Siang itu, belum pernah aku terisak panjang karena alasan handphone jatuh. Paling lecet dikit, pikirku. Tapi tidak hari itu.
Handphone itu terjatuh saat aku sedang memutar tiang tripod untuk mendapatkan posisi pas. Biasanya, sih, aman-aman saja. Tapi hari itu, setting-an tiangnya mungkin lumayan tinggi. Ketika jatuh ke lantai semen, malang tak dapat ditolak, timbul beberapa goresan panjang tak beraturan di kaca layarnya.
Salah, memang, aku tidak melepaskan handphone-nya terlebih dulu. Kupikir aman-aman saja, secara sudah terjepit kencang atas-bawah pada dudukannya. Parahnya, ada pecahan yang terkelupas di sisi bawah.
Lama ku terpaku menatap satu-satunya telepon pintar yang ku miliki itu. Berbagai pikiran muncul, khususnya tentang bagaimana pekerjaanku yang lekat dengan dunia perkontenan.
Maklumlah, sebagai content creator, aku hanya mengandalkan handphone-ku itu untuk berkarya. Gawai itu aku dapatkan dari hasil menang lomba blog tahun 2018. Aku bersyukur kinerjanya mumpuni untuk menunjang kegiatanku menjemput rezeki di dunia maya.
Table of Contents
Handphone-ku Sayang, Handphone-ku Kuat
Setelah terdiam dalam isakan, aku mencoba mengetes kamera belakang dan depan. Itu yang terpenting buatku. Baik-baik saja, ternyata. Shooting yang sedang kukerjakan berlanjut. Hasilnya pun seperti sebelum kondisi layarnya retak.
Audionya juga terdengar normal. Sensitivitas layarnya juga baik-baik saja. Kalaupun ada error, mungkin sangat kecil, dan aku tidak bisa merasakannya.
Ku tunggu beberapa hari, untuk memastikannya lagi. Syukurlah, masih terasa normal seperti biasanya.
Saat ini aku menggunakan ASUS Zenfone Max M2, memori 32GB RAM 3GB. Kamera belakang dual 13MP, dan kamera depan 8MP.
Hampir semua foto di laman media sosialku adalah hasil jepretan Zenfone ini. Fungsinya makin maksimal sepanjang pandemi. Aku mulai menekuni dunia per-video-an, dan dialah yang menjadi andalanku.
Mengenai sistem pengoperasiannya, menurutku, compatible dengan perkembangan fitur terbaru di beberapa aplikasi yang kubutuhkan. Berita baru-baru ini mengenai jenis-jenia handphone yang tidak bisa mengakses WhatsApp, handphoneku lolos. Semua fitur terkini yang kuperlukan, bisa diakses.
Terus, yang makin membuatku sangat menyayanginya, adalah fungsinya sebagai media hiburan di waktu luang.
Ceritanya, sejak pandemi aku terkena virus drakor. Nah, semua drama Korea yang ku tonton, menggunakan alat ini.
Bukan cuma K-drama, malah. Hampir semua rekomendasi serial atau film yang pingin ditonton, semuanya aku tonton lewat handphone ini. Hari-hari di rumah saja sepanjang tahun 2020 – 2021 terasa mudah karena ‘anak baik’ itu.
Kebayang, kalau saat terjatuh itu pengoperasiannya langsung berhenti total. Otomatis aku kena mental.
Puji syukur setelah berbulan-bulan, gawai kesayanganku itu masih menunjukkan performa terbaiknya. Aku masih terus berkarya sesuai rencana.
Sempat ku bawa ke tukang servis, mau ganti layar. Tapi risikonya terlalu tinggi kalau harus ganti LCD.
Tukang servisnya pun bilang, selama tidak ada masalah dalam penggunaanya, maka semua baik-baik saja. Ucapan itu sungguh made my day!
Jangan Sampai Ketinggalan Handphone
Memang, bagi diriku yang aktif di dunia content digital, handphone adalah benda wajib yang harus dimiliki. Aktivitas keseharian pun hampir semuanya mengandalkan gadget ini.
