3 Hari Solo Traveling ke Manila, Filipina

Traveling ke Manila, Filipina, bukan lagi angan-angan buat saya. Pengalaman telah mengajarkan bahwa Manila cocok buat kita-kita pemuja pelesiran hemat tapi nikmat.

Saya ke sana cuma habis sekitar SATU JUTA-an untuk 3 Hari 2 Malam. Ini di luar ongkos pesawat, penginapan, dan jajan oleh-oleh, ya.

Waktu itu dapat tiket promo Cebu Pacific Air seharga US$51,13 (700.000an) rute Cengkareng – Manila – Cengkareng. Jarang-jarang bisa dapat harga segitu. Selama di Manila cuma datang ke tempat-tempat mainstream, karena tujuannya memang pingin tahu kotanya seperti apa.

Traveling hemat di Manila, bisa banget!
Traveling ke Manila, checked!

Tips Hemat Traveling ke Manila

Ceritanya traveling ke Manila ini dibagi dalam tiga hari, sesuai durasi saya di sana. Hemat menurut saya, mungkin berbeda dengan teman-teman. Lagian juga, tergantung gaya hidup dan nilai kurs uang ketika traveling.

Manila Hari ke-1

Cebu Air mendarat pagi di Bandara Internasional Ninoy Aquino (NAIA). Lantaran tidak dikejar waktu, saya santai saja berjalan menuju Imigrasi.

Kartu kedatangan akan diberikan ketika masih di dalam pesawat, jadi bisa langsung diisi. Kalau tadi ketiduran, bisa diisi ketika di bagian Imigrasi. Antrean Imigrasinya lumayan panjang, tapi petugasnya nggak banyak tanya.

Money Changer dan Simcard

Begitu keluar dari bagian Imigrasi, berjejer, tuh, money changer dan kios simcard. Tadinya sempat singgah ke Bagian Informasi, tapi petugasnya belum datang.

Saya sudah membeli paket roaming di Indonesia. Bagi yang mau membeli nomor lokal, ada simcard gratis khusus turis. Syaratnya harus isi paket di provider mereka. Harganya, setelah saya hitung-hitung, cukup mahal.

Sebelum keluar areal bandara, saya makan dulu di JolliBee, sekalian mau memecahkan uang besar ke receh. Money changer masih banyak yang tutup. Kalau buka pun, saya ragu mereka mau menerima penukaran uang ke nominal kecil.

Aplikasi Transportasi Lokal

Sambil mikir mau kemana, saya instal aplikasi ANGKAS pakai Wi-Fi bandara. Ini ojek online Filipina. Tarifnya lebih murah dari taksi dan sangat efektif menembus kemacetan kota.

Sebenarnya, GRAB adalah aplikasi transportasi dalam kota yang bany direkomendasikan, tapi adanya cuma GrabCar. Bagi saya yang solo traveling dan uangnya pas-pasan, naik mobil saya anggap mahal meskipun lebih nyaman, kecuali ada teman jalan yang bisa diajak patungan.

Angkas, ojek online di Manila
ANGKAS, ojek online yang membantu menekan pengeluaran selama saya traveling ke Manila

Ternyata, tidak semua ponsel bisa mengunduh ANGKAS. Dua orang kenalan baru yang menggunakan iPhone, aplikasinya tidak muncul di AppStore. Entah apa yang harus diubah, mungkin lokasinya. Sementara Android saya lancar-lancar saja.

Btw, saya tahu ANGKAS ini dari riset sebelum berangkat traveling ke Manila. Kalau sekarang, bisa jadi, sekarang pilihan ojolnya makin banyak.

Sightseeing

Dari bandara, saya langsung menuju INTRAMUROS. Tadinya pingin early check-in, tapi tanggung. Lagian, saya tidak tahu berapa jauh jarak dari dan ke hostel tempat saya menginap.

Bandara di Manila mengakomodasi semua transportasi umum. Ada banyak cara menuju pusat kota, dari bus, taksi, jeepney, sampai ojek. Tidak perlu bingung selama tahu nama tujuannya.

Selama di INTRAMUROS saya memilih jalan kaki untuk mengitarinya. Kalau lelah, teman-teman bisa sewa semacam becak dengan tarif 150-600PH.

