Pagi itu, bersama tiga orang teman, saya mengendap-endap jangan sampai terlalu kentara kalau sedang dalam misi menghilang dari jam kantor. Kami yang berada dalam ruang kerja terpisah, menuju ke satu tempat. Parkiran. Di sana sudah menunggu seorang teman dengan mobil yang akan membawa kami road trip kecil-kecilan.
Kemarin, kami mantap, bahwa besok harus benar-benar terjadi.
Tanpa banyak obrolan di Whats’App Group, besok paginya kami bertemu di kantor, seperti biasa. Absen dan setor muka sebentar di ruangan masing-masing, lalu beranjak keluar sambil membawa tas. Tidak ada yang bertanya, karena sudah lazim begini. Tapi biasanya muncul kembali menjelang istirahat siang.
Satu-persatu kami menghempas badan ke dalam mobil. Setelah semua kumpul, serempak kami cekikikan. Beneran, nih? Jadi? Apalagi setelah melihat seorang teman yang sudah bela-belain masak pempek dan membeli cemilan untuk di perjalanan.
Kami masih harus menjemput satu orang lagi yang memang izin dari kemarin, jadi dia tidak ada halangan soal kantor. Alasan kami, pulangnya aja dipikirin.
Takjub sendiri dengan apa yang terjadi lantaran selalu gatot alias gagal total setiap berencana jalan-jalan bareng. Ada saja penghalangnya, seperti jemput anak sekolah, anggota keluarga sakit, kerabat datang, atau ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Hari ini tidak bisa ditawar. Kapan lagi, mumpung lowong. Ditambah kami juga buka orang penting yang bisa membuat kantor lumpuh tanpa kehadiran kami.
Destinasinya adalah tempat kekinian yang sedang menjadi primadona wisata di Bengkulu. Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong. Di sana sedang wangi dengan taman yang dipenuhi warna-warni bunga. Bukan Rafflesia arnoldii. Ini adanya di dalam hutan, dan tidak bisa diprediksi lokasi mekarnya.
Sejak pertengahan tahun 2017 silam, media sosial orang Bengkulu ramai dengan pose di antara bunga-bunga. Mereka sengaja menyambangi kota yang terkenal dengan udara sejuknya ini demi melihat areal yang bertabur kembang aneka rupa dan warna.
Memang, kota ini sedang gencar mempercantik diri dengan unsur alami. Kalau dulu tempat wisata di Curup yang terkenal hanya Bukit Kaba dan pemandian air panas Suban, sekarang ditambah kebun bunga.
Sepanjang jalan kami tetap masih tidak percaya ini terjadi. Lima orang mbak-mbak yang jenuh di kantor, nekat keluar kota di hari kerja. Murni pelesiran, bukan dinas.
Di antara berlima, cuma saya yang tidak bisa menyetir. Mereka berempat, sudah janjian bakal bergantian mengemudi. Selain emang ngebet jalan-jalan, motivasi kami adalah tidak mau kalah dengan yang pernah ke taman bunga.
Hanya satu di antara kami yang pernah ke taman bunga di Curup ini. Tapi pergi bersama keluarga tentu beda sensasinya dibandingkan melancong bersama kawan. Makanya dia rela kembali ke sana.
Curup merupakan daerah pegunungan yang terkenal dengan hawanya yang sejuk. Untuk mencapainya, kami harus menempuh jalan menanjak dan meliuk-liuk yang disebut Liku 9. Konon, bukan tikungannya yang berjumlah sembilan, karena kalau dihitung, jumlahnya lebih. Tapi bentuk lekukannya yang menyerupai angka 9. Iya juga, kalau dipikir, ada beberapa belokan yang memang patah banget.
Saat di titik ini, kami yang duduk di kursi penumpang menahan nafas sambil memberi semangat kepada teman yang memegang roda kemudi. Kebayang konyolnya kalau mobil sampai berhenti mendadak di tanjakan. Orang pasti iba melihat kami, tapi kami mungkin akan tertawa terpingkal-pingkal.
Begitulah, sepanjang jalan kami masih antara kagum dan lucu dengan terwujudnya trip ini. Kami bersorak riang saat si teman melaju mulus di belokan-belokan patah. Ternyata, kita bisa…
Nah, kalau biasanya bisa sampai sekitar dua jam di Curup, ini hampir tiga jam. Biarlah, yang penting selamat. Lagi-lagi, pencapaian waktu yang melebihi waktu normal ini berbuah tawa keras kami berlima.
Setibanya di Curup, kami mengisi perut dulu, setelah itu langsung beranjak ke lokasi taman bunga. Tempatnya di daerah yang lebih tinggi dari pusat kota Curup, yaitu di jalan lintas menuju Lubuk Linggau, Sumatra Selatan.
Kami langsung berhenti di Kebun Bunga Beta Agrowisata yang tempo hari didatangi salah satu dari kami. Di sana sudah tampak gerombolan anak SMP yang datang khusus dengan bus.
Seperti sudah ditebak, kami ‘beradu’ gaya dengan kids zaman now ini. Soal ekspresi, mungkin kami kalah. Tapi soal gaya, boleh diadu.
Setelah melewati loket pembayaran seharga Rp10.000 per orang, kami langsung disambut halaman luas yang dipenuhi warna-warni di antara hijau dedaunan. Sebenarnya, bunga-bunga yang ada lazim terlihat di pekarang rumah atau di tepi jalan. Namun, di sini jumlahnya banyak dan ditata rapi dengan tanah berundak-undak, sehingga tampak cantik.
Lahan dibagi atas beberapa bagian yang saling bersebelahan. Setiap bagian berisi barisan bunga sejenis. Setiap baris berjarak kira-kira selebar badan orang dewasa. Mungkin sengaja biar pengunjung bisa bergaya nyumput.
Puas selfie dan wefie di satu titik, kami berpindah ke bagian bunga yang lain. Begitu seterusnya hingga letih sendiri. Tidak semua bagian kami hampiri, karena ada bunga yang mulai kering dan layu, bahkan ada yang tampaknya baru ditanam.
Merasa puas tapi masih penasaran, kami beralih ke tempat lain. Seorang teman mengaku pernah melihat posting-an taman bunga yang di belakangnya ada danau.
Benar saja, baru beberapa meter mobil melaju, kami melihat satu taman lagi yang gambarannya persis seperti yang barusan diceritakan. Kepalang di sini, kami turun dan bayar tiket masuk taman bunga lagi.
Kalau dari jenis dan penataan tanamannya, di sini hampir mirip dengan yang pertama, hanya latar belakangnya yang berbeda. Selain itu, di sini dilengkapi dengan pondok-pondok kecil. Dari sini, pengunjung juga bisa menatap Danau Mas Harun Bastari yang sangat luas.
Total, saya pribadi sudah dua kali ke taman bunga yang bernama Jang Semulen Florist ini. Kalau dulu hanya ada saung-saung kecil, sekarang sudah ditambah dengan beragam spot foto yang terbuat dari bambu dan ranting. Membuat pengunjung makin betah dan tertantang untuk bergaya.
Di tempat ini, setelah lelah bergaya seiring dengan mentari yang mulai bertengger di atas kepala, kami rehat sejenak di sebuah pondok kayu. Lagi-lagi, kami membahas tercapainya misi ke taman bunga ini.
Merasa cukup, kami beranjak pulang. Tapi mau makan siang dulu sekalian jajan oleh-oleh khas Curup yang terkenal enak-enak. Diusahan sampai Bengkulu sebelum gelap. Oiyam selaian makanan ringan yang enak, Curup juga terkenal sebagai penghasil saur dan buah segar, jadi bisa dijadiin oleh-oleh juga.
Sebenarnya, masih ada satu taman lagi di dekat sini. Tapi, saat saya dan teman-teman ke sana, taman ini belum resmi dibuka. Selang beberapa bulan, saya dan rombongan blogger melakukan famtrip ke Curup. Kami berkunjung ke sana.
Lokasinya super dekat dengan Jang Semulen Florist. Persis sebelum gerbang masuk ke areal danau. Selain dipenuhi dengan kembang aneka rupa dan warna, taman bunga satu ini berada di kawasan yang sejak dulu sudah ada bangkai pesawat tempur. Selain asyik jalan-jalan di antara semerbak wangi kembang, pengunjung juga bisa melihat wujud pesawat ini.
Dari taman yang spanduknya bertuliskan Objek Wisata Taman Bunga dan Jembatan Selfie ini, pemandangan Danau Mas Harun Bastari sangat luas dan jelas tersaji. Spot fotonya belum banyak saat itu, karena ada beberapa bagian yang masih kosong, tapi tampak sedang dipersiapkan untuk ditanami atau dibangun sesuatu.
Sayang, saya tidak tahu nama-nama bunga di kebun ini. Tahunya hanya rasa senang bisa menghirup udara segar sambil foto-foto, dan jauh dari kantor. Semoga tempat ini tetap ada dan terjaga sampai kapanpun.
Singkat cerita, kalau sedang berlibur ke Bengkulu, sempatkanlah mengunjungi objek wisata Curup yang satu ini. Siapa tahu, kalau sedang beruntung, bisa berpapasan dengan Rafflesia arnoldii atau Amorphophallus yang sering ditemui mekar di sepanjang hutan yang dilalui.
Gengs, kapan kita ke Curup lagi?
Mudah-mudahan ada kesempatan jalan-jalan ke Bengkulu dan menikmati kota Curup 🙂
Tahun ini banyak long weekend, lho. 🙂
Bunga bunga kayak sahrini aj mbak, mantap kali ini. Intip blogku juga ya
waaa..cakep amat bunga2nya, aku pikir curup itu di puncak jabar, nggak taunya di bengkulu ya, deket lubuk linggau. Denger2 disana terkenal sama hutan2nya ya mbak?
Wahhh…perjalanan ibu2 yg seru, secara sy juga ibu2..haha.
Mudah2an kelak bisa tau yg namanya curup..#ngarep
seru juga nih cerita wisata jalan-jalannya, tapi kok image nya pada nggak muncul yah di artikelnya