Tahun ini kali kedua saya hadir di Rainforest World Music Festival (RWMF) yang dimotori oleh Sarawak Tourism Board. Lokasinya masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, di Sarawak Cultural Village (SCV) atau Kampung Budaya Sarawak, sekitar 40 menit berkendara dari pusat kota Kuching.
Wajar saja kalau festival ini didapuk sebagai one of the best music festival di dunia. Keriaan yang berlangsung selama 3 hari 2 malam itu tidak hanya menyajikan pentas seni modern dan tradisional, tapi juga berbagai aktivitas menyenangkan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan umur.
Berikut beberapa keseruan yang sangat membekas di hati, dan berniat kembali ke Rainforest World Music Festival. Bersama kamu.
1. Diadakan pada akhir pekan
RWMF selalu berlangsung pada pertengahan Juli, hari Jumat – Minggu, saat urusan kantor libur sejenak. Tiket yang dijual dibagi dalam berbagai paket, ada yang harian dan terusan. Bisa beli perorangan, kolektif, dan ada juga paket keluarga.
Satu tahun sebelum acara berlangsung, jadwal untuk tahun berikutnya akan langsung diberitahu pada akhir acara, jadi bisa nabung dan langsung atur waktu agar bisa hadir di festival tahun depannya.
Fyi, lantaran akomodasi di sekitar lokasi rata-rata mahal dan penuh, kamu bisa bawa atau sewa tenda ke panitia, tapi mesti cepat-cepatan.
2. Memadukan seni modern dan tradisional
Acaranya dikemas dalam beberapa program, yaitu Performances, Mini sessions, Lifestyle and Wellness, Tutorials, dan Cultural Snippets. Tinggal dipilih, mau nonton atau berpartisipasi di sesi mana. Semuanya menghibur dan membuka wawasan.
Asyiknya, entah sebelum atau setelah musisinya tampil, selalu ada semacam workshop dengan mereka. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dan mendengarkan penjelasan mereka tentang alat musik atau seni yang dimainkannya.
Pun bagi mereka yang menampilkan seni budaya dengan kostum khusus, bisa dengan sangat mudah dijumpai di sepanjang venue. Setelah sesinya selesai kita bisa foto-foto sama mereka.
3. Venue yang menyerupai perkampungan
Festival musik ini diadakan di Sarawak Cultural Village atau Kampung Budaya Sarawak. Persis perkampungan, isinya bukan hanya lapangan luas yang diisi panggung tinggi ber-sound system, tapi sebuah kawasan yang lengkap dengan rumah-rumah.
Rumah-rumah tersebut adalah bangunan tradisional khas bangsa Sarawak, seperti Rumah Iban, Rumah Orang Ulu, Rumah Bidayuh, serta rumah panggung kayu lainnya. Di dalamnya kita bisa melihat berbagai peralatan rumah tangga serta hiasan dinding khas mereka.
Rumah-rumah itulah yang digunakan sebagai tempat acara, misalnya tutorial, pelatihan, dan pertunjukan yang mampu menampung keramaian. Terakhir, pastinya ada panggung besar di lapangan luas untuk penampilan puncak di malam hari.
Ketika kita pindah dari sesi satu ke sesi lainnya, berasa seperti keliling kampung karena tempatnya menyebar dan melewati jalan-jalan setapak. Bagi yang baru pertama kali datang, pasti agak bingung dan membutuhkan peta. Tapi tenang… petunjuk arahnya lengkap.
4. Menampilkan musisi dan seniman dari berbagai negara
Musisi yang tampil memiliki ciri khas masing-masing. Mereka musisi profesional dan tenar di negaranya walaupun nama-namanya asing di telinga awam. Karya-karyanya bisa kita intip lewat YouTube.
Mereka tidak hanya penyanyi, ada yang hanya memainkan alat musik, grup band, bahkan grup tari. Unsur uniknya bisa berupa instrumen tradisional dari negaranya masing-masing, melodi musik, skill bermain alat musik, atau penampilan di atas panggung. Apapun itu, yang penting asyik!
Lagu yang dibawakan pun terkadang menggunakan bahasa yang tidak semua orang paham. Tapi namanya musik, pendengar akan sangat gampang menikmatinya, apalagi beramai-ramai.
5. Ada program olahraganya
Program Lifestyle and Wellness biasanya berisi aktivitas fisik yang membuat berkeringat. Oleh sebab itu, penting banget datang ke sini dengan pakaian yang nyaman dan fleksibel agar nyaman dikenakan pada sesi apapun.
Pengunjung bisa ikutan yoga, tai chi, pilates, street dance, aerobik, kapoeira, atau aktivitas lain yang dimasukkan ke dalam program. Semuanya dibagi di hari berbeda selama 45 – 60 menit. Cukuplah buat seru-seruan dan membuat badan tetap bugar selama festival.
Nggak perlu ragu dan malu kalau baru pertama kali, justru di sini tempatnya belajar. Pun tidak perlu segan kalau datang terlambat, yang penting mencoba pengalaman baru Dan senang-senang.
6. Tersedia bazar dengan beragam pilihan
Namanya kampung, pasti ada pasar. Nah, bazar ini seperti pasar yang menempati beberapa sudut kawasan. Ada tenda-tenda makanan, gerai minuman, restoran, serta penjual barang kerajinan, suvenir, aksesori, dan produk fashion.
Nggak hanya soal mengisi perut dan cuci mata, pengunjung juga akan menemukan tenda pijat, spa kaki, gerai tato, henna, atau jasa lain yang menjadi partner penyelenggara.
7. Kampanye sadar lingkungan
Meskipun kesannya hura-hura, festival ini berusaha menyisipkan pesan layanan masyarakat. Tersedia banyak tempat sampah di dalam ‘kampung’. Semua yang datang diminta tidak sembarang membuang sisa makanannya, dan harus memilahnya.
Itu sebabnya, mungkin, tahun ini disediakan air minum isi ulang. Tujuannya untuk mengurangi sampah plastik dari botol air minum. Pengunjung memang dilarang membawa makanan dan minuman dari luar, tapi boleh bawa tumbler kosong.
RWMF bermitra dengan komunitas yang peduli akan isu lingkungan. Mereka menyediakan tempat sampah dengan memisahkan jenis sampah, untuk didaur ulang. Mereka siap membantu pengunjung yang bingung memisahkan sampahnya, serta tak segan memungut sampah yang tercecer di jalan. Nggak heran kalau kawasan ini selalu bersih.
8. Suasana asri dengan banyak pepohonan
Meskipun diharuskan membeli makanan dan minuman di dalam venue, menyantapnya bisa di mana saja. Mau di tempat yang jualan, sambil bersantai di tepi danau, atau sambil bentang tikar di lahan kosong, nggak masalah selama nggak bikin kotor.
SCV dikelilingi banyak pohon dan hutan. Asri dan enak buat malas-malasan, karena ada balai-balai, dan teras-teras rumah yang luas. Toilet juga banyak dan bersih. Bagi muslim, tersedia surau juga untuk salat.
Di sisi lain danau malah disediakan bean bag. Panitia mengerti banget bahwa ini non-stop festival, dari siang sampai malam, dan pengunjung butuh rehat di sela-sela pertunjukan.
Paling asyik, tuh, ketika senja menjelang. Keluar dari venue dan menyeberang ke Damai Beach untuk menikmati matahari terbenam yang membuat langit memerah.
9. Cocok untuk semua kalangan umur
Having fun is the only thing you need to do during RWMF. Festival musik satu ini memang dirancang buat semua umur, itu sebabnya ada tiket paket keluarga.
Ada playground buat anak-anak. Lahannya yang luas dan terbuka membuat mereka bebas lari-larian. Tahun ini jalurnya sudah disemen, jadi asyik buat membawa stroller atau yang mau pakai high heels (nggak disarankan, sih).
Seandainya mengajak oma-opa, mereka juga bisa menikmati acara dengan melihat-lihatĀ bazar, jajan, atau menyaksikan pertunjukan musik yang ringan di telinga.
10. Banyak objek foto, serta tersedia Free WiFi
Last but not least, festival ini sungguh memanjakan mata para fotografer dan penggiat media sosial yang getol berburu konten. Setiap jengkal SCV menyimpan sisi menggoda untuk ditangkap lensa kamera.
Bukan cuma artisnya yang menarik untuk dipotret, tapi juga pengunjungnya. Pakaian, dandanan, dan ekspresi mereka, adalah objek empuk para fotografer.
Tidak ada yang peduli siapa dan apa yang kamu kenakan. Selama tidak menimbulkan kegaduhan, semua bebas menikmati RWMF dengan caranya sendiri. Mau selfie atau bikin vlog, cuek aja.
Supaya dunia langsung tahu ngapain aja kamu di sini, tersedia internet gratis yang bisa diakses seharian. Langsung, deh, tuh, pamer kalau weekend kamu berfaedah banget.
Nggak rugi datang ke festival ini, baik sendirian atau bersama teman dan keluarga. Cobain, deh, sekali seumur hidup. Nih, ada tips buat first timer.
Sampai jumpa di RWMF tahun depan!
1 Reply to “10 Keseruan Rainforest World Music Festival di Sarawak, Malaysia”