Tidak semua bangunan saya masuki. Saya pilih yang gratisan, kecuali Fort Santiago yang punya banyak kisah. Harga tiket masuknya 75PH. Ada banyak yang bisa dilihat dari tempat ini, bukan sekadar reruntuhan benteng.

Dari sini, barulah saya ke penginapan. Saya sengaja coba naik MRT dan LRT. Stasiun MRT terdekat adalah United Nation. Tinggal jalan lurus dari gerbang INTRAMUROS, sekitar 30 menit.

Sayangnya, saya salahlalu dilanjut jalan  baca petunjuk arah menuju hostel, dan turun di stasiun yang salah, sehingga lumayan lama mutar-mutar jalan kakinya.

Btw, saya kapok naik kereta di Manila. Penumpangnya mpet-mpetan. Tapi tiketnya memang super murah, 13 – 20 Peso. Namun, ini jadi pengalaman selama traveling ke Manila. Jadi tahu, kereta di Jakarta jauh lebih nyaman.

Hostel

Saya menginap di Z Hostel di daerah Makati. Saya pesan online lewat booking.com. Bagian lobinya cukup luas, dan menu sarapannya ada beberapa pilihan. Ada rooftop bar juga yang tiap sore memberikan koktail gratis buat para tamu yang menginap.

Kamar mandi ada di tiap kamar. Toiletnya ada semprotan, alias ada airnya. By the way, toilet di Manila jarang-jarang yang pakai semprotan.

Di sekitar hostel bertebaran tempat makan, dan beberapa hostel lain. Ada beberapa restoran halal, salah satunya Restauran Hossein’s.

Menunya khas Persia, Arab, Mediterania, dan India. harganya cukup mahal bagi saya, tapi porsinya jumbo. Untunglah kemaren makannya berdua kenalan baru, satu kamar yang sama-sama orang Indonesia. Kami pesan satu makanan, tapi minumnya masing-masing.

Manila Hari ke-2

Setelah sarapan, tujuan pertama adalah RIZAL PARK. Rupanya, sudah saya lewati ketika kemarin jalan dari INTRAMUROS ke stasiun MRT UN. Berasa rugi, karena harusnya bisa diselesaikan kemarin.

Saya cukup beruntung. Pas turun dari ojek, saya lihat sedang ada pertukaran petugas, tepat jam 10 pagi, di monumen.

Kalau ke sini, jangan lupa main ke seberangnya. Di sana berdiri tugu Kilometer Nol Manila.

Tidak jauh dari RIZAL PARK ini ada NATIONAL MUSEUM dan taman kota yang sangat luas. CHINATOWN juga tidak jauh dari sini.

Catat! tempat-tempat tersebut berdekatan, dan bisa dikunjungi dalam satu hari dengan berjalan kaki.

Jeepney

Tadinya, dari RIZAL PARK, saya mau lanjut ke BGC. Namun, setelah bertanya cara ke sana sama satpam di JolliBee, sarannya tetap naik harus taksi. Saya maunya naik kendaraan umum biasa.

Terus nanya lagi, tujuan turis yang terdekat apa. Dijawablah Chinatown.

Awalnya tidak minat ke sana, karena mikirnya Chinatown, ya gitu-gitu aja, banyak ornamen orinetal. Tapi karena satpamnya bilang cukup sekali naik jeepney ke sana, niat saya langsung berubah.

Salah satu tujuan saya ke Filipina ini adalah pingin naik jeepney, seperti warga lokal. Harus bangetlah nyobain naik angkot khas Filipino ini  kalau sedang traveling ke Manila.

Bagian belakangnya lebih panjang dari angkot. Ongkosnya 9PH jauh dekat. Cara bayarnya, langsung ke supir. Kalau duduknya di belakang, uangnya dioper, minta tolong penumpang lain.

Kalau ada kembalian, uangnya juga bakal dioper balik dari supir ke penumpang. Kalau berhenti, entah bilang apa, soalnya saya selalu turun bareng penumpang lain. Bisa jadi, ketok atap, kali, ya.

Di CHINATOWN, saya cuma mutar-mutar, melihat sisi kumuhnya Manila. Konon, waktu yang tepat ke sini itu adalah pada pagi atau sore hari karena ramai pedagang makanan. Nah, saya nggak yakin bakal ketemu makanan halal.

Setelah itu saya lanjut ke Mall of Asia. Naik UV Express yang mangkal di pelatarannya LUCKY CHINATOEN MALL. Kendaraan umum ini semacam mobil Carry putih. Tiketnya 45PH dan ber-AC. Jeleknya, kendaraan baru bergerak setelah penumpang penuh.

Mall of Asia dan Manila Bay pada malam hari
Mall of Asia dan Manila Bay pada malam hari

Di mal yang sempat menjadi mal terbesar di dunia itu, saya cuma window shopping. Sama sekali nggak minat belanja, cuma makan doang.

Sorenya jalan kaki ke bagian belakang mal menuju MANILA BAY. Berbaur dengan warga yang menunggu matahari tenggelam. Ada banyak permainan dan jajanan di sini.

Bisa juga naik perahu untuk keliling perairannya. Namanya Cruise by the Bay. Tarifnya 180PH per orang.

Rute pulangnya lumayan panjang menuju Makati. Praktisnya naik taksi, tapi karena mau hemat, saya lebih naik transportasi publik, semacam mikrolet. Lalu disambung jeepney, dan ujung-ujungnya Angkas.

Sebelum naik angkot dari mal itu, saya bilang dulu tujuan saya ke supir dan orang-orang yang duduk-duduk di dekat pangkalan angkot. Saya pikir, bakal diturunkan dekat makati, ternyata masih jauh.

Positive thinking saja. Nungguin jeepney juga lama banget. Begitu ada, rebutan sama penumpang lain. Untung sampai. Kalau diingat-ingat, entah bagaimana akhirnya saya bisa kembali selamat ke penginapan.

Manila Hari ke-3

Masih ada waktu sebelum pulang nanti malam. Pagi ini saya menuju SALCEDO MARKET di daerah Makati. Sekalian check-out, dari hostel saya, lagi-lagi, saya pesan ANGKAS.

Pasar ini adanya cuma setiap Sabtu pagi. Asyik buat kulineran atau belanja bahan masakan. Pilihan makanannya cukup banyak, dan tersedia tempat duduk dan meja.

Tidak menyangka ketemu makanan berlogo halal di sini. Kalaupun tidak ada teman-teman bisa jajan seafood atau makanan vegetarian di pasar ini.

Setelah itu, saya ke BGC (Bonifacio Global City). Saya suka banget sama kawasan bisnis modern ini, bersih, tertata, dan lengang. Isinya gedung-gedung pencakar langit. Jomplang parah sama sudut-sudut Manila yang kabel-kabelnya pada semrawutan.

Dari sini, saya lanjut ke Venice Grand Canal Mall. Kata peta, mal ini masih berada dalam kawasan BGC, jadi mikirnya bisa berjalan kaki ke sana. Nyatanya di Taguig. Jauuuh… Mending naik angkutan umum.

Bela-belain ke sini, tuh, cuma mau melihat kanal ala-ala di Venice. Nggak naik, sih, karena tarifnya di luar budget untuk sebuah kanal buatan. Lagi-lagi, saya cuma makan doang di mal ini.

Daya tarik Venice Grand Canal Mall. Ini adalah salah satu destinasi saya selama traveling ke Manila

Setelah mutar-mutar di mal yang tidak terlalu luas itu, saya bergegas ke bandara karena khawatir kejebak macet dan padatnya penumpang di bandara. Sekitar jam 4 sore waktu Manila, saya pesan ANGKAS. Alhasil, nggak sampai setengah jam sudah sampai di terminal keberangkatan.

Irit banget, pokoknya, pengeluaran saya selama solo backpacking di Manila gara-gara ANGKAS ini. Pengendaranya sopan-sopan, dan kebanyakan bisa ber-Bahasa Inggris. Mereka selalu menawarkan apakah mau pakai masker dan penutup rambut kepada penumpang.

Bahasa

Rata-rata semua Filipino yang saya jumpai bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Sama sekali tidak ada kendala soal bahasa selama saya keliling Manila.

Budget

Sebelum traveling ke Manila, rupiah sudah saya tukar menjadi peso. Saya cuma bawa 3500PH, atau sekitar 1 jutaan. Saya yakin cukup, karena hanya untuk jajan dan transportasi dalam kota. Sedangkan biaya pesawat dan hostel sudah saya bayar.

Hitung-hitung uang sisa, lumayan juga. Biar nggak rugi, saya tukarkan semua ke dolar Amerika. Dapatlah US$23. Lumayan, buat disimpang, nambahin dana backpacking selanjutnya.

Jadi, kapan kita traveling ke Manila?

36 Replies to “3 Hari Solo Traveling ke Manila, Filipina”

  1. tarif ojek online di sana setara kayak di Indonesia nggak kak? trus kalau misal pengen cari masjid buat yang muslim kira-kira susah nggak sih? anyway ulasannya membantu kak, btw aku juga udah ada rencana pengen solo traveling ke Manila hehe

    1. Emang di Indonesia setaranya berapa, Mas? Gak gitu ngitung, sih.

      Aku gak nyari masjid kemarin. Tapi banyak lihat cewek pakai jilbab. Mungkin di kawasan muslimnya, ya.

      Senang bisa membantu.

  2. Yeay ada yang bahas Manila.

    Aku penasaran juga sama Manila & Filipina. Mau juga dong dpt tiket super murah dari Cebu itu. Semoga ketularan beruntungnya kak Inda ah.

    1. Penuhnya cepat, kok. Rutenya lumayan jauh, mungkin. Angkas adanya cuma motor. Nggak tahu nanti-nantinya.

  3. Saya sembari lihat tempat-tempat yang Mbak Inda tunjukkan, di peta. Baru ngeh saya bahwa bandara Ninoy Aquino ini mepet dengan pusat kota. Berarti deket dong ya kalau dari pusat kota ke bandara, nggak macet?

  4. Ini sih lagi beruntung, 700 ribu tiket ke luar negeri. Masih mahal Jakarta-Medan. Padahal masih dalam negeri.

    Jadi sadar kalau jalan-jalan ke luar negeri zaman now, bisa dibilang terjangkau.

    Ngomong-ngomong, tema WordPress yang dipakai ini, awalnya dikira Twenty Sixteen loh. Ternyata bukan. Mirip ternyata.

    1. Aku gak nyari kemarin. Tapi banyak lihat yang pakai jilbab. Katanya sih, ada perkampungan muslim. Entah di mana.

  5. Seru banget jalan²nya dan mur-mer yah. Apalagi makannya sering seporsi berdua. Haha…
    Aku suka deh jalan² yg model walking tour gini. Lebih banyak yg bisa dilihat. Ditunggu lagi kisahnya…

  6. Intramuros sama Rizal Park memang terletak berdekatan, kak. Bulan depan aku ke sana, naik Cebu juga berkat tergoda promo haha. Jadi udah mulai kepoin tempat-tempat wisatanya.

    LRT MRT di Manila memang terkenal dengan kepadatannya, kak. Gojek katanya mau expand ke Filipina. Di Manila jarang motor kali ya, makanya cuma ada GrabCar. Di Thailand juga gitu.

    Rupanya toilet di Filipina sama kayak di SG, Thailand, Myanmar ya. Gak pake watergun. Btw kayaknya Chinatown belum sisi kumuhnya Manila. Yang lebih kumuh banyak

    Kak, tolong baca reply-ku di grup FB UDC ya. Thank you.

  7. Aku pengen coba traveling tapi yang dekat dulu hihi, Filipina ini bisa jadi pilihan apalagi Murmer, transportasi ada grab dan bahasanya Inggris..

  8. 1jt an 3hari2malam ? Lumayan hemat ya. Pantesan bilangnya perjalanan hemat tapi nikmat. Aku kalau ke Manila penasaran banget sama Venice Grand Canal nya 😀

  9. Waah Mayan banget ya mbak dapat pp Cengkareng Manila cuma 700 ribuan. Hemat juga disana cuma sejutaan. Tapi buatku tetep saja semua harus dikalikan 5. Hiks gak jadi hemat dooong. Aku gak bisa traveling sendiri harus bawa semua pasukan.

  10. Wah, lumayan hemat ya kalo gitu ya, 1 juta udah untuk 3 malam. ini kan berarti transportasi + uang makan ini segitu yaa.

  11. Pas januari juga saya nginep di Z hostel mbak tempat nya enak bisa dapet cokctail gratis klo sore tpi di android saya gx ada app angkas akhir nya pake yg joy ride

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *