Saya ingat betul, ketika bertemu dengan dua orang turis asal Inggris di Vietnam, mereka langsung berseru ketika saya mengaku berasal dari Indonesia. Mereka menghabiskan waktu sekitar tiga bulan dengan berkeliling ke beberapa kota di Sumatera, Jawa, termasuk Bali, dan Lombok.
“What did you eat” tanya saya di tengah obrolan.
“Nasi goreng.” cetus salah satunya secara spontan. “Mhmmm, nasi goreng.” lanjutnya lagi. “Too much nasi goreng.” katanya.
Saya pun tertawa.
“It’s so good and cheap. I liked it.” tambahnya.
Lalu, di Jepang, ketika berbincang dengan teman asli sana. Secara tiba-tiba dia bertanya tentang nasi goreng. Saya dan teman Indonesia lainnya tentu kaget, bagaimana dia bisa tahu tentang masakan paling simple di NKRI itu. Rupanya dia tahu dari temannya yang pernah ke Indonesia, yang bercerita tentang kelezatan nasi goreng. Beberapa hari kemudian, salah seorang teman saya, asal Indonesia, memberinya sebungkus bumbu nasi goreng instan, dan dia pun tidak sabar ingin mencoba membuat nasi goreng sendiri. Entah bagaimana hasilnya.
Cerita di atas hanya segelintir pengalaman saya mengenai betapa populernya nasi goreng di luar Indonesia. Bahkan, ada di antara mereka yang fasih menyebutkannya tapi tidak tahu bentuknya seperti apa. Wajar sih, karena mungkin mereka tidak tahu arti katanya, lalu langsung mengangguk-angguk ketika dijelaskan bahwa nasi goreng itu adalah fried rice. Jadi, mereka bisa membayangkan bagaimana rasa dan bentuknya nasi yang digoreng.
Saya pribadi sih, sangat suka nasi goreng. Ini adalah makanan alternatif ketika lapar tapi hanya ada nasi yang tersedia. Menurut saya, ini adalah masakan Indonesia yang paling mudah dikreasikan, bahkan oleh mereka yang mengaku tidak bisa masak. Nasi putih, irisan bawang putih dan bawang merah, garam dan gula secukupnya, lalu kecap. Selesai. Tinggal panaskan minyak goreng kira-kira dua sendok makan. Bagi yang suka pedas, bisa tambahkan cabai. Kalau ingin bervariasi, bisa tambahkan telur yang didadar, dimatasapi, atau diorak-arik. Supaya lebih enak lagi, tambahkan seafood, sawi, wortel, acar, ayam, daging, sosis atau yang lain-lain, sesuai selera. Itulah mengapa, ada banyak nama-nama nasi goreng berdasarkan apa yang dicampurkan oleh pembuatnya. Jangan ketinggalan kerupuk, sebagai pelengkap, tentunya.
Mendengar kata goreng, mungkin terkesan tidak sehat. Tapi ini bisa disiasati dengan menggunakan minyak sayur atau minyak zaitun, lalu ditambahkan sayur-sayuran segar sebagai campurannya. Sangat cocok bagi mereka yang vegetarian. Kalau ingin dikasih ayam atau daging, ya sedikit saja. Itulah sebabnya di kebanyakan nasi goreng, sering ditambahkan irisan tomat dan ketimun. Selain sebagai garnish yang mempercantik hidangan, juga sebagai penyeimbang gizi.
Kembali ke soal popularitas, menurut saya ini adalah makanan rumahan yang bisa ditemui di hampir semua daerah di Indonesia. Saya menyebutnya makanan rumahan yang menasional. Membuatnya gampang, dan bahan-bahannya pun mudah dicari. Karena kerap dijumpai di berbagai sudut kota di Indonesia, baik di pinggir jalan maupun di restoran hotel bintang lima, turis asing yang berkunjung pun jadi gampang mengenalnya. Apalagi tulisannya terpampang jelas di gerobak-gerobak atau di kios-kios pedagangnya. Wisatawan mancanegara ini hanya tahu makan nasi goreng, tanpa peduli campuran bumbu dan pelengkapnya, dan mereka suka, hingga selalu teringat walaupun mereka tidak berada di Indonesia lagi. Lama-kelamaan, ditambah dengan pengucapannya yang gampang, hidangan super simple ini menjadi makanan yang menginternasional. Familiar, tidak hanya di lidah, tapi juga di telinga orang asing.
Lihat saja, kebanyakan restoran yang menyajikan masakan Indonesia di luar negeri, mungkin salah satu menu andalannya adalah nasi yang goreng ini. Lalu, ketika ada berbagai festival yang menampilkan hidangan khas Indonesia, nasi goreng sering ada di antaranya. Memang, nasi goreng is the dish of my country.
Jadi laper mbak, hehe..
Karena tulisan mbak, saya jadi paham kenapa hasil survei salah satu penulis buku seperti ini
http://atlasofprejudice.tumblr.com/post/129557504474/asia-according-to-japan-a-map-from-yanko
Kalau lagu Bengawan Solo, di sana masih terkenal ga mbak?
Hahahha… bener kaaann…
Bengawan Solo kayaknya emang terkenal deh, tapi sama yang seangkatan tante dan ibu-ibu kita 😛
Uniknya, Kokoronotomo malah banyak yang nggak tahu 😀