Hidup Tenang, Bukanlah Rencana Pensiun Impianku

Aku tidak ingin menua seperti orang tuaku.

Mereka adalah contoh ideal, sebenarnya. Ayah dan ibuku memiliki pekerjaan yang layak, sehingga kami, anak-anaknya, tidak pernah mengenal istilah sandwich generation.

Entah apa rencana pensiun mereka dulu. Sekarang keduanya lebih banyak menghabiskan waktu duduk-duduk di teras rumah, menatap jalanan sambil ditemani kudapan.

Kehidupannya semakin lengkap dengan kehadiran menantu dan cucu. Siapapun yang melihat, pasti menganggap masa tua mereka sempurna. Tapi tidak di mataku.

Masa Pensiun Orang Tuaku

Aku tidak yakin apakah orang tuaku pernah menyusun rencana pensiun. Hanya sesekali mereka keluar rumah untuk bersua kawan dan kerabat, atau sedikit belanja kebutuhan rumah tangga.

Mereka tidak berencana melihat tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Mereka juga tidak penasaran mencoba hal lain yang belum pernah mereka lakukan.

Soal uang, aku yakin, mereka tidak kekurangan. Apalagi mereka tetap ada pemasukan dari uang pensiun, dan tidak memiliki utang. Pernah aku mengusulkan agar ayah dan ibuku memanfaatkan kebebasan mereka dengan bepergian, tapi tidak terlalu ditanggapi.

Perjalanan paling jauhnya hanya berziarah ke Arab Saudi dalam rangka haji dan umrah. Setelah itu, bisa dihitung dengan jari tangan, kapan mereka ke luar kota, murni untuk liburan, bukan karena urusan keluarga.

Meskipun tersirat, aku menduga, mereka masih bertindak sebagai orang tua yang merasa bertanggungajawab atas anak-anaknya. Kita harus punya simpanan, siapa tahu anak-anak memerlukannya, mungkin begitu yang ada di pikiran kedua orang tuaku.

Aku tidak ingin seperti itu.

Masa Pensiun Impianku

Sebagai karyawan, masa pensiunku masih belasan tahun lagi. Namun, aku sering terpikir untuk mengajukan pensiun dini, karena aku memiliki hobi traveling.

Aku tidak memiliki kebebasan waktu untuk sering bepergian. Alhasil, aku harus pintar-pintar menyiasati waktu, bagaimana caranya bisa ngetrip tanpa dikira mangkir dari pekerjaan.

Begitulah, traveling hanya membutuhkan tiga hal: waktu, biaya, dan tenaga. Ketika muda, mungkin kita memiliki waktu dan tenaga, tetapi tidak ada biaya. Ketika bekerja, kita barangkali mempunyai biaya dan tenaga, tapi sulit memilih waktu. Sementara ketika tua, kita mungkin memiliki waktu dan uang yang cukup, tapi tenaga sudah berkurang.

Nah, ketika pensiun nanti, aku bertekad memiliki ketiganya, dana yang cukup, waktu yang luang, dan tenaga yang memadai. Aku ingin menyusuri tempat-tempat yang disebutkan dalam kitab suci, dan melihat keunikan di berbagai sudut dunia.

Tinggal di rumah kecil saja dan tidak banyak perabotan. Malah, kalau melihat perkembangan zaman saat ini, aku terbersit keinginan untuk tinggal di semacam yayasan yang mengurusi orang lanjut usia. Tenang, kan, nggak ngurusin genteng bocor atau tagihan listrik dan air. Aku bisa bebas pergi-pergi.

Sering, ketika traveling ke negara lain, aku bertemu dengan ibu-ibu atau bapak-bapak seusia orang tuaku, bahkan ada yang lebih tua. Ada yang sendirian, ada pula yang bersama pasangannya. Sama sepertiku, mereka adalah turis yang sedang menikmati sekeliling.

Langkah mereka memang lambat, tapi semangat hidup masih tergambar jelas di wajahnya. Tidak jarang, aku melihat mereka membuka peta atau bertanya arah pada orang yang lewat. Setiap menemukan pemandangan seperti itu, aku selalu tersenyum sendiri, dan membayangkan hari tuaku akan seperti mereka.

Orang boleh menganggapku manula, tapi semangat tidak boleh layu. Aku ingin menua tanpa merepotkan, apalagi menjadi beban keluarga ataupun orang lain. Aku ingin tetap bisa melakukan hobi dan kesenanganku, traveling.

