Persiapan Ramadan Terbaik Yang Pernah Dilakukan

Persiapan Ramadan dengan mengaji

Keinginan lamaku, akhirnya dijawab Allah swt. Kebetulan, ada hubungannya dengan aktivitas yang coba aku rutinkan setiap bulan puasa, tapi merasa ada yang kurang. Namun, tahun ini, sepertinya Allah mempersiapkanku untuk menjalani ibadah Ramadan dengan lebih baik.

Persiapan Ramadan Yang Tertunda

Sebuah edaran dari petinggi organisasi tempatku bekerja, meminta agar semua pekerjanya yang beragama Islam, harus melek Al Qur’an. Perintah itu pun direspon cepat oleh atasanku.

Aku, sebenarnya merasa lancar membaca Al Qur’an. Namun, kepala kantorku merasa tidak bisa mengaji. Alhasil, beliau pingin serius belajar, sampai-sampai memanggil guru ngaji. 

Untungnya, beliau tidak egois. Pak kepala mengajak seluruh pegawai untuk ikut belajar. Banyak yang antusias, ternyata.

Aku pikir, ustaznya hanya datang sekali itu doang. Rupanya, belajar ngaji itu menjadi kegiatan rutin dua kali seminggu di kantor.

Teringat, aku dulu pernah terpikir ingin mencari guru ngaji. Bukan untuk mengajari ngaji lagi, tapi untuk memperbaiki cara baca Al Qur’anku.

Baru sekarang aku sadar, sebagai produk ajaran guru ngaji di masjid dekat rumah waktu masih kecil, ada banyak huruf yang keliru pengucapannya.

Begitu pula mengenai tajwid atau cara baca ayatnya. Dulu, memang sempat diajarkan, tapi lupa-lupa ingat. Jadi aku pingin belajar ulang, supaya makin mantap ngajinya.

Meskipun beberapa tahun belakang aku sering mengaji, khususnya selama Ramadan, pelafalanku, ya, begitu-begitu saja. Yang penting baca sesuai yang diketahui, dan tamat. Namun, ada yang mengganjal di hati.

Pucuk dicinta, mungkin karena memang niatnya baik, pasti direstui alam semesta. Akhirnya aku bisa mewujudkan keinginanku untuk memperbaiki cara mengajiku. Makin bersyukur lagi, itu menjadi urusan kantor, alias gratis.

Momennya pun klop, menjelang Ramadan. Dalam hati aku bergumam, inilah, mungkin, persiapan Ramadan terbaik yang pernah aku lakukan.

Belajar dari Iqra 1

Setiap Selasa dan Kamis pak ustaz datang ke kantor untuk mengajar hanya sekitar satu jam, dari jam 08.00 – 09.00 wib. Kami belajar dari dasar, Iqra 1.

Aku hanya tahu tentang metode itu, tapi tidak pernah praktik, karena ketika metode Iqra diterapkan, aku merasa sudah bisa mengaji.

Begitu pula kebanyakan orang-orang di kantorku. Mereka rata-rata adalah orang tua, bahkan ada yang telah memiliki cucu. Mereka sama sepertiku, bisa mengaji dari hasil metode belajar zaman dulu.

Beberapa huruf yang kami biasa ucapkan selama ini, ternyata banyak melesetnya. Satu persatu disuruh mengucapkan setiap huruf, lalu membaca potongan ayat yang memuat huruf yang sedang dipelajari.

Lucu dan konyol, sudah pasti, namanya belajar di kala tua. Selalu ada tawa di kelas, saat ada huruf yang agak susah penyebutannya, sehingga terdengar lucu di telinga.

Kita seolah diajak mengenal isi rongga mulut, karena setiap huruf memiliki proses pembentukan yang berbeda-beda, seperti huruf alif berasal dari tenggorokan bawah, huruf ta berasal dari ujung lidah yang menempel pada gigi seri atas, dan huruf ba yang berasal dari bibir yang dikatupkan.

Semua itu harus dihapal agar bacaan kita menjadi benar dan tepat. Pahalanya juga pasti lebih besar daripada sekadar membaca, kan.

Pernah, bacaan Qur’an lewat di laman Tiktok-ku. Aku simak baik-baik pengucapannya. Sama persis seperti yang aku pelajari di kelas. Makin kuat tekadku belajar.

Aku pingin bacaan Qur’anku lebih baik dari Ramadan sebelum-sebelumnya. Syukur-syukur, bisa konsisten meskipun Ramadan berlalu.

Curi Start Sebelum Ramadan

Menurut jadwal, semua huruf bakal selesai dibahas sebelum puasa dimulai. Namun, lantaran sadar diri bahwa kalau mulai mengajinya saat tanggal 1 Ramadan, belum tentu aku bisa khatam saat hari terakhir Ramadan.

Bukan cuma karena urusan kewanitaan yang menghentikan ritual ibadahku, tapi juga mengantisipasi godaan setan yang terkutuk yang kadang memberatkan badanku untuk membaca kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. itu.

Solusinya, aku harus mulai membaca Al Qur’an beberapa hari sebelum sidang isbat penentuan 1 Ramadan. Ketika hasilnya keluar, aku sudah menyelesaikan beberapa juz. Mudah-mudahan, bisa tamat sebelum lebaran.

persiapan Ramadan dengan belajar ngaji
Persiapan Ramadan dengan curi start membaca Al Qur’an sebelum Ramadan supaya bisa khatam

Persiapan Ramadan dengan mengaji agar bisa khatam sebelum lebaran itu sudah aku lakukan sejak beberapa tahun belakang. Pernah, sampai bulan Syawal lewat, belum juga khatam Qur’an. Lantaran tidak mau itu terulang, aku harus mulai mengajinya beberapa hari sebelum Ramadan.

Biasanya, aku mengaji setelah salat. Kalau lancar, satu hari bisa selesai satu atau dua juz. Tapi, ya, begitu, bacaannya masih pasti banyak yang salah.

Tahun ini, salah satu persiapan Ramadan yang aku lakukan bukan hanya colong start mengaji, tapi berusaha sebisa mungkin memperbaiki bacaannya dengan ikut belajar ngaji di kantor.

Sebagai qariah pemula, tidak mudah bagi lidahku meliuk-liuk seperti lidahnya pak ustad. Aku sadar masih banyak pengucapan yang salah. Tidak hanya karena belum terbiasa, tapi juga karena lupa cara pengucapannya.

Biarlah, yang penting niatku baik, pikirku. Allah maha tahu. Dengan rutin mengaji, aku berharap lidahku akan makin terbiasa. Semakin hari akan semakin baik.

Begitulah persiapan Ramadan yang aku lakukan tahun ini. Persiapan yang tidak disiapkan, sebenarnya. Namun aku ingin berpikir positif, bahwa ini adalah pertanda baik untuk ibadah Ramadanku tahun ini.

Bagaimana dengan persiapan Ramadan kalian, guys?

2 Replies to “Persiapan Ramadan Terbaik Yang Pernah Dilakukan”

  1. Wah keren banget ini Qoriah pemula, belajar dari Iqra 1 dan telaten banget meski cuma sama 1 jam ya huhu. Aamiin semoga kita bisa menjadi hamba yang lebih baik lagi ya ke depannya. Btw boleh minta tolong dong untuk mengganti logo KEB yang baru ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *