“Ke pantai, yuk!
“Lewat pantai aja, ya.”
Bengkulu mulai menyadari potensi terbesarnya sebagai daerah yang berada di kawasan pesisir. Lihat saja daerah Pantai Panjang saat ini, banyak pemandangan baru yang bisa dilihat dan dinikmati. Harapannya hanya satu, menjadi destinasi wisata favorit bagi semua orang.
Tidak heran, setiap ada kerabat atau kenalan dari luar kota, tawaran pertama yang diajukan adalah menyusuri Pantai Panjang. Tidak perlu turun dari kendaraan kalau takut panas, memandang dari atas kendaraan saja sudah sangat menyenangkan. Apalagi saat dibuai semilir anginnya.
Tapi… sebagai daerah pesisir, pantai bukan satu-satunya pesona di kota berhawa panas ini. Ada potensi lain di tepi laut yang belum terjamah, dan sebelumnya tidak terpikir akan menjadi ramai oleh orang-orang yang ingin berfoto.
Hutan mangrove atau hutan bakau, sekarang gencar dipercantik. Selama ini, kawasan ini tidak dianggap sama sekali. Hanya dikenal sebagai tempat ikan berkumpul. Tapi kini, penataannya dibuat apik dengan menambahkan dermaga dan jalan setapak yang melayang di atas air. Sungguh menjadi pemikat, khususnya bagi anak muda pemburu konten media sosial.
1. Kampung Sejahtera
Awalnya, ini hanya permukiman biasa yang berlokasi tidak jauh dari Pelabuhan Pulai Baai dan Tempat Pelelangan Ikan. Penghuninya mayoritas nelayan, dan letaknya di tepi muara, jadi bukan hal aneh jika terlihat ada perahu kayu yang tertambat di sini.
Kemudian, hadir program pemerintah yang membuat tempat ini berangsur tertata. Tujuannya, apa lagi kalau bukan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum nelayan. Itu sebabnya, barangkali, kawasan ini dijuluki Kampung Sejahtera. Entah bagaimana kondisi dulunya, tapi sekarang Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu ini terlihat bersih.
Salah satu kegiatan dalam program tersebut adalah pembangunan dermaga. Saya menyebutnya dermaga mini, karena memang tidak terlalu luas. Posisinya menyambung dengan halaman masjid. Lantainya terbuat dari kayu dan dicat gelap. Di bawahnya terbentang air muara yang gelap dan berminyak. Lalu di seberangnya terdapat barisan tanaman bakau yang hijau dan tumbuh subur.
Spot yang oleh warga setempat hanya dianggap biasa saja, justru berbeda di mata generasi milenial. Mereka sengaja datang ke sini untuk berfoto. Dari foto-foto yang tersebar itulah, akhirnya banyak yang penasaran.
Tak pelak, ini kesempatan bagi warga yang jeli membaca peluang. Mereka mencoba menyewakan perahunya kepada pengunjung untuk menjajal perairan muara yang dipagari tanaman mangrove itu. Banyak peminatanya, ternyata. Ada jenis hiburan baru. Bisa naik perahu tanpa harus mengarungi samudera luas. Dulu, saya hanya membayar Rp10.000, sekarang biayanya entah berapa.
Perjalanannya sekitar 30 menit. Perahu bergerak pelan dari dermaga ke ujung muara yang tanaman bakaunya rapat-rapat. Sangat menyenangkan karena hawanya adem. Perahu berhenti lumayan lama di sini untuk memberikan waktu kepada penumpang yang ingin berswafoto. Bahkan, ada yang foto prewedding sampai ke sini.
Di dekat dermaga, kita juga bisa menemukan beberapa orang yang menjual kerajinan terbuat dari kulit kerang. Tak ketinggalan para pedagang bergerobak, juga ikut mangkal di sini.
2. Taman Wisata Mangrove Bhadrika
Hutan bakau yang berada di daerah Jenggalu ini berada persis di sebelah Restoran Jenggalu yang sudah lama dikenal masyarakat. Tapi, Bhadrika sendiri adalah sebuah resto, hingga pengunjung bisa memesan makanan sambil menikmati pemandangan muara dari balik ranting-ranting tanaman.
Oleh pengelola tempat ini, jejeran tanaman mangrove yang seakan memagari areal luas di tepinya ini dimanfaatkan sedemikian rupa hingga menggoda rasa ingin tahu para pengunjung restoran. Dermaga utamanya menjadi penghubung jalan setapak yang melintasi perairan muara.
Tempat ini bisa menjadi alternatif tempat kongkow, karena tersedia bangku-bangku dan meja untuk menyantap makanan. Pun untuk foto-foto, banyak spot yang bisa dieksplorasi.
Seandainya cuaca buruk, pengunjung bisa bergeser ke bagian beratap yang sepertinya sengaja dibuat bagi mereka yang bermaksud mengadakan acara di tempat ini. Lahannya sangat luas, karena konon, dulunya adalah areal outbond.
Jadi, bagi yang bingung mau menghabiskan waktu kemana, bolehlah menepi ke kedua kawasan mangrove/ bakau di atas. Dijamin, foto-fotonya layak tampil di akun instagram kalian semua.
Tinggal ke sana, Kak.
Sebetulnya saya menilainya panas ya, mengingat di kota saya sendiri juga ada hutan bakau yang dijadikan tempat wisata.
Tapi kayaknya oke nih buat naikin PAD-nya Bengkulu.