Menyiasati traveling secara efektif dan hemat, uang bukanlah satu-satunya yang harus dipersiapkan. Ada satu lagi yang harus menjadi pertimbangan, yaitu waktu.
Waktu sangat berpengaruh dalam penyusunan itinerary. Misalnya jam berapa kendaraan umum dengan rute yang dituju beroperasi, kapan harus tiba di lokasi agar tidak ketinggalan momen-momen berharga, atau jadwal-jadwal lain yang harus diketahui agar perjalanan sesuai rencana dan memuaskan.
Bicara soal waktu, pernah, kan, mengalami celingak-celinguk mencari penunjuk waktu saat tiba di stasiun atau terminal atau bandara? Saat itu sedang tidak mengenakan arloji. Ponsel pun masih di dalam tas. Mau diambil, eh, barangnya sudah bergeser ke dasar tas atau nyelip entah di mana di dalam tas. Bikin sebal terkadang.
Nggak ada alasan khusus, sebenarnya, kenapa mencari penunjuk waktu saat tiba di suatu tempat, hanya ingin tahu saja sekarang jam berapa. Kalau memang tidak ada yang dikejar, berarti bisa agak santai geraknya. Tapi kalau sedang berpacu dengan waktu, kita harus memutar otak bagaimana caranya agar tidak terlambat hingga menyebabkan keluar biaya tak terduga.
Pokoknya, ingat waktu sangat penting saat melakukan perjalan berdana minim.
Terkait traveling on budget, pengetahuan tentang waktu jelas ada hubungannya. Sering, kan, ada yang bilang kalau mau dapat tiket murah, harus ambil kendaraan umum yang beroperasinya paling pagi atau yang paling malam, alias di luar rush hour. Nah, jam sibuk di masing-masing daerah bisa saja berbeda-beda. Telat satu detik, bisa membuat seorang traveler kehilangan beberapa rupiahnya. Harga tiket transportasi publik dan harga tiket masuk tempat wisata favorit, terkadang berbeda antara pagi, siang, dan malam.
Itu makanya saya selalu berusaha tahu waktu saat bepergian, apalagi saya termasuk aliran traveler yang ingin menikmati perjalanannya dengan cara semurah mungkin, kecuali terpaksa. Salah satu strateginya adalah mengenakan jam tangan. Entah kenapa, kalau pakai jam tangan, bawaanya pingin lihat jam terus. Bisa, sih, lihat penunjuk waktu di smartphone, tapi, kan, nggak selalu pegang handphone, apalagi saat di pesawat terbang.
Karena saya cewek, tampil fashionable saat traveling juga sebuah keharusan. Nggak mesti tampil cetar-membahana ala Syahrini juga, dengan jam tangan berlapis permata. Tampil simple justru lebih nyaman kalau bawaannya ransel, apalagi saat berpindah tempat naik kendaraan umum. Daypack, kalau bisa, dimasukkan ke backpack. Ntar aja dipakai kalau lagi sightseeing.
Sebisa mungkin nggak banyak tentengan, takut hilang, nyangkut, dan kelupaan. Kalau sudah begini, jelas arloji adalah satu-satunya penunjuk waktu. Maunya yang teknologinya keren, ada GPS dan bisa jadi alat komunikasi seperti Power Ranger. Tapi kalau nggak mampu beli yang seperti itu, it’s okay. Traveling tetap bisa nyaman dan menyenangkan, kok.
Nah, bicara soal jam tangan yang desainnya sederhana tapi tetap bisa gaya, Bonia bisa dilirik, tuh. Harga jam tangan Bonia juga termasuk bersahabat bagi para budget traveler. Pun bisa dikenakan kapanpun, formal dan casual. Yang penting fungsi, bukan tampilannya.
Kalau dari gambar-gambarnya, tampilan jam tangan merk ini tidaklah mencolok sampai bisa menarik perhatian orang iseng yang mengincar pergelangan tangan kita. Para scammer, misalnya, yang pura-pura menyenggol lalu minta maaf, nggak tahunya njambret jam tangan kita secara halus.
Sekali lagi, tahu waktu dan dekat dengan penunjuk waktu, sangat disarankan bagi para pejalan berdana minim. Nggak mesti canggih atau mahal, yang penting berfungsi.
Mind your time while traveling, yow!
Anin suka model yang talinya dari kulit dan berwarna hitam mbak. Simpel tapi bisa digunakan kapan saja.
Apalagi kalau ke daerah yang agak rawan ya mbak. Mau pegang hp cuma buat liat jam jadi agak ngeri, lebih baik pakai jam tangan kan.