Pengumuman terbaru soal kegiatan di kantor, tawaran job menulis di blog, berita terkini dunia, belanja, bayar tagihan bulanan dan tahunan, boarding pass, bukti vaksin, sampai sedekah dan investasi, semuanya dilakukan dari handphone. Hidup zaman sekarang memang ada di genggaman. Lebih-lebih di era digital ini.
Pernah, nih, pas mau perawatan badan di dekat rumah. Aku merasa uang di dompet tidak cukup untuk membayar biayanya. Mau ke ATM, agak jauh dari rumah. Tapi aku tetap pergi, dengan harapan bisa membayar secara elektronik, entah pakai internet banking atau e-wallet.
Begitu datang, setelah diskusi soal perawatannya, aku langsung bertanya, “Bisa bayar pakai debit atau transfer?”.
Tidak keduanya, memang. Tapi bisa pakai QRIS dari bank yang aplikasinya ada di hp-ku. Selamaat…
Jadi, kalau sekarang aku ketinggalan dompet, atau kekurangan uang saat transaksi, tidak bakal sepanik kalau kelupaan bawa hp. Yaaa… palingan agak kurang tenang di jalan, karena tidak membawa KTP. Tapi ada foto KTP di galeri ponsel.
Terus, namanya anak konten, bisa jadi, di tengah perjalanan merasa melihat momen unik untuk diabadikan dan dibagikan. Kalau nggak bawa handphone, nyesal banget ketinggalan momen.
Rezeki juga bisa berlalu kalau ketinggalan handphone. Pernah aku ketinggalan daftar job yang kriterianya gw banget. Tapi karena nggak bawa handphone, atau dihubungi tidak ada respon, akhirnya ngebatin, belum rezeki gua…
Pun saat gabut, tidak ada kegiatan, atau merasa sepi di keramaian, handphone adalah kunci. Kita bisa nge-game, bisa baca dan nonton, bisa menyicil pekerjaan, dan bisa menghindari obrolan nggak penting dengan pura-pura periksa chatting-an atau pura-pura ngobrol di telepon. Bahkan, kalau nyasar bisa pakai hp untuk melihat peta. Yup, segitu multitasking-nya sebuah smartphone.
Begitulah gambaran nyata hidupku. Gadget berwujud smartphone adalah kebutuhan primer, selain, sandang, pangan, papan.
Tetap Butuh Ganti Handphone
Meskipun handphoneku retak, kerjanya normal-normal saja sampai hari ini. Aku pun tidak masalah menggenggamnya kemana-mana. Tapi, aku tetap berniat ganti, kok. Alasan utamanya adalah daya simpannya.
Jadi, nih, setiap mau shooting, aku mesti cek storage. Kalau dirasa kurang, aku hapus semua foto dan drama yang telah diunduh, clear cache, clear data, bahkan uninstall beberapa aplikasi. Hapus-hapusin file nggak penting, adalah jalan ninjaku supaya aktif ngonten. Tapi ini merepotkan.
Kalau tidak begitu, tidak akan pernah ada puluhan video di kanal video Relinda Puspita. Biarkan saja kualitasnya masih jauh dari sinematik. Yang penting berkarya. Ini, salah satunya:
Proses shooting dan editing, semuanya di hp. Pokoknya, nggak segan lagi ngaku-ngaku sebagai youtuber meskipun belum monetisasi.
Pernah aku ke sebuah gerai ponsel. Lantaran sekarang sudah tahu apa yang kubutuhkan dari sebuah handphone, aku langsung tembak mbak penjaga konter. “Mbak, kalo hp yang kameranya bagus. Tapi harganya, maksimal sekitar lima jutaan, yang mana, ya?”
Kalau dulu, mana pernah aku ngomong begitu. Yang ada, ragu-ragu masuk toko seluler, pelangak-pelongok dengarin kata staf tokonya, lalu beli yang sesuai budget.
Meskipun sudah tahu mau hp yang bagaimana, aku belum memutuskan mau ganti handphone apa. Aku masih mau baca-baca lagi informasi tentang handphone di Carisinyal.
Ini merupakan media online yang menyajikan berbagai informasi dunia teknologi dan gadget, termasuk soal smartphone, laptop, aplikasi, game, dan rekomendasi apapun mengenai dunia teknologi. Setelah yakin memilih yang dimau, baru siapin duitnya, dan beli barangnya!