjangan ilmu pengetahuan antara mereka yang tinggal di kota dan di desa.
Fasilitas pendidikan tersebar merata, dan para guru punya komitmen tinggi pada tugasnya. Peserta didik pun semangat ke sekolah, dan selalu haus ilmu pengetahuan. Sekolah menjadi tempat yang menyenangkan karena mengakomodasi semua kebutuhan penghuninya.
Pendidikan tidak lagi ribut dengan kasus pilih-pilih sekolah karena alasan popularitas dan fasilitas. Lalu ujungnya, semua anak Indonesia memiliki akses pendidikan yang layak.
Peningkatan kualitas pendidikan nonformal
Ketika wacana kartu prakerja terlontar, marak yang ingin jadi pengangguran. Padahal, ini adalah bentuk perhatian pemerintah kepada mereka yang ingin bekerja, tetapi memiliki keterbatasan keterampilan, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan industri.
Bukan barang yang baru kalau banyak anak muda zaman sekarang bekerja melenceng jauh dari gelar pendidikannya. Kebanyakan mereka justru berprofesi sesuai hobi, minat, atau keterampilan yang dimiliki.
Tidak ada yang salah dengan pendidikan. Saya pribadi menganggapnya sebagai proses transfer ilmu dan masa-masa membentuk karakter, karena sekolah dan kuliah adalah waktunya membangun soft skill dan mengetahui potensi diri karena kita mulai banyak berinteraksi dengan berbagai kalangan.
Mengikuti pelatihan kerja, menurut saya, bukan untuk mereka yang tidak berkuliah saja. Meskipun kalian memilih melanjutkan pendidikan ke universitas, kalian tetap harus punya keahlian, karena bisa jadi keahlian itulah yang nantinya menjadi jalan rezeki.
Saya mendukung apabila pemerintah akan menyediakan berbagai pelatihan kejuruan di tiap kota di Indonesia, khususnya untuk mereka yang telah menamatkan sekolahnya. Ini bisa diiukuti oleh mereka yang kuliah juga, sehingga ketika lulus, tidak perlu bingung menjemput rezeki dengan mengandalkan ijazah. Siapa tahu, justru keterampilan yang tidak ada hubungan dengan gelar pendidikan inilah yang menjadi ladang rezeki.
Harapannya, karena belajar adalah proses seumur hidup, program pelatihan dan keterampilan ini tidak terbatas umur. Lebih dari itu, program ini bisa menyadarkan pesertanya untuk tidak bermental sebagai pencari kerja, namun menjadi pencipta lapangan kerja.
Semoga, pada masa depan, jumlah pengangguran di negeri ini bisa dihitung pakai jari. Ujung-ujungnya, sulit mencari orang miskin di Indonesia.
Peningkatan Kapasitas Aparatur Sipil Negara
Berkaca pada diri sendiri yang bekerja sebagai pegawai pemerintah daerah, saya merasa pendidikan bukan hanya milik para anak usia sekolah. Peningkatan kapasitas sebagai Aparatur Sipil Negara juga harus menjadi perhatian pemerintah, agar tercipta profesionalitas dan reformasi birokrasi.
Ada banyak ASN yang ingin meningkatkan kualitas dirinya melalui pendidikan dan pelatihan, khususnya yang tinggal di daerah, namun terhalang anggaran yang tidak tersedia di instansi tempatnya bekerja. Alhasil gagal ikutan, kecuali mau menanggung biayanya sendiri.
Pengalaman saya, lantaran syarat administrasi pendaftaran mengharuskan ada pernyataan kesediaan cost sharing, bagian kepegawaian sempat enggan memberikan rekomendasi, padahal baru mau daftar, belum tentu keterima. Tapi karena saya sabar dan gigih meyakinkan, sampai-sampai membuat pernyataan tidak akan meminta bantuan apapun apabila lolos mengikuti shortcourse, berkas saya pun ditandatangani. Jadi, ada baiknya kementerian atau lembaga negara yang menyelenggarakan program peningkatan kapasitas ASN, ikut menanggung biaya peserta dari luar daerah. Apalagi harga tiket pesawat mahal banget sekarang.
Peran Masyarakat
Demi mewujudkan mimpi ideal dunia pendidikan di Indonesia versi saya itu, pemerintah pastinya perlu bersinergi dengan banyak pihak. Lebih-lebih prioritas pembangunan lima tahun ke depan adalah pembangunan sumbedaya manusia Indonesia. Kerjasama dengan pihak swasta sudah barang tentu ada, tapi kolaborasi bersama rakyat juga diperlukan.
Dalam bentuk apa?
Seperti kita saja, saat merancang anggaran kegiatan, pasti memperhitungkan biaya tak terduga. Begitu pula dalam menyusun APBN. Pemerintah tidak pernah tahu hal di luar kuasa manusia, tapi bencana dan musibah terkadang mengintervensi rencana pembangunan. Uang negara tidak bisa otomatis tersedia. Ada mekanisme yang harus dilalui. Di saat genting inilah bantuan masyarakat diperlukan.
Konsentrasi pemerintah bukan cuma di pendidikan. Ada banyak sektor yang saling terkait. Pendidikan sendiri tidak lepas dari ketersediaan infrastruktur, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Belum kebutuhan lain, seperti energi, transportasi, lingkungan, pangan, teknologi informasi, keamanan negara, serta pembangunan lain yang dibutuhkan agar negara ini tetap berjalan stabil.
Kestabilan negara akan membuat rakyat nyaman menjalankan aktivitasnya. Pembangunan di berbagai bidang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi agar terwujud kesejahteraan rakyat.
Semua itu butuh uang? Bukan lagi.
Makanya, salah satu cara bagi masyarakat yang ingin berperan dalam roda pembangunan adalah menjadi investor negara. Bukan nyinyir di media sosial.
Anggaran pendidikan pasti termasuk dalam APBN, juga sektor lainnya. Tapi nggak ada jaminan jumlahnya cukup untuk dibelanjakan. Jadi jangan heran kalau pemerintah butuh pinjaman. Negara mengakui bahwa APBN bukan satu-satunya sumber pembiayaan pembangunan.
Negara butuh bantuan dana dari masyarakat. Toh, kita nggak kasih pinjam secara cuma-cuma tanpa timbal balik. Toh, sudah ada DJJPR yang menangani soal pembiayaan dari masyarakat ini. Lagian, lebih banyak untungnya. Selain kupon atau suku bunganya, juga efeknya di kemudian hari.
Pembangunan berbagai fasilitas dan peningkatan kualitas di berbagai sektor kehidupan, kan, sifatnya jangka panjang, berkesinambungan, dan permanen. #KiniUntukNanti pembangunan itu bukan cuma untuk kita, tapi juga untuk dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Nah, daripada ribut terus mendengar berita tentang pinjaman luar negeri, sementara kita nggak tahu bagaimana negara ini berjibaku memenuhi semua tuntutan rakyatnya, sekarang saatnya buktikan bahwa kita, warga NKRI, mau bahu membahu meringankan beban utang negara. Mari kita ambil bagian dalam pembangunan masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Dengan berinvestasi pada produk yang dikelola pemerintah, kita bukan hanya memperkaya diri sendiri. Tanpa disadari, sebagai investor, kita layak disebut pahlawan pembangunan. Ada kontribusi kita pada kemajuan Indonesia yang akan dimanfaatkan oleh generasi penerus kita. Bukankah sebaik-baiknya manusia, adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Toss! NKRI harga mati.