Saat sedang makan malam di Lenggok, sebuah restoran terkenal di kota Palembang, di salah satu dindingnya saya membaca tulisan ini:
Iya juga, ya, batin saya. Terngiang beberapa pengalaman solo traveling yang menjadi hobi saya.
Table of Contents
Dicurangi Supir Bus
Saat itu, saya naik bus kota dalam perjalanan dari bandara menuju pusat kota Yangoon, Myanmar. Saya tidak tahu berapa ongkosnya. Begitu naik, saya serahkan selembar 1000 kip (mata uang Myanmar) kepada supir, dan dia memberi kembalian, saya lupa, 400 atau 600 kip.
Busnya ber-AC dengan tempat duduk saling berhadapan. Saya berdiri di belakang supir karena semua bangku terisi penuh. Saya pandangi sekeliling dengan wajah senyum.
Kemudian saya saling pandang dengan seorang ibu yang duduk di depan saya. Posisinya dekat pintu, di seberang supir. Oiya, di Myanmar ini supirnya di sebelah kiri, dan pintu masuk ada di bagian depan.
Mulutnya mengatakan sesuatu sambil menunjuk uang kertas kembalian yang masih saya pegang. Saya balas senyumannya sembari memperlihatkan uang di tangan. Saya tidak tahu bahasanya, tapi dia terus ngomong dan menunjuk ke arah supir, lalu mengangkat dua jarinya.
Saya tetap tidak mengerti dan menoleh ke arah lain, mencoba menikmati perjalanan. Lalu mata saya kembali kepada si ibu. Dia masih bertingkah sama seperti tadi.
Bolak-balik saya menoleh ke ibu itu dan supir, juga ke orang-orang di sebelahnya. Semua diam, dan saya masih belum tahu apa maunya.
Tiba-tiba ibu itu bersuara agak keras kepada supir. Nggak marah, seperti ngomong biasa, tapi pak supir mengeluarkan uang dari kantongnya lalu menyerahkannya kepada saya.
Seketika saya paham. Ongkos bus kota ini CUMA 200 kip. Mau jarak jauh atau dekat, ongkosnya SAMA.
Langsung saya menoleh ke si ibu, dan dia mengangguk sambil menunjuk uang di tangan saya dan kembali memperlihatkan dua jarinya. Senyum lebar menghiasi wajah saya. Saya balas mengangguka-angguk sambil berucap “thank you” beberapa kali. Sementara supirnya, saya senyumin aja dari belakang.
Positive vibe seolah menyeruak di badan. Saya yakin perjalanan ke Myanmar ini akan sangat menyenangkan. Belum apa-apa, saya sudah dibaikin sama warga lokalnya.
Mendapatkan kebaikan dari orang tak dikenal seperti di Myanmar hampir selalu terjadi setiap kali saya mendatangi tempat-tempat baru. Remeh, tapi mempengaruhi mood. Receh, tapi menyadarkan saya untuk selalu berbuat baik kepada orang lain.
Sebagai solo traveler, saya sangat bergantung pada diri sendiri selama dalam perjalanan. Meskipun bekal uang ada, saya tetap butuh bantuan kecil yang kadang nggak ada hubungannya sama duit, misalnya ditunjukkin arah jalan yang benar, masih kebagian bus antar kota, atau menemukan makanan halal di wilayah nonmuslim.
Benar banget bahwa kita harus mempermudah urusan orang lain, selama itu hal baik. Kenapa? Karena kita tidak pernah tahu balasannya akan datang dari siapa, kapan, dan bagaimana.
Orang yang kita tolong, apapun bentuknya, mungkin tidak akan langsung membalas. Tapi ketika kita menghadapi urusan yang kita anggap membingungkan, melelahkan, bahkan mungkin membahayakan, tanpa diduga sebuah solusi akan datang menghampiri, apapun bentuknya. Saya percaya itu.
Menjemput Rezeki dengan Cara Menebar Kebaikan yang Bikin Nagih
Dalam kelas Webinar yang baru-baru ini saya ikuti, pembicaranya menutup sesi dengan ucapan begini: “Dunia nggak butuh banyak orang sukses. Dunia cuma butuh banyak orang baik.”
Sebelumnya dia juga bilang, Jack Ma dan banyak tokoh dunia, termasuk para CEO e-commerce terkemuka Indonesia nggak mungkin sesukses sekarang kalau bukan karena ingin menjembatani para pelaku UMKM langsung ke pembelinya. Nadiem Makarin nggak mungkin kayak sekarang kalau dulu bukan karena dia ingin membantu para tukang ojek pangkalan dan membuat penumpang nyaman dengan sistem bayarannya, bukan asal getok harga.
Inspiratif banget, kan. Niat baik yang berhasil diwujudkan, membuahkan rezeki berlimpah.
Dulu, saya sempat beranggapan bahwa yang namanya rezeki adalah materi, khususnya uang. Kemudian saya sadar, bahwa bisa membuka mata dari tidur saja adalah berkah yang patut disyukuri. Banyak orang yang meninggal dalam tidur.
Itu sebabnya Allah berjanji akan melebihkan nikmatNya kepada manusia yang kerap bersyukur. Kini, selama bisa tidur nyenyak, makan lahap, dan tanpa utang, saya anggap itu rezeki.
Tentunya saya tidak ingin hanya diam menunggu orang datang meminta pertolongan saya. Bukan begitu cara mainnya, sobat!
Saya bekerja lalu dibayar, itu upah dan rezeki yang memang pantas saya terima. Jumlahnya bisa cukup bisa nggak, tergantung gaya hidup. Supaya merasa cukup, saya butuh tambahan yang sifatnya nonmateri. Kalau saya menuai kebaikan, maka saya akan panen kebaikan, entah itu keberuntungan, kemudahan, atau perasaan cukup atas apa yang dipunya.
Kadang saya mikir, kebaikan apa yang telah saya lakukan sehingga hampir semua rencana saya tercapai tanpa banyak kendala. Jujur, hingga detik ini, sebagai wanita, saya belum pernah mendapatkan pengalaman buruk ketika traveling sendirian, misalnya kena scam atau (amit-amit) pelecehan. Pun di kantor, tidak ada persoalan besar yang saya hadapi.
Sekarang, menjemput rezeki versi saya bukan hanya untuk menambah isi tabungan. Saya juga ingin meningkatkan kualitas hidup dengan menjadi manusia bermanfaat. Rezeki juga bisa dijemput dengan cara menebar kebaikan. Ada getaran yang beda di hati ketika apa yang saya lakukan dianggap berarti bagi orang lain. Bikin nagih.
Salah satu cara menebar kebaikan yang saya lakukan adalah dengan menjadi relawan. Kegiatan yang saya pilih tentunya yang memang saya minati, yaitu dunia pendidikan. Nggak sering sih, tapi saya pernah beberapa kali menjadi relawan pengajar untuk anak-anak SD di daerah pinggiran Provinsi Bengkulu.
Selain itu, sejak tahun lalu saya rutin menjadi salah satu orang tua asuh yang memberikan beasiswa Sekolah Dasar kepada seorang anak kurang mampu di Kota Bengkulu. Saya tidak pernah tahu rupa, alamat, dan keluarga anak itu. Namun menurut pengurus yayasan beasiswa ini, anak tersebut memiliki prestasi akademis di sekolahnya.
Senang hati mendengarnya. Tapi jujur, saya tidak peduli anak itu berprestasi atau tidak. Saya cuma pingin dia bisa sekolah, meringankan beban orang tuanya, dan siapa tahu mampu mengangkat derajat keluarganya. Otomatis kan, rezeki dalam bentuk pahala ikut mengalir terus ke saya, bekal tabungan di akhirat nanti.
Mari Menebar Kebaikan dengan Cara Berbagi
Ah, mungkin saja gaya hidup santai dan nggak banyak tuntutan yang saya rasakan selama ini merupakan kebaikan berbagi yang saya lakukan, entah itu berupa tenaga, materi, atau pikiran. Entahlah.
Saya mungkin nggak secerdas dan seinovatif para CEO startup, atau sekaya Bill Gates. Tapi Saya yakin saya punya potensi untuk berbuat baik, meskipun sekecil atom.