Mempersiapkan Rencana Pensiun Impian

Rencana pensiunku itu pastinya tidak akan terwujud kalau hanya diimpikan. Bakalan tidak mudah juga kalau aku hanya mengandalkan gaji bulanan yang ditabung secara konvensional. Kan, nilai uang akan tergerus inflasi.

Pandemi mengajarkanku tentang tiga hal yang harus aku siapkan untuk meraih masa tua yang cerah, yaitu sehat fisik, sehat mental, dan finansial.

Sehat fisik

Sehat fisik, sangatlah mudah melakukannya, asal konsisten. Aku hanya harus menjalankan gaya hidup sehat dengan berolahraga, mengkonsumsi makanan bernutrisi, banyak minum air putih, dan rutin melakukan cek kesehatan.

Efeknya mungkin tidak langsung kerasa. Menjadi tua tanpa keluhan sendi dan tetap punya ingatan tajam itu membutuhkan rutinitas dan latihan konsisten.

Sehat mental

Sehat mental juga tergolong mudah, selama aku punya keberanian untuk menghindari energi negatif yang mengelilingiku. Kita hanya bisa mengendalikan diri kita dan fokus pada apa yang kita butuhkan, tapi kita tidak bisa mengontrol orang lain.

Orang lain bisa bicara atau melakukan apapun pada kita, tapi kitalah yang memutuskan untuk terpengaruh atau tidak, pada tindakan tersebut. Ketenangan jiwaku lebih berharga daripada selalu berusaha dianggap anak baik oleh orang lain.

Sehat finansial

Dulu, aku hanya berusaha untuk menabung sebagai bekal masa depan. Ternyata, itu bukan cara yang bijak. Aku harus berinvestasi dan memiliki asuransi sebagai proteksi.

Pelan-pelan, aku memberanikan diri untuk berinvestasi, dan membeli asuransi. Aku memilih produk yang menurutku mudah dan murah, sesuai  keuanganku.

Sekuat mungkin aku akan berusaha menahan diri untuk tidak mengganggunya, demi hari tua yang cerah dan ceria. Namun lagi-lagi, itu pun belum cukup.

Ketiga hal di atas itu saling mempengaruhi. Siapa, sih, yang mau tua. Tapi. kan, itu keniscayaan. Sebagai individu, kitalah yang menentukan bagaimana caranya tua tapi tetap glowing, ala-ala Sophia Latjuba.

Merencanakan Dana Pensiun

Menjadi tua dan pensiun, itu pasti dan tidak bisa dihindari. Oleh sebab itu, ketika masih produktif, kita harus mempersiapkan segala sesuatunya sedini mungkin, sebagai bekal ketika tidak produktif lagi.

Itulah pesan menohok yang aku peroleh dari event blogger gathering bersama Dana Pensiun Lembaga Keuangan Manulife Indonesia, atau kita sebuat saja DPLK Manulife Indonesia. Acara bertajuk Rahasia Pensiun Bahagia itu benar-benar menggerakkanku untuk serius menata ulang rencana pensiunku.

Mengenal DPLK Manulife Indonesia

#DPLKManulife adalah badan hukum yang didirikan oleh PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia. Tugasnya, mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.

Legalitasnya didasarkan oleh Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Selain itu, DPLK Manulife Indonesia telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Keuangan dengan Surat Keputusan Nomor KEP-231/KM.17/1994 pada 5 Agustus 1994.

Hingga akhir 2020, program DPLK Manulife Indonesia diikuti oleh lebih dari 570.000 peserta dan 2.300 perusahaan. Performanya bertahan pada posisi tertinggi di Indonesia dengan total aset kelolaan sebesar Rp21 miliar, dan pertumbuhan yang meningkat sebesar 14% dibandingkan tahun sebelumnya.

Manulife Indonesia berkomitmen memberikan edukasi mengenai pentingnya perencanaan dana pensiun bagi perusahaan maupun individu. Tujuannya untuk memberikan solusi kepada masyarakat agar dapat hidup #semakinharisemakinbaik di masa tuanya.

Bagi perusahaan, DPLK Manulife dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  • Memberikan solusi arus kas yang mungkin bermasalah di kemudian hari;
  • Mengurangi pajak penghasilan (PPh 25/29);
  • Dapat mempertahankan karyawan berkualitas;
  • Menjadi nilai tambah perusahaan;
  • Merupakan iuran fleksibel, disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Sedangkan untuk karyawan, DPLK Manulife memberikan manfaat:

  • Jaminan kesinambungan penghasilan di usia pensiun;
  • Mengurangi pajak penghasilan pribadi (PPh 21);
  • Pendanaan “pasti” dari pemberi kerja;
  • Merupakan investasi bebas pajak sampai dengan manfaat program dibayarkan;
  • Terpisah dari kekayaan perusahaan.

Program DPLK dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan kesejahteraan di hari tua, sehingga kehidupan di masa pensiun tetap terjamin. Sebuah survei dari Manulife Asia Care Survey mengenai rencana pensiun menunjukkan bahwa sejak pandemi, orang-orang semakin sadar akan pentingnya jaminan hari tua.

Bagaimana Pensiun Impianmu?

Survei yang dilakukan Manulife Investor Sentiment Index (MISI) XI di Indonesia mengenai gambaran kehidupan saat pensiun, mengungkapkan bahwa 81% responden setuju bahwa semakin tua, kondisi kesehatan akan menurun, sementara biaya kesehatan terus meningkat.

Lalu mengenai gaya hidup saat pensiun, 4% responden menginginkan hidup lebih sederhana, 39% ingin sama seperti kondisi sekarang, dan 57% menginginkan kehidupan yang lebih baik dari saat ini.

Gambaran rencana pensiun
Bagaimana rencana pensiun teman-teman?

Namun di survei selanjutnya terungkap bahwa hanya 14% responden yang menyiapkan dana pensiun. Dua belas persen responden masih harus bekerja di hari tuanya, dan 15% harus menggantungkan hidup pada keluarganya. Hanya 49% responden yang mengaku memiliki modal untuk memenuhi masa pensiunnya.

Dari survei di atas, kita sudah bisa membayangkan, apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan masa pensiun yang diinginkan. Apakah ingin mengisinya dengan tetap bekerja agar mendaptkan gaji dan upah, mengandalkan bantuan orang lain, atau menikmati hari tua tanpa mau pusing memikirkan biaya, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan dasar?

Bayangkan, usia kita sekarang 25 tahun, dan bekerja dengan penghasilan Rp10 juta. Berencana pensiun pada umur 50 atau 55 tahun. Kemudian, anggaplah angka harapan hidup orang Indonesia itu 70 tahun. Berarti kita masih memiliki waktu sekitar 25 – 30 tahun masa kerja untuk menyiapkan dana cadangan yang akan digunakan setelah pensiun, untuk hidup selama 15 atau tahun lagi.

Menyiapkan Dana Pensiun di DPLK Manulife Indonesia

Bagi teman-teman yang berminat mengikuti program DPLK Manulife, teman-teman dapat mendaftarkan diri, baik sebagai karyawan, maupun pekerja mandiri, atau freelancer. Syarat utamanya hanya memiliki penghasilan yang bisa disisihkan sebagian sebagai iuran.

Teman-teman bisa memilih program dana pensiun yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan teman-teman, misalnya mau pensiun di umur berapa, dan apa saja hal yang dibutuhkan ketika pensiun nanti. Semua itu, tentunya dengan pertimbangan angka harapan hidup orang Indonesia, pendapatan dan pengeluaran saat ini, kondisi kesehatan, kondisi keluarga, dan gaya hidup. Setelah itu, akan ditentukan berapa nominal iuran yang disanggupi.

Informasi detailnya, bisa dipahami lewat laman situsnya: www.manulife.co.id dan bisa langsung menghubungi kontak yang ada. Proses pendaftarannya praktis, bisa secara online. Teman-teman bakal diminta mengisi formulir dan melengkapi dokumen, lalu menyetorkan iuran pertama dan biaya lain yang diperlukan.

Setelah itu, sebagai bukti kepesertaan, nasabah akan mendapatkan Kartu Tanda Peserta dan Laporan Saldo Dana Peserta. Durasi kepesertaan akan tertera di kartu peserta, sesuai jatuh tempo dan jenis manfaat pensiunnya.

Ayo, sekarang mulai berhitung usia dan membuat rencana pensiun! Semakin muda usia kita menyiapkan dana pensiun, semakin percaya diri, kita menghadapi hari tua.

Yuk, segera siapkan dana pensiunnya!

57 Replies to “Hidup Tenang, Bukanlah Rencana Pensiun Impianku”

  1. Sehat badan dan finansial adalah mimpi dan doa semua orang. Aku sih sederhana aja pingin bisa membersamai anak2 sampenmandiri dan liat mereka bahagia aja kelak aku ikut bahagia.
    Program asuransinya sofar bermanfaat semua y mbk. Manulife mmg udah punya nama tersendiri bagi nasabah …

  2. Hidup pensiun impian: badan sehat kuat, pikiran waras, hidup di dekat anak-anak dan masjid, syukur2 kalau masih bisa “aktif” just for fun, bukan karena keharusan. Misalnya, ngisi seminar, nulis buku. Mudah2an terwujud. Aamin!

