Memaksimalkan Pemanfaatan Objek Wisata Sejarah di Kota Bengkulu

Ada apa aja di Kota Bengkulu?

Saya terkadang juga bingung menjawab pertanyaan ini, sampai suatu hari sadar bahwa…

Destinasi untuk mengisi hari libur di Kota Bengkulu didominasi oleh wisata sejarah. Hampir semuanya telah ditetapkan sebagai cagar budaya, sesuai UU Nomor 11 Tahun 2010. Bangga, dong, ya.

Uniknya, di antara cagar budaya yang tersebar itu, kebanyakan memiliki benang merah yang sama.

1. Benteng Marlborough

Bangunan bertembok kokoh ini merupakan peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara. Namun dalam sejarahnya, benteng yang kalau dari atas terlihat seperti kura-kura itu, telah beberapa kali mengalami pergantian kepemilikan. Meskipun dibangun oleh kolonial Inggris, pernah juga dikuasai pasukan Belanda dan Jepang. Lalu berhasil diambil alih oleh Indonesia.

Banyak yang mengira Soekarno pernah ditahan di benteng ini. Tapi tidak ada penjelasan sahih tentang hal tersebut walaupun terdapat Ruang Interogasi Soekarno di dalamnya.

Masa kecil tidak memberi saya kenangan yang spesial tentang Benteng Marlborough. Setiap ke mari, yang dilihat hanya ruangan-ruangan kosong dan gelap, serta barisan meriam di halamannya. Tidak ada penjelasan apa-apa, kecuali ditemani pemandu yang mampu berbagi kisah sejarah di tempat ini. Bahkan banyak cerita mistis yang menyelubungi gedung tua ini.

Tapi kini berbeda, pemerintah daerah mulai menyadari betapa berharganya aset satu ini. Benteng pun dibenah. Sebagian ruang kosong yang dulu gelap dan membosankan, telah diramaikan dengan berderet informasi tentang Benteng Marlborough dan perjuangan rakyat Bengkulu pada masa penjajahan.

Ada Ruang Pamer berisi poster, diorama, dan serpihan benda peninggalan sejarah. Penerangan juga baik sehingga tidak lagi terkesan suram. Di bagian lain, dan yang paling keren, ada ruangan ber-AC yang memutar video tentang Benteng Marlborough pada masa lalu.

Posisinya yang berada di tepi pantai, bukan lagi hanya menjadi spot bagus untuk menikmati pemandangan. Sengaja ke Benteng Marlborough bukan karena sedang galau dan ingin menyepi. Tempat ini sekarang multifungsi untuk berbagai kegiatan.

Seperti museum, Benteng Marlborough merupakan media edukasi yang pantas untuk didatangi berkali-kali. Sekolah-sekolah sering berkunjung sebagai bagian dari media pembelajaran kepada siswanya agar mengenal sejarah kampung halamannya sejak dini.

Asyiknya, tempat ini juga kerap dijadikan venue perhelatan besar, seperti Upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia oleh pemerintah provinsi. Pernah juga saya menyaksikan pentas seni dan budaya di sini. Lalu halaman luarnya cukup akomodatif untuk mengadakan pertunjukan band.

Satu lagi yang menjadi daya tariknya, arsitektur bergaya lama dan sudut-sudut unik yang tersebar di sekeliling benteng, sungguh menggoda untuk dijadikan lokasi berfoto. Tak ketinggalan, tamannya yang luas dan asri, ditambah teras-teras terbukanya yang lapang, sering menjadi tempat berkumpul para komunitas.

Perubahan tersebut adalah bukti bahwa pemerintah daerah mengikuti perkembangan zaman. Melestarikan sekaligus memanfaatkan situs sejarah secara maksimal guna mendukung sektor pariwisata dan pendidikan.

2. Masjid Jamik

Soekarno adalah pribadi yang supel. Berkat tangan dinginnya sebagai seorang insinyur, beliau berpartisipasi dalam merenovasi sebuah masjid yang sampai sekarang masih berdiri megah di tengah jalan protokol Kota Bengkulu.

Masjid tersebut bernama Masjid Jamik. Tempat ibadah umat islam ini memang terlihat berbeda dari masjid kebanyakan di Bengkulu. Atap runcing tanpa kubah seperti rumah joglo khas Jawa tetap dipertahankan meskipun telah beberapa kali direhab.

Entah sejauh mana keterlibatan Soekarno dalam merenovasi masjid ini. Dalam pikiran saya, seharusnya tersedia tempat khusus yang menjelaskan tentang hal itu, misalnya dalam bentuk gambar atau tulisan yang dipajang di dinding masjid.