Menyisihkan penghasilan untuk zakat dan sedekah secara rutin, dan tidak mikir lama memberikan donasi dadakan, rasanya bisa dianggap kebaikan kecil yang bisa saya lakukan sebagai manusia biasa. Logikanya nih, kalau bayar pajak ke negara aja saya bisa patuh, kenapa “memberi” atas perintah agama mesti ragu-ragu.
Balasan dari negara mungkin berupa sarana dan prasarana publik yang membuat hidup masyarakat menjadi nyaman. Tapi balasan dari Allah SWT adalah ketenteraman batin yang membuat hidup tenang dan berarti. Sifatnya lebih personal.
Makanya, dalam setiap doa saya selalu minta dicukupkan rezeki dan dimudahkan urusan menjemput rezeki. Alasannya cuma satu, supaya saya bisa terus membantu orang lain.
Percaya nggak percaya, kebaikan berbagi itu nyata adanya. Seandainya teman-teman bingung siapa saja yang sedang membutuhkan dan ingin berbagi secara rutin, teman-teman bisa menghubungi Dompet Dhuafa. Lembaga ini memiliki data dan beragam kegiatan berbagi kepada masyarakat yang membutuhkan. Kita pun ikut tenang karena yakin niat baik kita tersampaikan secara tepat sasaran.
Yuk, kita berlomba-lomba menebar kebaikan!
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
Kisah di angkutan yang pasti jadi pengalaman tak terlupakan ya kak. Selalu ada orang baik fi sekeliling kita.semrsta pasti mengamini…
Ceritanya menginspirasi banget Kak. Banyak cara untuk menebar kebaikan. Dan jangan mengharapkan balasannya. Karena nanti akan ada aja cara Tuhan membalasnya, bisa jadi dengan kemudahan-kemudahan di hal lain yang akan kita lalui.
Kadang suatau kota di nilai dari angkutan umumnya, tetapi tak bisa juga menjas demikian. Setuju banget rejeki memang harus di jemput dengan usaha dan doa.
Menginspirasi, sangat menyentuh. Apalagi quote di foto bagian atas, ngenah untuk semua kalangan siapa saja, kata-kata bijak sportif. Salut kak tetap semangat menebarkan kebaikan
Inspiratif abis kakak ceritanya. Setuju banget, dunia ngga butuh banyak orang sukses, dunia butuh banyak orang baik. Sungguh bikin hati hangat. Salam kenal kakak, saya Kiky dari Pontianak:)
Halo Kiky.
Kebayang rasanya Kak mendapat kepedulian dari warga lokal pas dicurangi pak sopir yang maungembat 2x lipat ongkos bus. Apalagi solo traveling tentunya lebih menantang. Satu kip itu berapa, Kak? Aku setuju banget, bahwa orang baiklah yang dibutuhkan dunia, bukan orang sukses atau pintar karena sudah banyak jumlahnya. Tapi yang tetap peduli dan mau berbagi, itulah yang makin langka apalagi di era serbasulit begini. Orang malah tergoda cari keuntungan sendiri bahkan dengan menipu. Padahal jadi relawan pengajar asyik banget yak, aku buktikan sendiri juga pas ikut Kelas Inspirasi di beberapa kota. Memang nagih sih, pas pulang tau tau ada rezeki ga disangka. Senangnya….
Setuju banget. Nggak perlu jadi sekaya-raya Bill Gates dulu buat membantu sesama.
Semoga kita selalu diberikan keberkahan dalam hidup dan tidak kurang suatu apapun setelah berbagi
Kalau boleh tau, Menjadi relawan pengajarnya di event Kelas Inspirasi mana?
Berbagi kebaikan emang bisa dimana saja dan kapan saja
Di Bengkulu aja, kak. Kampung halaman sendiri.
Subhanallah mbak inspiratif ceritanya. Gak kebayang gimana senangnya menerima kebaikan dari orang lain yang baru bertemu bahkan di negeri orang. Sungguh banyak orang baik di dunia ini. Inilah balasan dari kebaikan yang mbak tanam. Kebaikan pasti dibalas kebaikan. Bukan hanya uang namun bisa berupa perhatian dan sebagainya. Salut dengan ceritanya mbak. Terimakasih sharing ilmunya.
Masya Allah, ternyata sebuah kebaikan kecil bisa membawa pengaruh yang luar biasa. Seperti peristiwa yang mba alami di Myanmar. Saya selalu percaya, masih banyak orang-orang baik di sekitar kita meski orang-orang jahat memang akan selalu ada.
duhh Kak Relinda, apa kabar? lama tak bersua ya. Tahun ini tak bisa nonton konser bareng hehehe!
BTW aku sering juga sih solo traveling dan “diselamatkan” oleh orang orang yang dikenal. Semakin banyak menebar kebaikan semakin banyak kita menuainya.
Dunia sungguh baik untuk orang orang baik
Menebar kebaikan tidak harus berupa materi ya. Memberi senyum tulus kpd orang lain juga ikut membawa energi positif.
Selalu ada orang baik ya kak di sekeliling kita. Tulisannya menginspirasi buat selalu menebar hal-hal baik sekecil apapun.
Berbuat kebaikan memang pasti selalu akan membawa kita menuju kebaikan-kebaikan lain. Memang hasilnya gak akan didapat saat itu juga, tapi ketika kita ikhlas membantu, pasti bakal ada saatnya kebaikan yang kita lakukan berbalas kepada kita
Izin save quote di gambar Kak. Benar sekali, ada hukum timbal balik yg tdk kasat mata dg cara di luar logika. Take and give itu nyata adanya.
Kebaikan itu menular
Mari terus menebar kebaikan meski dengan cara yang paling sederhana sekalipun
Wah, ibu di bus itu perhatian banget ya
Padahal gak kenal, tapi bikin pak supir mau ngembaliin uang
Kereeeeen
Yuk saling berlomba-lomba menebar kebaikan, agar semakin memberi manfaat bagi banyak orang
Bahagia sekali kak, setuju nih yuk saling melakukan berbagai hal kebaikan antar sesama manusia. Setidaknya kita udah nemabung kebaikan di dunia sebagai bekal kita kelak. Amiin
Setuju banget. Dengan memberi kebaikan sesungguhnya kita sedang berbuat baik kepada dir sendiri
Setuju banget mbak, saat kita berbuat baik belum tentu langsung mendapatkan balasan. Tapi saat kita menemukan kesulitan disitulah kadang ada solusi datang tak terduga. Saya pun yakin akan hal itu jadi kalau ada orang kesulitan berusaha bisa membantu.
Menarik ceritanya, seru.. bagus tulisannya kak..
Ceritanya inspiratif banget mbak. Saya jadi suka kutipan ini, Dunia nggak butuh banyak orang sukses. Dunia cuma butuh banyak orang baik.
Izin mau tak tempel ke status fb. Salam kenal dari saya.
Solo traveler Y mbak, keren banget. Alhamdulillah juga belum pernah ada kejadian buruk macam scam bahkan pelecehan. Aku jga setuju kalau bersedekah atau berbagi bisa melebarkan pintu rejeki dengan cara yg tak terduga
Ah aku jadi ingat pernah ajakin mba Inda masuk kelas. Ternyata memang sering ya jadi volunteer. Keren deh!
Aku juga setuju di bagian memudahkan urusan orang lain itu. Lagi pula rasanya lebih bahagia bisa membantu orang lain.
kisah yg menyentuh banget mb, memang benar adanya setiap kali kita menebar kebaikan bahkan senilai 1 biji sawi, pasti suatu saat akan dilipatgandakan kebaikan itu untuk kembali kepada kita sebesar 7 biji sawi entah darimana datangnya.
Balasannya justru jauh lebih besar dari yang diperbuat ya, Mas.
setuju, berbagi nggak melulu dengan uang.
selama diri ini masih mampu untuk terus melakukan kebaikan apapun bentuknya, aku akan terus berusaha untuk berbagi juga
Bener banget mbak. Bisnis itu bukan sekedar mencari keuntungan atau laba semata, tetapi juga mencari keberkahan yang ada di dalamnya…