  3. MasyaAllah bener-bener rencana pensiun yang sempurna teh, meski saya hanya ibu rumah tangga, saya juga ingin terus menikmati tua dengan terus berkarya dan berkegiatan seperti atok dalang

    1. Sehat fisik, mental, dan dana emang penting ya kaa. Biar gak ngerepotin siapapun, mandiri. Btw, baca tulisan kaka jadi mau mempertimbangkan dana pensiun selain lewat tabungan nih. Hehe. Makasih ya infonya.

  4. Pelajaran hidup dari orang tua kita sehingga kita bisa melakukan hal lebih baik dari mereka adalah sebuah ide cerdas. Termasuk dalam perencanaan mas atua kita kelak nanti. Adanya DPLK ini bisa jadi solusi ya

  5. Dulu kantorku menyiapkan DPLK karyawannya pake Manulife ini. Tapi Krn aku resign, dananya aku cairin. Lumayan sih, nominal yg didapat bisa aku invest di saham mba .

    Tapi aku juga beli asuransi kesehatan dan jiwa dari Manulife. Gitu juga suami. Kita udah percaya banget Ama manulife sih. Malah RM yg handle asuransi keluargaku di Manulife, bener2 baiiiik banget kalo udah ingetin ttg prmi tahunan, atau ada update baru, promo baru, rutin dia ingetin. Makanya aku suka tuh account ku di Manulife dia yg handle.

    Naaah itu cita2ku juga mba, pas pensiun masih tetep bisa traveling kliling dunia Ama suami. Ga dipusingin soal anak lagi. Ga ngerepotin anak juga. Makanya aku fokus utk ngembangin dana dan aset skr biar makin berkembang. Ntah itu dari saham2ku, ATO platform investasi lainnya.

    1. Proses pencairannya, gampang, ya, Mbak, berarti, Manulife ini.

      Semoga, anak-anak juga bisa mandiri, ya, Mbak. Biar sama-sama gak ngerepotin sebagai keluarga.

  6. Saya termasuk yang belum mempersiapkan dana pensiun mbak, padahal pengen juga di masa tua nanti bisa sehat fisik, sehat mental dan sehat finansial.

    Dan saya pun sering bilang ke anak-anak, walau mereka masih kecil, nanti kalau mama papa sudah tua pengen tinggal di panti saja, berkegiatan bersama orang-orang panti

  7. Kesiapan kita akan hari tua memang mesti direncanakan sejak dini ya..setuju banget saya
    Apalagi jika ada DPLK Manilife yang enggak hanya bisa diikuti oleh karyawan tetap saja tapi juga freelancer seperti saya. Tentu dengan persiapan matang akan menghindarkan anak saya nanti jadi sandwich generation.

  8. Intinya pengen tetap produktif dengan urusan finansial yang aman dan nyaman ya Mbak. Jadi bisa selalu menikmati hidup sesuai dengan impian. Berinvestasi juga lewat asuransi agar kehidupan di masa tua tidak bergantung pada orang lain, termasuk salah satunya adalah anak-anak.

    Tapi mungkin skala ukur orang tua Mbak Relinda beda. Dengan menikmati me time di rumah aja bagi mereka sudah cukup.

  9. asuransi sangatlah penting untuk kehidupan kita karena tak hanya sebagai proteksi kesehatan namun juga untuk hidup tua kelak agar setidaknya ada dana pensiun. Sayang tak semua orang bisa paham akan hal ini.

  10. kalau aku pernah kepikiran kak pas pensiun bakal ada investasi apa begitu, tapi disini aku melihat satu kata kunci, sehat dan tidak merepotkan orang lain.

  11. Semoga rencana pensiun impiannya tercapai, mbak. Aku pun mau traveling, dan kalau di masa pensiun semoga bisa tetap sehat, keuangan stabil, bahagia, dan nggak nyusahin orang 🙂

  12. Betapa nikmatnya jika kita bisa menikmati masa pensiun sambil leyeh-leyeh di teras rumah. Dan nggak ada generasi sandwich. Untuk bisa seperti itu, pastinya butuh usaha kerja keras dan menyiapkan dana pensiun sejak usia dini. Keren iih…

  13. Wah kakak beruntung sekali tdk menjadi sandwich generation. Saat ini aku mengalaminya. Apalagi kena PHK di tengah pandemi. Duit darurat dan dana pensiun terpaksa kurogoh lagi untuk kebutuhan sehari2. Semoga pandemi lekas usai dan aku lekas punya tabungan lagi. Terlebih menyiapkan dana pensiun spt dulu lagi.

  14. Bener banget nih mba, sehat fisik mental dan finansial di hari tua memang harus dipersiapkan dengan baik, lebih baik sedari muda bekerja keras untuk menabung dana pensiun ya 🙂

  15. Sehat mental juga penting nih, karena saat memasuki masa tua kadang juga merasa kesepian, anak-anak punya keluarga, teman juga nggak bisa seaktif dulu

  16. Aahh bener bangett, jadi inget film cek toko sebelah, pensiun bapaknya memang dipakai untuk bersenang2, jalan2, dan melakukan hal2 yang disukai. kapan lagi ya kan. pokoknya bikinn masa tua jadi bahagia lah ya dengan adanya dana pensiun ini

  17. Wah nice insight nih soal pensiun, betul juga yaa, menualah dengan melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia yaa, jadi memang perencanaan keuangan itu penting sih diterapkan sejak dini

  18. pasti seru banget ya Mbak, traveling saat udah pensiun, apalagi jika saat itu kita masih kuat dan semangat untuk berjalan menyusuri tempat-tempat wisata impian, duuuh benar-benar indahnya menikmati hidup.
    tapi untuk mewujudkan itu semua memang butuh perencanaan yang matang sejak sekarang dan harus menyusun rencana pensiun yang baik pula agar nantinya kita tidak menyusahkan orang lain bahkan anak-cucu sendiri ya 🙂

  19. iyaa di usia 30 aja aku udh kebayang pengen menjalani masa tua kaya gimana, tapi ya harus disiapin semua-muanya dari sekarang, termasuk biaya hidup masa pensiun yaaa. Program DPLK Manulife ini menarik yaa jadi opsi investasi hari tua, biar bisa mencukupi kebutuhan masa pensiun dan ga nyusahin orang lain

  20. Saya sering banget nonton film di mana seorang kakek atau nenek itu itu di akhir pensiunnya ingin menikmati liburan dan hidup nyaman. Berbagai cara yang mereka terapkan ketika masa produktif ya salah satunya dana pensiun ini. Jadinya bakal membantu menciptakan pensiun bahagia.

  21. Noted nih Kak. Sehat mental memang keharusan.
    Nice review Kak, auto revisi rencana pensiun saya juga nih, meskipun masih ada sekitar 20 tahunan usia produktif saya.

  22. Inginnya saat pensiun dan menikmati hari tua ini tentu banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan. Tidak menjadi beban hidup adalah yang utama. Lainnya, mungkin melihat kondisi di sekitar. Aku rasa, gak ada orangtua yang tega melihat anaknya kesulitan, sehingga masih hal yang wajar apabila ada dana lebih, inginnya digunakan untuk membahagiakan cucu.

    Indah banget yaa..
    Kudu direncanakan dengan jeli bersama Manulife Indonesia ini.

  23. Bapakku juga udah pensiun lama, dari aku kelas 2 SMA, sampai sekarang masih suka travelling sih, tapi wisata domestik aja. Pernah aku bilang, kalau pingin ke luar negri, jual tanah gpp, tapi gak dilakukan… heheheh

  24. Semua emang harus seimbang ya mba. Biar mau sampai kapanpun kita selalu bisa menikmati hidup sesuai dengan yang kita rasa ini loh kebahagian yang emang kita inginkan. Tapi soal, waktu, keuangan sama kesehatan saya pun setuju banget mba. Semua harus dipikirkan sematang mungkin hingga saat kita sudah tidak muda lagi

  25. Keren sekali rencana masa pensiun mu mbak, ini jadi cambukan buatku selagi masih muda dan produktif agar mempersiapkan dana pensiun sematang mungkin. Semoga tercapai impiannya ya mbak..

  26. Perencanaan masa tua mmg pntg y Mbk. Emg impian bgt kl bisa trpenuhi sehat finansial, jasmani dan rohani. Kl aku sih lbh prefer hdup nyaman dan santai saat tua, mlkukan hobi tnpa dipressure siapa2… hehe.

  27. sehat badan dan finansial impian dan harapan setiap orang di masa tua, meski masa tua pun masih misteri apakah bisa sampai atau bagaimana, tapi patut juga kita persiapkan dengan baik, selaku masih produktif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *