Saya butuh teman.
Sudah kenal blog sejak zaman ketika ada orang ingin menyelami dunia maya, maka dia harus datang ke warnet (warung internet). Saya sudah bercita-cita menjadi blogger waktu itu, lantaran pekerjaan ini tidak mengharuskan saya hadir di kantor, waktu kerjanya fleksibel, dan penghasilannya cukup menggiurkan.
Tulisan saya masih serabutan. Kadang curhat romantis, kadang sharing kegiatan harian, dan tak jarang tulisan opini tanpa solusi. Saya tidak punya target, karena lumayan mahal kalau setiap hari ke warnet. Iya, kalau fokus, 1-2 jam bisa kelar satu artikel. Ini, banyak pengalihannya, ya chatting tanpa ujung, ya kepo gosip artis, dan pernah iseng ngintip video ‘lucu’ ala orang dewasa. Alhasil, satu tulisan bisa berminggu-minggu baru di-publish.
Akhirnya hiatus. Pernah dibuka-buka lagi blognya, tapi cuma dilihat sambil ganti-ganti template. Nggak ada semangat buat nulis, nggak punya bahan pula. Lagi-lagi, blognya dicuekin.
Waktu berlalu, saya disibukkan dengan urusan pekerjaaan dan kembali kuliah di luar kota. Tapi di sinilah semuanya seolah lahir kembali. Saya banyak bepergian, dan itu saya lakukan seorang diri. Otomatis, harus banyak riset. Ini membawa saya ke banyak artikel tentang perjalanan, khususnya di Internet, seperti majalah online dan travel blog.
Dari bacaan-bacaan itu saya seolah mendapat inspirasi. Hobi saya, kan, sama seperti mereka. Tinggal ditulis. Kalau beruntung, bisa jadi penghasilan, seperti para travel blogger terkenal. Mereka dibayar untuk jalan-jalan. Saya emang maunya begitu, meskipun sebenarnya ada usaha dan pengorbanan cukup besar di baliknya.
Saya buka dan pandang-pandangi blog yang lama menganggur itu, lalu saya bandingkan dengan blog-blog yang saya baca. Confirmed, saya mau fokus di satu genre. Saya mau menulis apa yang benar-benar saya alami dan saya suka. TRAVEL.
Menuruti apa yang disarankan oleh banyak blogger handal, khususnya para travel blogger, platform blogspot saya ganti ke WordPress. Domainnya saya ubah ke .com. Lalu tampilannya saya sederhanakan agar nyaman dibaca. Intinya, saya mulai mengeluarkan modal.
Saya juga bergabung dalam banyak grup blogger dan traveling yang ada di Facebook, sampai ada yang lanjut membentuk grup WhatsApp. Saya juga mengikuti akun media sosialnya beberapa travel blogger terkenal. Ini lumayan cukup membantu karena saya bisa mendapatkan informasi tentang dunia blog, termasuk lomba blog dan cara mendapatkan penghasilan dari blog dan media sosial. Lambat laun, blog saya mulai dikenal orang.
Tapi… rasanya masih ada yang kurang.
Saya tinggal di Bengkulu. Saya merasa hanya sendirian. Saat di grup sering terbaca pengumuman tentang acara untuk blogger atau ajakan kumpul santai antar blogger, saya cuma bisa ngeklik tanda jempol. Semua itu terjadi di kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan sekitarnya, sementara di Bengkulu belum ada gaungnya.
Waktu berlalu, momen yang ditungga akhirnya datang. Dicetus oleh event yang diadakan Kompasiana, pemilik blog yang berdomisili di Bengkulu seolah bermunculan. Inilah awalnya saya mulai berkomunitas (lagi). Kali ini bersama Blogger Bengkulu (Bobe)
Dalam beberapa pertemuan, ternyata ada banyak blogger potensial di Bengkulu yang pengetahuannya lebih luas hingga saya banyak belajar dari mereka. Saya juga senang karena mulai punya teman baru selain orang kantor dan teman-teman alumni sekolah.
Acara keluar rumah tidak lagi hanya sekadar ke mal atau ketemuan teman lama sambil ngobrol dan duduk santai di tempat makan, tapi berkembang menjadi sharing ilmu. Hidup terasa lebih bermanfaat, apalagi setelah banyak teman-teman baru yang ingin belajar ngeblog. Pergaulan juga lebih dinamis karena kenalannya beragam, ada mahasiswa, guru, dosen, ibu rumah tangga, bahkan anak sekolah.
Di antara mereka, sebenarnya banyak yang seperti saya. Sudah lama ngeblog, tapi berhenti karena tidak ada teman sepikiran yang menggerakkan dan memotivasi untuk kembali aktif menghidupkan halaman blog yang terbengkalai. Begitu berkumpul dalam Blogger Bengkulu, kami seakan bangkit. Tulisan baru rutin bermunculan, serta konten blog semakin terasah dan berfaedah. Ditambah iming-iming tawaran berbau fulus, semua makin terangsang untuk meningkatkan kualitas blognya masing-masing.
Lebih dari itu, Blogger Bengkulu juga memberi saya kesempatan untuk berbagi. Awal tahun 2018 kemarin, saya dijadikan salah satu pembicara dalam kegiatan bulanannya, bersama empat anggota Bobe lainnya. Tema yang dipilih untuk saya adalah Travel, sesuai dengan konten blog saya.
Sebelumnya saya juga pernah diminta masukan soal platform WordPress. Bagian dasarnya saja, tapi lumayan membuat saya deg-degan, karena entah kapan terakhir saya berbicara di depan umum.
Secara tidak langsung Bobe telah melatih public speaking saya, agar percaya diri berbicara di depan orang banyak yang tidak dikenal. Kalau di depan orang yang sudah dikenal, saya bisa cerewet banget, sampai bikin kesal yang mendengar.
Bobe juga membuat saya bisa berkontribusi kepada kampung halaman. Karena blogger hidupnya nggak bisa jauh dari sinyal Internet, lalu dunia digital berkembang sangat pesat, Bobe bisa berperan aktif dalam membantu pemerintah daerah untuk menyebarkan informasi baik mengenai apa yang ada di Bengkulu.
Sebagai blogger yang isi blognya didominasi oleh kegiatan yang berhubungan dengan liburan dan pelesiran, saya bisa menuliskan tentang tempat-tempat wisata menarik yang ada di Bengkulu. Hal ini membuat saya semakin ingin mengenal daerah ini dengan cara mengeskplornya lebih jauh.
Pendek kata, ada sejuta cerita menjadi blogger di Kota Bengkulu. Tapi yang paling utama, saya bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.
Wah wahh, seneng banget ya mbak bisa jadi pembicara di acara blogger gini, jadi bisa share pengalaman hehehe
Selama bermanfaat, selalu senang, mbak.
Banyak kawan banyak ilmu, itu yang orang tua saya pesankan pada saya. jadi jangan pilih2 teman. apalagi teman blogger, ada banyak ilmu yang bisa kita dapatkan dari mereka…
Aamiin ya Mbak inda