Sailing Trip 3H2M di Taman Nasional Komodo

Akhirnya kesampaian juga sailing trip di Taman Nasional Komodo. Another bucket list checked!

Sailing trip demi bisa menemui hewan purba bernama Komodo atau turis asing biasa menyebutnya Komodo dragon, di habitat aslinya, adalah impian lama yang akhirnya menjadi nyata. Perjalanannya benar-benar mampu membuat lupa akan rutinitas harian.

Komodo di Taman Nasional Komodo
Bersama komodo di Taman Nasional Komodo

Sebagian backpacker, demi menekan budget, biasanya hanya bergabung dengan trip harian. Tujuan utamanya hanya melihat komodo, dan singgah di satu atau dua pulau lain. Ada juga yang memilih paket 2H1M hanya untuk merasakan sensasi menginap di atas kapal. Tapi idealnya, dan yang banyak ditawarkan agen perjalanan, adalah live on board 3H2M.

Trip impian ini adalah hasil memenangkan sebuah kompetisi, bersama peserta lain: Kokoh Maynard, Mas Suwardi, Dicky, Syahban, Lily, Ina, dan Teh Ira, kami berkesempatan mengitari pulau-pulau di Taman Nasional Komodo selama tiga hari dua malam dengan berkendara KM. Indu Komodo milik Be Borneo Tour.

Pulau-pulau yang Disinggahi di Taman Nasional Komodo

Labuan Bajo – Pulau Kanawa – Pulau Rinca (Loh Buaya)

Hari pertama, peserta berkumpul di Pelabuhan Labuan Bajo, langsung di atas kapal kayu yang akan menjadi rumah kami selama di lautan. Sambil kapal bergerak pelan, ada briefing singkat yang disampaikan oleh Mas Indra, empunya kapal, mengenai rute pelayaran.

Pemberhentian pertama adalah Pulau Kanawa. Daratan berpasir putih dengan latar bukit di belakangnya ini menyediakan beberapa spot foto yang bisa dimanfaatkan.

Pulau Kanawa dan Loh Buaya

Di sini kami menghabiskan waktu dengan snorkeling. Meskipun warna lautnya toska bening, serta tampak ikan yang saling berkejar-kejaran, kondisi koralnya banyak yang rusak dan mati di bagian yang dekat daratan. Ini mungkin karena dangkal, sehingga banyak pengunjung yang tanpa sadar merusak karang dengan kaki kataknya.

Puas berjemur sambil basah-basahan, kami kembali ke kapal untuk menyantap makan siang. Kapal tetap melaju menuju tempat kedua, Pulau Rinca.

Komodo, I’m coming!

Saya sedang haid hari ketiga saat itu. Sudah deg-degan tidak bisa menatap komodo secara langsung. Ternyata, jangankan melarang, menyebut-nyebut soal pantangan saja, tidak, ranger-nya.

Ketika saya tanyakan soal itu, dia hanya menjawab: “Bisa jadi kalau memang lagi deras-derasnya, seperti hari pertama.” Gitu doang.

Kesimpulannya, nggak mesti makan pil penunda mens kalau cuma pingin lihat komodo!

Kami hanya mampir di Pulau Rinca atau disebut juga Loh Buaya untuk melihat habitat komodo. Menurut ranger yang menemani kami, ada sekitar 1200 ekor komodo di sini. Sementara di Pulau Komodo, populasinya sekitar 1500 ekor. Kenapa nggak kesana juga? Karena wilayahnya sangat luas. Kecil kemungkinan untuk menjumpai gerombolan komodo seperti yang kami temui di  Pulau Rinca.

Di pulau ini semua bangunannya berbentuk panggung. Ada satu yang di dalamnya terdapat dapur. Aroma masakan dari sini mampu memancing komodo mendekat. Itu sebabnya pengunjung bisa sangat mudah menjumpai reptil buas itu di kolong bangunannya.

Kami melihat sekitar lima ekor komodo yang sedang berdiam diri seperti pemalas. Jangan dianggap mereka sedang bersantai, ya. Itu memang protapnya dalam mengintai mangsa.

Indescribable feeling that I finally was eye on eye with the Komodo dragons!

Untuk berfoto, ada batas yang diberi tanda dan dijaga oleh ranger. Pemandu kami sudah fasih benar mengarahkan gaya yang diinginkan pengunjung, misalnya pose seolah sedang mengelus punggung komodo. Aslinya, ada jarak sekitar 2-3 meter dari makhluk yang sepintas mirip buaya itu.

Rute yang kami ambil adalah jarak pendek (short trek). Medannya datar, tanpa perlu keliling bukit. Setelah melihat gerombolan komodo, kami digiring ke sarang telurnya yang dijaga oleh seekor induk dalam jarak beberapa meter. Warnanya yang nyaru dengan tanah dan rerumputan kering bisa mengecoh mata. Untung diberitahu oleh petugas yang sedang menerangkan kehidupan komodo di Taman Nasional Komodo ini.

Karena masih ada waktu, kami diajak ke sebuah bukit untuk menikmati pemandangan sekitar. Entah apa nama bukit ini, tapi kata petugas yang menemani kami, namanya Bukit Tampan, lantaran yang kerja di sana laki-laki semua. Bisa jadi bisa jadi…

Kami bermalam di sini. Bersama dua kapal lain, kami bersandar di dermaga dan menghabiskan malam di tepi Pulau Rinca. Lautnya sangat tenang hingga membuat kami semua bisa tidur dengan pulas.

Pulau Padar – Long Beach (Pink Beach) – Taka Makassar (Pasir Timbul) – Manta Point – Pulau Kalong

Next destination di hari kedua adalah pulau idaman semua turis. Foto-fotonya bertebaran di media sosial. Sayangnya kami baru bergerak setelah fajar sehingga harus berpacu dengan si terik matahari saat di Pulau Padar.

Jangan cuma nyiapin kostum terang buat foto-foto kalau ke Pulau Padar! Bawa juga topi, sunblock, dan air minum! Wajib.

Happy-happy di Pulau Komodo dan sekitarnya

Untuk sampai ke spot yang bisa melihat ketiga teluk yang banyak beredar di Internet, kamu mesti banjir peluh dan helaan napas. Begitu tiba, masih harus antre kalau ingin berfoto, kecuali nemu sudut lain yang lebih menarik untuk dikeker.

Entah apa setiap hari begini, atau hanya karena akhir pekan, pengunjung siang itu sangat ramai. Enggak bule, nggak lokal, sepertinya sedang berkumpul di Pulau Padar. Emang, ke sini mending pagi-pagi.

Fyi, salah satu teluk di sini, adalah yang tampak pada uang Rp50.000 baru.

Dari sini, kami lanjut snorkeling ke Long Beach yang pasir putihnya bercampur dengan pecahan koral berwarna merah. Karang inilah yang memberi efek merah mudah dari kejauhan, makanya dikenal sebagai pink beach.

Siang itu kami tidak mengunjungi pink beach yang biasanya. Menurut pemandu kami, pasir di sana kurang pink dibandingkan Long Beach.

My another wishlist checked!

Dirasa cukup bermain-main di lautnya Long Beach, kami kembali ke kapal untuk makan siang. Sembari kapal bergerak, kami menikmati hidangan dengan lahap.

Selanjutnya, kami ke Taka Makassar (Pasir Timbul), sebuah hamparan pasir di tengah laut. Walaupun dari jauh terlihat seperti dataran putih, di sini juga ditemui beberapa pecahan kecil koral merah.

Kami cuma foto-foto cantik di sini. Tapi memang, tidak ada yang bisa dilakukan. Paling berenang di air dangkalnya yang berkarang agak tajam.

Sebelum merapat ke tempat bermalam, kami diajak ke tempat manta biasa berkeliaran (Manta Point). Sayang, arusnya lumayan kuat sore itu, hingga membuat nyali ciut. Hanya Syahban yang nekad nyebur dengan ditemani seorang kru kapal.

Kami yang di atas kapal ikut deg-degan menyaksikan usaha mereka berdua kembali ke kapal. Entah apa jadinya kalau saya juga ikutan terjun. Biarlah, mungkin lain kali saja saya berenang bersama manta. Hari ini cukup puas bisa melihat sosok hitam pipihnya dari kejauhan.

Terakhir, kami mengejar senja ke Pulau Kalong. Seperti namanya, kami akan menyaksikan gerombolan kelelawar beterbangan meninggalkan peraduannya.

Wuih, baru kali itu saya melihat langit penuh dengan sosok hitam si kalong. Nggak habis-habis rasanya mereka keluar dari pulaunya. Kami melepas kepergian mereka dari dek atas kapal sambil bersantai di bean bag. Tadinya mau nungguin mereka balik, menjelang subuh, tapi keenakan tidur.

Setelahnya, kami menyantap makan malam, dan menghabiskan sisa hari di tengah laut yang berada tak jauh dari Kampung Rinca. Terasa banget, badan mulai letih di hari kedua ini.

Pulau Manjarite – Pulau Kelor – Labuan Bajo

Last day, kami puas-puasin di Pulau Manjarite. Tapi, kami langsung nyebur, tidak melipir ke daratanya yang banyak ditumbuhi pepohonan.

Pemanasan dua hari cukuplah membuat saya berani mempraktikkan teori freediving yang dulu pernah dipelajari. Puas banget bisa duckdive meski jauh dari sempurna. Yang penting bisa nyelam sejenak mendekati kumpulan terumbu karang.

Pemandangan di bawah dan di atas air di Taman Nasionol Komodo

Kalau kemarin-kemarin melihat air berwarna toska berpadu biru, kali ini cenderung biru tua. Mungkin karena memang lebih dalam. Kami bahkan sama sekali tidak menyentuh dasar laut. Untung ada rompi pelampung yang selalu dibawa.

Begitu kembali ke kapal, kapten menyuruh kami semua untuk loncat indah. Aah, andaikan saya yakin bakal muncul lagi setelah terjun dari kapal, karena nggak bisa berenang, mungkin saya sudah melompat dari tadi. Dasar  penakut.

Dari sini, kami menutup perjalanan dengan berlabuh di pulau kecil nan penuh tantangan, yaitu Pulau Kelor. Bentuk puncaknya yang melengkung hampir sempurna itu, memiliki medan yang terjal dan berdebu. Jangan sampai ketinggalan topi dan air minum saat ke sini!

Tapi kalau sudah di puncak, pemandangannya bikin mata adem. Warna hijau dan biru laut berpadu manis di dasar perbukitan khas tanah Flores.

Kalau masih ada waktu, bisa juga snorkeling di sini. Tapi kami lebih memilih kembali ke tempat teduh di kapal, menikmati hembusan angin dan makan siang terakhir.

Mungkin, kalau tidak ada yang mengejar pesawat sore itu, kami bisa mengunjungi satu atau dua tempat lagi di Taman Nasional Komodo ini. Maybe next time.

Begitulah kira-kira keasyikan yang didapat dari perjalanan selama 3 Hari 2 Malam di Taman Nasional Komodo.

Fasilitas dan Pelayanan selama Menyusuri Taman Nasional Pulau Komodo

Biaya paket yang ditawarkan oleh Be Borneo untuk sailing trip 3H2M di TNK ini adalah Rp2.250.000 per orang. Fasilitas dan pelayanan yang didapatkan adalah:

  • jemput-antar, terserah, mau bandara pp, hotel pp, dari bandara ke hotel, atau dari hotel ke bandara.

  • makan siang dan makan malam pada hari pertama; makan tiga kali plus snack sore pada hari kedua; serta sarapan dan makan siang pada hari terakhir. Semuanya enak dan banyak. Di sela-selanya tersedia air mineral, susu, kopi, dan teh, yang bebas bikin sendiri. Air panas tinggal minta kalau habis. Meskipun begitu, nggak ada salahnya bawa cemilan. siapa tahu nggak sabar nungguin jam makan.  Atau yang parno mabuk laut, bolehlah berbekal ramuan anti mabuk.
  • tiket masuk taman nasional, seperti di Pulau Rinca dan Pulau Padar.
  • tidur di kamar ber-AC yang dilengkapi kasur, bantal, dan selimut.
  • listrik dan colokannya.
  • toilet untuk bersih-bersih dengan air tawar.
  • dipasang tali di tiap tiang buat yang ingin menjemur pakaian basah.
  • alat snorkeling, pelampung, dan life jacket.
  • awak kapal asli Flores yang bersahabat dan bisa merangkap sebagai kapten, juru masak, guide ke setiap pemberhentian, serta fotografer/ videografer. Catatan, meskipun dijanjikan dokumentasi, sebaiknya bawa memory card atau kamera sendiri.

Berminat?

Be Borneo Tour:
Email: info@beborneotour.com
WhatsApp: 0852-5150-1009
Website: tourkomodo.co

Bilangin, tahu dari blogger bernama Rel(inda) Puspita.

Trip ke Taman Nasional Komodo ini ada hampir setiap minggu. Bisa private, ataupun grup.

Have a nice trip!

25 Replies to “Sailing Trip 3H2M di Taman Nasional Komodo”

  1. Saya dulu ke Pulau Komodonya, nggak ke Pulau Rinca, makanya pulau yang dikunjungi nggak terlalu banyak. Pulau Komodo jaraknya kan lumayan jauh dibandingkan Rinca. Pengin juga mengunjungi Pulau Rinca.

      1. Dapet dua komodo lagi jalan-jalan di dekat pantai. Tapi malah serem, soalnya mereka jalannya cepat. Seru, sih. Guide kami memang bilang, kalau yang di Pulau Rinca lebih banyak yang terlihat, karena hutannya nggak selebat Pulau Komodo.

  2. Mbak, sama banget aku juga mens waktu sampai di Pulau Rinca live on board ke Komodo memang gak terlupakan ya mbak.. rasanya kayak mimpi karena baguus banget. Salam kenal mbak.

  3. Wah, terima kasih infonya! Saya berencana ingin ke Pulau Komodo juga. Tulisan ini berguna banget buat tambah-tambah informasi sebelum sampai di sana. 😀

  4. Waktu ke sana sayangnya aku gak sempat ke goa kalelawar kak krn bener2 hrs pas waktunya u liat kalelawar pergi dan masuk goa. Pengen bgt sih k Sana lagi

    1. Kita juga nggak turun ke pulaunya, cuma melihat mereka berhamburan di langit. Iya, Flores emang ngangenin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *