DIABETESI, TETAP BISA MAKAN ENAK, ASALKAN…

Ingat banget, waktu itu umur saya belum genap 30 tahun. Iseng-iseng ikutan tes gula darah gratis di kantor. Hasilnya, tertera angka 140, yang artinya tinggi. Kemudian ditambah beberapa indikasi yang mirip dengan apa yang diterangkan oleh tenaga kesehatan itu.

Alhasil, seharian itu mood saya nggak enak. Kebayang akibat yang harus ditanggung kalau sampai jadi diabetesi. Jangan sampai kena luka, bisa-bisa diamputasi. Itu yang melintas di pikiran saya.

Kebayang juga harus menghindari makanan enak kesukaan, seperti cake, mi, serta makanan penuh tepung, cokelat, dan krim lainnya. Tapi, demi masa depan yang sehat dan menyenangkan, tidak ada pilihan lain.

Siapa yang tahan dengan godaan ini

Menolak jadi Diabetesi, tapi…

Sejak hari itu, saya berusaha menghindari makanan manis, termasuk sumber karbohidrat. Maunya yang pahit-pahit. Kalau pesan lotek, yang biasanya nggak mau pakai daun pepaya, sekarang pakai, dan tanpa lontong. Terus, mencoba banyak gerak karena tidak punya kebiasaan olahraga.

Kalau nasi, mungkin bisa saya kurangi, tapi roti dan kue dengan isi atau topping cokelat, apalagi mi, semua itu jajanan favorit. Apalagi saya sering traveling, makannya sembarangan, asal kenyang dan murah.

Jujur, setelah tes di kantor itu saya tidak pernah cek ulang hasilnya. Tapi saya optimis dan bertekad mengembalikan keadaan ke kondisi normal. Pakai cara sendiri.

Saya nggak mau baca-baca soal diabetes karena khawatir bakal makin parno. Pokoknya saya berusaha mengurangi asupan makanan manis, tahan kantuk di bawah jam 12 siang, dan banyakin gerak.

Alhamdulillah, meskipun metodenya asal, rasanya badan saya baik-baik saja hari ini. Berat badan pun relatif normal dan stabil. Semakin berumur, semakin sadar bahwa kesehatan adalah prioritas.

Nasi putih sudah jarang dimakan, kecuali nasi padang atau lauk yang nikmatnya emang disantap dengan nasi. Hehehe… Saya juga punya jadwal rutin berolahraga, terlebih sejak pandemi yang mengharuskan tubuh punya imunitas kuat. Selain itu saya selalu berusaha mengonsumsi makanan bernutrisi, dan lebih banyak minum air putih. No more soda, .

Jujur, cara yang saya terapkan untuk mencegah diabetes ini tidak berdasar. Saya pun tidak mengontrol asupan kalori, apalagi mengonsumsi produk khusus bebas gula. Saya hanya mengandalkan insting dan logika awam. 

Mencegah dan Mengelola Diabetes selama Pandemi

Begitulah topik yang diangkat dalam Sun Life D-Talks yang dibagi dalam dua sesi, Zoom dan IG Live. Keduanya menghadirkan pembicara-pembicara keren, seperti dokter penyakit dalam, ahli nutrisi, dan publik figur yang meneerapakan gaya hidup sehat, serta seorang chef ternama.

Sesi pertama, Jumat sore, 27 November 2020. Webinar ini mengingatkan saya kembali ke masa-masa saya berusaha menurunkan kadar gula. Lucu dan benar-benar asal. Tapi yang penting kan, hasilnya. Hehehe…

Lengkapnya bisa nonton disini:

Obrolan tentang diabetesi

Seminar daring itu kembali menekankan tentang betapa pentingnya kesehatan, lebih-lebih di masa sekarang. Diabetes bisa menjadi penyakit penyerta (komorbid) bagi mereka yang terinfeksi covid-19. Ditambah kalau lalai menjaga kesehatan yang berakibat menurunnya imunitas tubuh.

Orang yang imunitasnya baik, seandainya terkena virus, virusnya tidak akan memiliki kesempatan untuk berkembang, sehingga terhindar dari penyakit. Sebaliknya, mereka yang imunitasnya rendah, akan sangat mudah sakit karena serangan virus.

Ada beberapa fakta dan mitos tentang diabetes dan penderita diabetes (diabetesi) yang juga disampaikan secara menyenangkan oleh narasumber. Salah satunya tentang pemanis. Tidak hanya gula pasir, ternyata semua jenis gula, seperti gula aren, madu, dan gula batu yang dianggap lebih alami, kalorinya hampir sama dengan gula putih. Jika dikonsumsi berlebih, dapat meningkatkan kadar gula darah.

Sebagai gantinya, teman-teman dapat menikmati makanan dan minuman bebas gula dan pemanis, seperti produk-produknya Tropicana Slim. Yup, Tropicana Slim itu bukan cuma gula, tapi ada juga sirup, kental manis, bahkan cookies.

Dalam sesi IG Live, 2 Desember 2020, saya juga mendapat pencerahan sedap dari Chef Marinka. Jadi, buat diabetesi atau buat kita-kita yang sedang mencoba mengonsumsi oatmeal sebagai pengganti nasi, supaya terasa enak, coba masaknya dengan kaldu. Informasi ini, terngiang terus di kepala saya.

Mengolah makanan untuk diabetesi

Saya merasa cukup beruntung karena sempat mengetahui potensi terserang diabetes. Tapi bagi yang merasa badannya baik-baik saja, ada baiknya melakukan pencegahan sebelum menyesal nantinya. Menurut Sun Life, ada 5 cara yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, yaitu:

  1. Menjaga berat badan ideal.
  2. Berolahraga rutin setiap minggu, mesikpun hanya sekitar 30 menit.
  3. Perbanyak makan sayurna hijau yang kaya antioksidan.
  4. Tidur cukup, 7-8 jam setiap malam.
  5. Memeriksa kadar gula secara teratur sebagai langkah antisipasi.

Sedangkan untuk mengelola diabetes, ada cara yang gampang diingat, yaitu A-B-C:

  • A (A1c hemoglobin): periksa kadar gula darah
  • B (blood pressure): periksa tekanan darah
  • C (cholesterol): periksa kadar kolesterol

Diabetesi harus tahu

Menjalankan gaya hidup sehat adalah pilihan mutlak saat ini. Tidak ada orang yang mau sakit, karena dalam masa pandemi ini ternyata juga menyebabkan orang enggan ke rumah sakit, meskipun terbukti sakit. Oleh sebab itu, mari sama-sama kita menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan. Demi masa depan yang menyenangkan.

Kalau saya, pengen tetap sehat supaya bisa traveling sampai tua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *