Nggak Mesti Nginggris di Kampung Inggris

Sebelum ke Jakarta dari Yogyakarta, saya sengaja mampir dulu ke Kediri karena penasaran dengan Pare, yang dikenal sebagai Kampung Inggris.

Dengan mengambil kereta malam dari Stasiun Tugu, paginya saya sudah sampai di Stasiun Kediri. Orang-orang di stasiun sepertinya sudah paham kalau melihat kita gendong ransel. Seperti kasus saya, setibanya di stasiun,  petugas, tukang becak, maupun supir angkutan langsung menegur dengan menyebut-nyebut Pare ke arah saya.

Tapi, sebagai budget traveler, berbekal petunjuk adik, saya terus saja berjalan kaki ke halte di depan Matahari Store untuk menunggu kendaraan semacam elf jurusan Pare. Tidak lama menunggu, mobil datang, dan langsung mengiyakan saat saya menyebut Pare. Sengaja saya duduk di samping supir agar bisa puas melihat-lihat.

Dalam perjalanan, supirnya bertanya nanti saya mau turun di mana. Mungkin supir-supir ini sudah paham tempat-tempat mereka yang ada di Kampung Inggris. Lagi, menuruti kata adik, supaya nggak bingung menyusuri Kampung Inggris, saya bilang turun di Ganesha, sebuah lembaga kursus yang cukup ternama di Pare. Saya tidak tahu bentuknya seperti apa, tapi namanya berpetualang, saya ikuti saja saran si adik.

Di tengah obrolan, mas supir menawarkan nomor telepon andaikan saya butuh jemputan pulang. Jadi, akibat jarangnya angkutan pergi-pulang Pare – Stasiun Kediri, sudah kebiasaan orang di sana untuk punya langganan elf. Yo wis, untuk jaga-jaga, saya simpan saja nomor supirnya.

Tidak lama, saat masih asyik menikmati pemandangan di jalan, saya diberitahu bahwa di sinilah Ganesha. Langsung saya turun dan sedikit mengalami disorientasi.

IMG_4118 (640x480)

Saya turun di depan sebuah gang. Dari tempat saya berdiri, terlihat banyak spanduk dan palang tempat kursus bahasa. Setelah melihat kiri-kanan, saya berjalan ke dalam gang.

Berdasarkan informasi, saat ini saya sedang berada di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Inggris. Saya amati, suasananya cukup ramai. Ada bangunan bertingkat seperti sekolah dan rumah-rumah warga yang dibuat sedemikian rupa hingga menjadi tempat belajar. Dari jalan, saya bisa melihat ada papan tulis dan dinding pengumuman di beberapa rumah. Lalu, sayup-sayup saya mendengar mereka yang sedang belajar Bahasa Inggris.

Selain tempat-tempat belajar, saya juga melihat ada warung makan, agen travel, toko buku, dan tempat sewa sepeda. Persis seperti daerah kost-kostan.

Alasan ingin meresapi suasananya, saya sengaja menginap semalam di sini. Apa benar, semua orang di sini berkomunikasi dalam Bahasa Inggris?

Setelah bolak-balik membaca situasi, saya akhirnya memutuskan menginap di Excellent, tempat kursus Bahasa Inggris yang juga menyediakan penginapan. Rupanya, kebanyakan yang belajar di Pare ini mengambil paket belajar yang lamanya minimal sekitar satu bulan, sehingga mereka diharuskan menetap. Ada lembaga yang menawarkan tempat belajar saja, tapi ada juga yang sekalian dengan akomodasinya. Tinggal pilih.

Waktu itu, saya hanya sendirian di kamar seharga Rp25.000. Di pintunya tertulis Kamar Pengasuh. Ada beberapa kasur busa yang tidak digunakan, satu loker kayu, dan kipas angin. Mungkin itu kamar buat mereka yang ngekost bareng. Kamar mandinya banyak dan di luar kamar. Ada beberapa kamar saat itu yang terisi dan dihuni oleh dua atau tiga orang. Di lantai atas tersedia juga tempat belajar.

Setelah meletakkan barang dan meminta alas kasur, saya kembali berkeliling sekalian mencari makan. Saat sedang asyik jalan dan sedikit mengambil foto, tiba-tiba saya ditegur oleh dua orang anak muda. Mereka menyapa dengan Bahasa Inggris yang kira-kira begini:

Mereka : “Excuse me, do you have time?” Kira-kira begitu mereka menegur saya.

Saya      : Agak kaget. “Yeeaaahh… but I’m Indonesian”

Mereka : “It’s O.K. We just want to interview for our assignment.”

Saya      : “Oookkaaayy…”

Kami pun berbincang sebentar dalam Bahasa Inggris. Bergantian, mereka bertanya tentang nama, asal, dan hobi, lalu tentang pentingnya Bahasa Inggris bagi saya yang hobinya traveling. Terakhir, saya diminta memberi skor mengenai kemampuan Bahasa Inggris mereka. Seru, baru datang sudah langsung practice English, bantuan orang bikin tugas.

Sudah, segitu saja pengalaman ngomong Inggris saya selama 24 jam di Pare. Sisanya, ngobrol dalam Bahasa Indonesia: dengan pedagang, staf Excellent, pemilik rental sepeda, petugas warnet, dan beberapa yang saya jumpai di sana. Ada sih, beberapa yang saya dengar berbincang dalam Bahasa Inggris. Pasti, kalau nggak memang diharuskan sama pengajarnya speaking English anywhere anytime, mereka memang niat casciscus Inggris. Salut!

Yang teriak-teriak ngomong Inggris juga kedengaran saat melewati lembaga-lembaga kursus, karena selain belajar di dalam ruangan, banyak tempat yang membuka kelasnya outdoor. Ada yang di balai-balai atau di bawah pohon kalau halamannya luas, atau di teras-teras kalau bentuknya rumah.

Jadi, nih, berdasarkan pengamatan saya. Pare adalah nama daerah yang salah satu kawasannya berisi tempat-tempat kursus Bahasa Inggris, makanya disebut Kampung Inggris. Dari gang ke gang dan di sepanjang jalan utama, berjejer lembaga-lembaga kursus Bahasa Inggris. Seperti wilayah kampus, kira-kira, ada rumah-rumah penduduk juga di sekitarnya.

Tapiii, yang nggak nyaman di Pare adalah transportasi umumnya. Beruntung, saya sempat dipinjami motor oleh kenalan di Excellent, sehingga bisa jalan-jalan sampai ke alun-alun Pare dan Simpang Lima Gumul, Kediri, keesokan paginya. Saya lewati lorong bawah tanahnya dan mengelilingi gerbang kubus yang ada di tengahnya. Mikir dalam hati, yang di Paris kayak gini juga, gak ya.

Tadinya mau sewa sepeda, tapi nggak ada yang sewanya jam-jaman, adanya mingguan dan bulanan. Oiya, orang-orang di sana kebanyakan menggunakan sepeda, jadi nggak heran kalau di beberapa tempat kursus, lapangan parkirnya tumplek dengan sepeda.

Secara kawasan belajar, kali ya, walaupun ramai, suasana di Pare terkesan tenang. Berisiknya hanya dengan suara-suara siswa dan guru yang sedang melafalkan kata-kata dalam Bahasa Inggris.

Satu lagi yang menyenangkan di Pare adalah jajanannya murah. Rp10.000 bisa kenyang. Jarang-jarang, nih, saya habis makan malam dengan spageti, setelahnya nyambung pisang bakar di tempat lain.

Lalu, saat pulang besoknya, sambil menunggu jadwal kereta, saya sempat berjalan kaki menyusuri jalan-jalan utama di Kediri. Di sini, saya sengaja mengisi perut dengan pecel sambal tumpang sambil ngampar di trotoar.

18 Replies to “Nggak Mesti Nginggris di Kampung Inggris”

  1. Belum kesampean untuk mampir ke Pare barang semingguuu aja. Setelah baca tulisan Mba, aku jadi penasaran. Tapi memang agak susah nyari kendaraan umum ya? Kalo gitu, main ke Kediri ga bisa sendirian nih aku.

  2. Hahaha… Ga “mesti” nginggris katanya tapi sendirinya Sok inggris habis habisan… Oh yeah… Baru saja saya lihat artikel tahun 2015 dan 2014 di blog ini dan WOW! kesan mau Show off nya kelihatan banget… Tipikal orang indo lah… Kalo udah bisa ke luar negeri dikit aja langsung show off… Dan berlagak seolah olah kalau english itu bahasa ibunya…sok native gitulah padahal muka sih PEMBOKAT. Disindir dikit bilangnya “sirik” padahal mah ya… Emang situ tau penulis komen dah pergi kemana aja? Dikira semua orang sama pembokatnya kaya situ… Itulah kenapa saya selalu menghindari orang Indo ketika diluar negeri. Bukannya sombong, justru menghindari kesombongan dari orang kaya situ, sebut saya mengeneralisir, tapi lebih baik menghindar dari pada rusak mood nya…

  3. bertambah lagi referensi tentang Kampung Inggris. Ternyata itu yang menyebabkan di panggil Kampung Inggris. Semoga bisa ke tempat ini, kalau bukan untuk kursus sekadar jalan-jalan saja.

  4. kampung inggris pare emang seruu banget. Dulu tahun 2012 gw pernah kesana. Sampe sekarang masih kangen, berkesan banget :’)

  5. hai mba,
    sekedar share aja, disana ada juga semacam travel (lebih tepatnya mobil sewaan plus guide) yg bisa anterin keliling
    biasanya 1 mobil disewa seharian
    saya dulu pernah sewa ke untuk keliling blitar (tetanggan dengan kediri), untuk ke makam bapak proklamasi kita, trus ke pantai, gunung kelud, dan kampung coklat.

  6. iyaa,,tidak di haruskan menggunakan bahasa inggris untuk berkomunikasi. berbicara bahasa inggris hanya untuk memperlancar dan belajar cara pengucapannya.

Leave a Reply to Kampung Inggris Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *