Bermalam di Bandara Soekarno-Hatta, Banten

Sampai tulisan ini publish, sudah tiga kali saya menginap di Bandara Soekarno Hatta, Banten. Apalagi alasannya kalau bukan untuk menekan biaya. Nggak mau ribet bongkar-bongkar tas, juga, sih. Apalagi kalau pesawatnya terbang pagi.

Bagaimana rasanya?

Biasa saja. Aman.

Kisah pertama, dari Bogor sebenarnya bisa saja saya mengambil pesawat sore pulang ke Bengkulu, tapi, karena sudah lama tidak ke Jakarta, saya berniat menghabisakan waktu sesaat di ibukota. Rencananya mau ke Kota Tua atau Sea World, tergantung kereta sampai jam berapa.

Kesorean, ternyata, terus hujan. DAMRI bandara yang ada di dekat-dekat sana, hanya ada sampai pukul 18.00. Terpaksa ganti arah. Turun di Stasiun Juanda dan rehat ke Masjid Istiqlal. Belum pernah masuk ke dalam, soalnya. Dari sini, nanti tinggal jalan kaki ke Stasiun Gambir.

Fyi, DAMRI dari Gambir ini punya jadwal paling malam ke bandara, yaitu jam 21.00. Cocok buat yang mau menghabiskan malam di Soeta.

Segala cara dipakai untuk melewati malam. Dari sengaja salat isya di musala bandara, biar bisa rebahan setelahnya, sampai jalan kaki bolak-balik di sepanjang Terminal 1. Mau main ke Terminal 2 dan 3, saya ragu apakah ada shuttle bus pada tengah malam. Akhirnya tiduran di bangku besi yang ada di teras bandara.

Tidak bisa lama kalau tiduran di musala. Petugasnya bakal mengunci pintu, dan baru dibuka lagi menjelang subuh. Lagian, mereka juga wanti-wanti kalau ada petugas Angkasa Pura yang lihat.

Pengalaman kedua, saya sengaja ambil penerbangan malam dari Bengkulu ke Cengkareng supaya tidak terlalu lama berdiam di bandara. Besok subuh saya mau ke Kupang.

Setelah mendarat, saya ke toilet, duduk-duduk sebentar sambil ngetes Wi-Fi, terus keluar buat rebahan lagi di karpet empuknya musala Terminal 1. Tengah malam, pindah ke bangku di teras.

Catatan: Kalau terminal dan maskapai lanjutannya sama, mending nggak usah keluar. Tiduran aja di ruang tunggu. Bangkunya lebih empuk daripada di luar.

Cerita terakhir, dari Kupang saya tiba di Soeta sekitar pukul 15.30. Sebenarnya bisa saja saya langsung terbang ke Bengkulu pada jam 16.25. Tapi karena takut nggak kekejar, saya putuskan besok paginya berangkat ke Bengkulu. Lagian, itu juga harga tiket terendah.

Masih banyak waktu sebetulnya, kalau mau main ke kota dulu, misalnya ke pusat perbelanjaan untuk beli fashion wanita terkini. Tapi karena bawa ransel depan belakang, saya putuskan keliling terminal bandara aja. Gratis. Sialnya, saya nggak kepikiran ada penitipan barang di bandara.

Selain belanja, kalau besoknya saya ambil penerbangan sore ke Bengkulu, mungkin saya bisa mengunjungi Jakarta Aquarium. Beli tiket masuk Jakarta Aquarium ini bisa online. Kan, belum pernah ke sana. Katanya ada pertunjukan bawah airnya. Pasti seru!

Lagi-lagi, saya menghabiskan waktu dengan menjelajah terminal bandara. Kali ini saya sempatkan ke Terminal 2 untuk mencari makan malam, karena menurut saya, di sini pilihan makanannya lebih banyak. Tadinya mau ke Terminal 3 juga, tapi karena melihat ada spot buat ngecas handphone, berhentilah saya di sini selama beberapa jam.

Setelah keliling terminal, sekitar jam 21.00 saya putuskan balik ke Terminal 1 untuk mencari spot tidur. Sambil berusaha lelap, saya baru sadar, lokasi saya persis di depan halte shuttle bus. Ternyata busnya tetap beroperasi. Mungkin 24 jam, soalnya sempat melihat ada yang turun dari bus pada dini hari.

Jadi, nggak perlu khawatir mati kebosanan kalau terpaksa menginap di Bandara Soekarno Hatta. Free Wi-Fi di sepanjang terminal lumayan lancar, dan ada banyak calon penumpang bermalam di sana. Kalau kelaparan pun, banyak gerai makanan yang tetap buka.

7 Replies to “Bermalam di Bandara Soekarno-Hatta, Banten”

  1. Kadang ada penerbangan pagi banget mbak.. teman-teman suami sering tuh bermalam, takut telat. Kalau suamiku biasanya jam 3pagi berangkat dari rumah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *