Universitas Terbuka Bengkulu Mengenal Travel Blogging

Sebuah pesan pribadi dari seorang kawan lama meminta saya untuk berbagi inspirasi dengan mahasiswanya di Universitas Terbuka Bengkulu tentang dunia travel blogging. Apalah saya, sebenarnya, tapi demi mengejar manfaat sebagai manusia, saya menjawab ‘iya’ untuk tantangan tersebut.

Sharing is caring, bukan?

Mengenalkan Travel Blogging kepada Milenial Universitas Terbuka Bengkulu

Mulailah bahan presentasi dibuat. Saya tidak ingin sekadar pamer foto jalan-jalan dan memberi tahu cara mendapat duit dari kegiatan ngeblog. Saya ingin berbagi kisah bahwa ada berjuta cara yang bisa dilakukan saat mereka terhubung dengan internet, bahkan dari smartphone yang mereka genggam. Travel blog hanyalah salah satunya.

Tapi memiliki blog juga bukan goal yang ingin saya tanamkan di kepala adik-adik milenial itu. Saya berharap mereka memiliki blog sebagai media kreatif untuk berbagi dan menginspirasi.

Kontennya benar-benar mereka kuasai dan sukai, agar nyaman dan bergairah ketika menuliskannya. Satu hal lagi, konten tersebut harus positif, karena tulisan itu akan disebar di sosial media, lalu dibaca oleh banyak orang.

Zaman sekarang, blog bukan hanya untuk menyalurkan hobi menulis. Tapi juga untuk menambah uang jajan.

Dalam sesi siang menuju sore, Selasa, 19 Februari 2019, bertempat di Aula Kantor Universitas Terbuka Bengkulu, saya diberi waktu sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan bertema Era Revolusi Industri 4,0: Saatnya Generasi Milenial Menjadi Entrepreneur. Dalam Sesi berjuluk Bincang keren dan Coaching Clinic itu bersama saya ada Ustad Adi Sucipto dari Komunitas Perindu Surga dan Yogi Karya Rafflesia, pemilik Karya Rafflesia.

Universitas Terbuka Bengkulu
Bersama orang keren dalam sesi Bincang Keren dan Coaching Clinic di Universitas Terbuka Bengkulu

Datang-datang untung menginspirasi, malah saya yang terinspirasi. Ketika Yogi bercerita tentang jatuh bangunnya membangun usaha sarang walet hingga sukses seperti sekarang di usianya yang belum genap 25 tahun, Pak Ustad mengingatkan bahwa hidup ini tidak lengkap kalau kita hanya mengejar dunia. Kita harus berbagi, salah satu caranya dengan menyediakan sarapan gratis setiap Jumat.

Yaa, mungkin karena masih awam dengan materi saya, dalam acara tersebut teman-teman penerima Beasiswa Bidik Misi yang berasal dari berbagai daerah di Bengkulu itu, sepertinya bingung mau bertanya. Ya kali, dikiranya kerjaan saya cuma jalan-jalan. Belum kebayang dapat duitnya bagaimana. Berbeda dengan Yogi yang langsung terjun bekerja untuk mendapatkan penghasilan.

Tak apalah, mungkin pada waktunya, mereka akan sadar bahwa ada tiga hal yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan: waktu, uang, dan tenaga. Ketika muda, mereka punya tenaga dan waktu, tapi mungkin belum punya uang. Lalu ketika dewasa, mereka punya tenaga dan uang, tapi tidak ada waktu. Setelah tua, mereka bisa saja telah memiliki uang dan waktu, tapi tidak cukup tenaga.

Entah bagaimana caranya, ketiga hal tersebut harus dimanfaatkan dengan baik. Supaya masa tua tidak penuh penyesalan.

Bukan hal aneh di zaman sekarang, ada beberapa anak muda yang memutuskan berhenti bekerja kantoran atau kuliah demi mengejar impian mereka, entah itu traveling keliling dunia atau menekuni hobinya. Aah, gua mau resign dari kantor. Mau menikmati hidup dengan jalan-jalan ke tempat-yang belum pernah gua datangi. Duit mudah dicari, tapi pengalaman?

Apapun itu, saya super senang bisa berbagi cerita. Seandainya mereka tidak tertarik menjadi travel blogger karena sampai sekarang emang masih banyak yang keningnya berkerut, apalagi orang tua, saat mendengar seseorang mengaku profesinya cuma jalan-jalan dan nggak mesti pakai seragam bersetrika. Tapi, setidaknya, sebagai Generasi Z, pikiran adik-adik itu meluas. Perkembangan dunia digital saat ini memberi mereka banyak peluang untuk berkreasi dan berprestasi.

Kerjaaan, tuh, diciptakan, bukan dicari.

Rencananya, kegiatan yang dikomandoi oleh dosen enerjik yang sekaligus kawan lama saya, Dwi Kristanti, akan digali lebih detail dalam semacam pojok-pojok diskusi. Kalau ilmu yang dibagi hari itu oleh semua narasumber dari pagi hingga sore hanya bersifat umum dalam waktu terbatas, nanti akan diberi jam khusus, supaya mahasiswa lebih leluasa menggali informasi yang mereka minati.

Keep up the good works, guys!

2 Replies to “Universitas Terbuka Bengkulu Mengenal Travel Blogging”

  1. Baca cerita ini jadi teringat tadi malam Fira nyaranin adik Fira yang masuk jurusan komunikasi buat bikin blog juga. Duh alot banget anak itu pikirannya, mungkin karena Firanya kurang meyakinkan atau apa, dia cuma menganggap ide itu angin lalu saja.

    Mungkin kalau dia datangnya ke seminar ini dan dengar mbak Relinda yang bicara baru dia nurut hehe. Adiknya fira nggak berpikir jauh kedepan sih, padahal bilangnya mau keliling dunia tapi nyari duitnya males.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *