Semakin umur, aku merasa tidak lagi menemukan asyiknya acara buka puasa bareng atau bukber. Apalagi di luar rumah. Salah satu alasannya adalah aku bakal lapar mata, pingin nyobain semua hidangan yang ada, lalu menyesal karena kekenyangan.
Buyar sudah, rencana pingin menjalankan pola hidup sehat selama Ramadan dengan mengkonsumsi menu sehat saat iftar dan sahur. Mending buka puasa di rumah dengan menu racikan sendiri yang porsinya nggak bikin kekenyangan.
Rencana Sehat selama Ramadan
Ada masa, agenda terselubungku saat puasa adalah upaya pingin kurus. Alhasil, angka di timbangan malah naik.
Pengalaman itu sungguh memberi pelajaran. Makanya, sekarang, selain pingin maksimal meraih pahala sebanyak-banyaknya dan seberkah-berkahnya, aku juga bertekad menerapkan pola makan sehat selama puasa. Harapannya, bisa lanjut terus di bulan-bulan berikutnya.
Salah satu kunci sehat, menurutku, selama berpuasa, adalah jangan kekenyangan. Badan bakal malas gerak kalau perut terasa sesak. Tahu sendiri, kan, selama puasa, mager bisa dianggap ibadah. Ya, tapi, jangan sampai berkepanjangan.
Soal puasa tetap berolahraga tidak perlu dibahas, kali, ya. Pastinya, harus tetap berkegiatan yang terukur, kalau pingin sehat, plus bonus kurus saat lebaran. Jangan cuma mengandalkan aktivitas rumah tangga, seperti nyapu, ngepel, atau nyuci pakaian.
Selama puasa, aku memang lebih mengedepankan usaha nonfisik untuk menjaga kesehatan. Aku sudah membeli beberapa bahan makanan sebagai persiapan Ramadan. Bahan-bahan itu berbasis nabati organik, yaitu chia seed dan oat, serta dan buah-buahan yang biasa ada di rumah, seperti pisang, nanas, atau jeruk.
Namun, karena ekspektasiku pingin makan ala-ala sarapan di Ubud, Bali, aku berencana bikin smoothies, entah untuk sahur atau buka puasa. Aku pun membeli susu tanpa lemak (kata kemasannya), yoghurt plain, dan buah naga.
Kreasi Menu Sehat Selama Ramadan
Sampai hari ini, smoothies-nya tidak pernah terwujud. Kok, aku merasa ribet untuk memblender bahan-bahan yang sudah aku siapkan itu, ya? Bahkan buah-buahannya sudah aku potong-potong dan taruh di freezer.
aku pun mencari inspirasi di media sosial tentang menu yang menggunakan chia seed. Bahan-bahan yang telah aku siapkan itu, rupanya, bisa dikreasiakan menjadi chia pudding.
Begini tahapannya:
- Tuangkan beberapa sendok oat dan chia seed ke dalam gelas atau mangkuk. Dikita-kira saja, mau berapa banyak;
- Tambahkan susu cair untuk merendamnya. Aduk-aduk dan diamkan beberapa jam di dalam kulkas, atau sampai waktu yang diinginkan. Aku bikinnya setelah salat teraweh, untuk dimakan pas sahur;
- Begitu mau dimakan, keluarkan chia puddingnya, lalu tambahkan yoghurt dan buah-buahan;
- Kalau di Instagram, biasanya menggunakan topping frozen fruit, strawberry, atau berry-berry-an. Sementara aku, karena tidak punya frozen fruit, tambahkan saja buah yang ada.
- Aduk-aduk, lalu disantap.
Kalau mau, bisa diulang lagi untuk buka puasa. Topping buahnya bisa diganti-ganti sesuai selera. Begitu pula dengan yoghurt, bisa dipakai, bisa juga tidak.
Pernah, untuk berbuka puasa aku bikin salad buah. Langsung saja, potong-potong buah yang ada, lalu masukkan ke dalam wadah. Tambahakan susu cair atau yoghurt saja, atau campur keduanya. Chia seed dan oat tidak usah dimasukkan. Supaya afdal, karena sunahnya berbuka itu dengan kurma, ya, tinggal tambahkan kurma yang disuwir-suwir. Beres, jadilah menu sehat Ramadan simple ala Inda.
Cuma makan begitu saja, sudah kenyang dan bertenaga. Perut pun terasa enak, karena kenyangnya cuma sebentar dan tidak begah. Beraktivitas di siang hari tiada kendala. Salat isya dan tarawih juga nyaman.
Namun, karena tidak ada maksud diet, aku tidak saklek cuma makan itu-itu saja selama Ramadan. Aku juga menyantap makanan lain, kalau memang ada, misalnya kue-kue, nasi, kolak, atau olahan hewani yang dimasak mama.
Porsinya super sedikit, sekadar memuaskan hawa nafsu. Pokoknya, jangan sampai kekenyangan! Setelah itu, jangan cuma goler-goleran, apalagi pas subuh, usahakan jangan dilanjut tidur.
Pernah juga, sebagai alternatif, aku membeli roti gandum. Tanpa diapa-apain, aku makan begitu saja sebagai menu sahur, terus cuma minum air putih. Pernah juga, roti gandum itu aku kombinasikan dengan telur, atau dioles krim cokelat. Suka-suka aku saja selama tidak ribet.
Intinya, aku hanya mengurangi asupan karbohidrat. Menurutku, momen bulan puasa adalah saat yang tepat untuk melatih mengurangi makan nasi.
Untuk cairannya, aku memang sudah lama menghindari minuman manis, apalagi yang bersoda. Jadi, setiap makan hanya minum air putih, sudah biasa bagiku.
Namun, sekali lagi, aku hanya manusia Indonesia biasa. Misalnya di depan mata ada sambal cumi, pastilah aku mau memakannya dengan nasi. Paling, porsinya cuma sekepal. Masa iya, sambal cumi, makannya cuma digado.
Begitulah menu sehat praktis ala aku selama Ramadan. Meskipun sederhana dan tidak estetik, yang penting kaya serat dan bergizi. Alhamdulilah, sampai hari ini, puasaku masih aman, lambungku nyaman, dan tetap lancar buang air besar.
Apakah teman-teman juga menyiapkan menu sehat ala sendiri selama Ramadan ini? Yuk saling berbagi resep!