3. Rumah Pengasingan Bung Karno

Darah muda yang bergelora untuk negeri ini adalah alasan kenapa Soekarno bisa menginjak Bumi Rafflesia. Beliau sampai ke Bengkulu lantaran diasingkan oleh kolonial setelah sebelumnya juga diasingkan di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Selama di Bengkulu, Bung Karno menempati sebuah rumah bergaya Tionghoa yang berpekarangan lebar. Jika kamu berkunjung, di sana masih tersimpan utuh sepeda ontel yang kerap dikendarainya. Zaman saya kecil, sepeda yang katanya asli milik Soekarno itu masih bisa disentuh, tapi kini, terpajang dalam kotak kaca.

Lagi-lagi, berbagai kegiatan pernah diadakan di halaman rumah bercat putih ini, termasuk kunjungan para murid sekolah. Tak ketinggalan, sentuhan tempo dulu yang khas pada arsitekturnya sering dijadikan latar shooting foto dan video.

4. Rumah Fatmawati

Seandainya bertandang ke Bengkulu, kamu akan melihat bahwa rumah kediaman Soekarno dan rumah orang tua Fatmawati lumayan dekat. Tidak heran kalau mereka bisa bertemu dan terlibat romansa. Saya bisa membayangkan Soekarno mengayuh sepeda dari rumahnya di Anggut menuju rumah Fatmawati di Penurunan,.

Di rumah ini, pengunjung bisa melihat mesin jahit yang dulu digunakan Ibu Fatmawati untuk menjahit bendera merah putih. Tidak hanya menatap, kamu bahkan boleh menyentuhnya, dan berfoto dengan pose pura-pura menjahit di mesin tersebut, lengkap dengan benderanya.

Barangkali, untuk mengenang kedua tokoh penting itu, jalan tempat kediaman mereka berada diberi nama sesuai nama keduanya. Jalan Soekarno-Hatta untuk Anggut, dan Jalan Fatmawati untuk Penurunan.

Tempat-tempat di atas adalah ikon wisata Bengkulu. Siapapun yang datang, pasti akan diajak mampir ke sana. Itu sebabnya peningkatan dan perbaikan fasilitas sangat diperlukan, seperti misalnya akses bagi para difabel.

Dalam survey kecil-kecilan, diketahui bahwa kebersihan adalah yang harus diutamakan di semua objek wisata Bengkulu, khususnya ketersediaan toilet yang memadai dan tempat sampah. Beberapa ada menyarankan perlunya penjual suvenir dan makanan/ minuman ringan, apalagi di Benteng Marlborough yang relatif luas dan panas pada siang hari.

Ada juga yang merasa perlu menempatkan pemandu di beberapa titik di Benteng Marlborough. Mereka harus mengenakan tanda pengenal sehingga berbeda dari pengunjung. Hal ini bermanfaat bagi wisatawan yang memang tertarik dengan kisah sejarah. Mereka bisa memperoleh cerita yang lengkap.

Saya pribadi merasa harus ada semacam sosialisasi rutin yang mengajak masyarakat, termasuk para pedagang di sekitar lokasi, dan pengunjung, agar sama-sama peduli menjaga cagar budaya di Kota Bengkulu. Kalau perlu, libatkan mereka dalam berbagai kegiatan di sana! Hal ini bukan semata untuk melestarikan peninggalan sejarah, tapi juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Secuil Ide tentang Wisata Sejarah di Kota Bengkulu

Siapapun yang pelesiran ke Bengkulu pasti diajak ke tempat-tempat yang ada kisah Bung Karno. Kenapa tidak dikemas khusus, misalnya dengan bersepeda, seperti kebiasaan beliau?

Selain menarik, juga menyehatkan. Waktunya pagi atau sore, agar kecerahan kulit tetap terjaga. Jaraknya, kan, tidak terlalu jauh karena semua lokasi saling berdekatan.

Dalam perjalanan, wisatawan bisa menyapa warga serta mengenal landmark kota dan beberapa benda cagar budaya lainnya, seperti Makam Inggris, Makan Pangeran Sentot Alibasyah, Monumen Thomas Parr, dan Tugu Robert Hamilton. Lalu berhenti untuk belanja buah tangan di sentra oleh-oleh.

Supaya lebih menarik, dan mengulur waktu kunjungan, disiapkan juga agenda rutin yang mempertontonkan seni budaya Bengkulu di salah satu objek di atas. Setelah berkeliling, mereka bisa rehat sambil disuguhi pertunjukan lokal. Pulang-pulang, semoga ada kesan yang dibawa tentang Bengkulu.

Ada yang setuju?

4 Replies to “Memaksimalkan Pemanfaatan Objek Wisata Sejarah di Kota Bengkulu”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *