Ketika COVID-19 Usai, Ini Perubahan Kebiasaan Traveling yang mungkin Muncul

Tidak bisa dipungkiri, pandemi COVID-19 telah memporak-porandakan rencana liburan banyak orang. Coba lihat media sosial para pesohor yang kerap memamerkan foto keseruan jalan-jalannya langsung dari lokasi, sekarang feed mereka penuh dengan foto-foto bertagar throwback. Sekalinya nulis caption, isinya tentang kerinduan traveling.

Saya juga begitu. Saya terpaksa membatalkan penerbangan Maret kemarin. Padahal itu bakal jadi penutup misi saya mengunjungi semua negara di Asia Tenggara.

kebiasaan traveling yang bakal berubah usai pandemi COVID-19 nanti
Kira-kira, kebiasaan traveling apa yang bakal berubah usai pandemi COVID-19 nanti

Melihat fenomena ini, insting sebagai traveler pun tergelitik untuk menebak-nebak kebiasaan baru di dunia traveling yang mungkin muncul setelah pandemi ini berakhir.

1. Wajib vaksin

Sekarang kita semua jadi peduli dengan kesehatan. Berjemur di pagi hari, minum wedang jahe, olahraga, dan semua aktivitas sehat yang dulu sering diabaikan, sekarang menjadi trending topic. Bisa jadi nih, kalau selama ini hanya beberapa negara yang mengharuskan vaksin tertentu sebagai syarat masuk ke negaranya, nanti bisa-bisa semua negara mewajibkan bukti vaksin COVID-19 kepada semua turis.

2. Membawa masker, hand sanitizer, bahkan mungkin face shield

Sekarang, kalau flu tidak lagi dipandang sepele. Dari awal sudah diberitahu bahwa gejala awal virus corona ini mirip influenza, misalnya hidung beringus, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, dan demam. Pokonya badan terasa tidak enak. Tapi ini masih gejala ringan.

Kalau sudah mulai parah, maka diikuti dengan demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia, batuk berlendir, sesak napas, bahkan nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk. Keadaan ini bisa fatal apabila menyerang kelompok individu tertentu, contohnya orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan lansia. 

Bedanya dari flu biasa, virus flu ini menyebar nggak pandang bulu. Paham sih, penularannya melalui droplet atau percikan ludah akibat batuk dan bersin. Tapi nggak kebayang bakal separah ini efeknya. Itu sebabnya tameng wajah sangat dibutuhkan.

Gambaran penularannya nih, seandainya ada yang nggak nutup mulut padahal lagi flu di sekitar kita, berharaplah semburan batuk atau bersinnya nggak nempel, setidaknya di mukanya sendiri. Seandainya itu mengandung virus corona, lalu tanpa sadar dia menyentuh wajahnya, kemudian dia bersalaman atau memegang benda-benda di sekitarnya, bakal panjang ceritanya.

Nggak lama, benda yang dia sentuh tanpa sadar itu terpegang oleh orang lain. Terus tanpa sengaja orang ini garuk-garuk mukanya tanpa cuci tangan sebelumnya. Alhasil virus pun masuk ke tubuh. Iya kalau imunitasnya kuat, kalau sebaliknya?

Berawal dari satu orang, bisa merembet ke puluhan, bahkan ratusan manusia. Oleh sebab itu, sebagai bentuk antisipasi, semua harus melindungi diri, baik sebagai pihak yang sedang sakit atau yang khawatir terinfeksi. Penutup wajah, khususnya mulut, serta hand sanitizer, bakal menjadi benda wajib bawa ketika bepergian kemanapun, bahkan mungkin ketika sekadar keluar rumah.

Orang-orang pada jadi pembersih kini, rutin cuci tangan sebelum dan setelah memegang sesuatu. Buat yang ngakunya backpacker gembel, paling tidak harus rajin mencuci tangan ya, walaupun jarang mandi pas traveling.

3. Jaga jarak

Entah apakah ini bisa berlaku pada individu, tapi tempat-tempat publik mungkin akan diberi batasan dan berjarak. Misalnya susunan tempat duduk pada moda transpotasi umum dibuat jarang-jarang dengan ruang kaki yang lega.

Pesawat terbang yang biasanya mampu mengangkut ratusan orang, nanti bisa pilihan kursinya cuma jendela dan lorong. Terus di dalam kereta dan bus, nggak ada lagi yang namanya berdesak-desakan. Kalau memang begitu, semoga armadanya tersedia banyak.

Selain itu, mungkin bakal jarang ditemui tur dalam grup besar. Jumlah peserta dibatasi, bahkan mungkin lebih memilih tur privat bersama keluarga dan kenalan lama.

4. Serba higienis

Pasti sering kan ya, berseloroh bahwa sensasi lezat jajanan pinggir jalan itu terletak pada kejorokannya. Kalau nggak tempatnya, cara masaknya, atau malah pedagangnya.

Sebagai wisatawan, kita terkadang picky, maunya jajan enak, bersih, banyak, dan murah. Nanti, bisa jadi jadi nih, para pedagang kuliner pinggir jalan di seluruh dunia akan mengenakan masker, sarung tangan, serta mencuci bekas makan dengan sabun dan air mengalir supaya orang nggak ragu membeli dagangannya.

Itu di jalan. Di bandara, terminal atau stasiun, jangan-jangan, nanti selain tersedia jasa wrapping, calon penumpang juga membutuhkan jasa penyemprotan disinfektan untuk semua tas bawaannya.

Secara luas, semoga kebersihan menjadi kebutuhan utama. Selain peduli dengan kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan juga menjadi poin penting. Diharapkan tidak ada lagi sampah berserakan atau toilet pesing di berbagai spot wisata.

5. Serba digital

Mau nggak mau, kehadiran virus corona yang cara penyebarannya bikin kesal orang sejagad raya, memaksa manusia untuk segera beralih pada gaya hidup digital. Semua serba online dan virtual demi meminimalisir kontak fisik, baik dengan sesama manusia maupun antarmanusia dengan benda mati.

Setelah ini, mungkin nggak ada lagi yang namanya tiket dan boarding pass kertas. Semua serba elektronik, entah itu dengan kode QR, e-ticket, atau tap kartu yang bisa untuk semua jenis transaksi. Termasuk juga pengurusan dokumen perjalanan, semua form diisi dan dikirim online. Seandainya mesti wawancara, dilakukannya secara teleconference, kecuali ada tuntutan wajib hadir.

Secara perlahan, bidang kesehatan telah beradaptasi dengan metode ini. Contohnya Halodoc, aplikasi yang mempertemukan masyarakat dengan dokter tanpa harus bertatap muka.

Begitu masuk ke aplikasi atau laman situsnya, berjejer tuh, jenis layanan dan informasi kesehatan yang dibutuhkan. Jika menginginkan penjelasan atau diskusi langsung dengan dokter, tinggal pilih dokternya, terus konsultasilah lewat chatting.

Tentunya berbayar. Tapi terkadang ada promo gratisan, seperti pengalaman saya waktu pertama kali mencoba Halodoc. Posisi saya di Bengkulu, sementara dokternya, saya lupa ada di mana. Kami berkomunikasi melalui fitur chatting.

Nah, khusus di masa pandemi ini, tersedia layanan COVID-19. Pengunjung bisa tanya-tanya dulu kalau misalnya curiga tubuhnya mengidap gejala awal virus corona. Bagi yang penasaran rapid test, bisa buat janji dengan dokter di rumah sakit terdekat. Biayanya langsung tertera, sehingga nggak ragu buat berangkat.

Layanan COVID-19 di halodoc
Sekilas layanan COVID-19 di halodoc

6. Peduli asuransi perjalanan

Saya termasuk orang yang abai tentang asuransi perjalanan ini. Kalau itu bukan persyaratan, ya saya cuekin. Tapi pengalaman batal berangkat baru-baru ini mengajarkan saya untuk mulai memasukkan asuransi sebagai bekal perjalanan, khususnya ke luar negeri.

Beruntung saya belum berangkat, dan berhasil refund. Di luar sana ada banyak yang tekor karena batal terbang tanpa penggantian uang, atau yang terpaksa membeli tiket baru lantaran maskapai awal menghentikan penerbangannya. Belum seandainya terserang penyakit di luar negeri, biayanya bikin sakit hati kalau tanpa asuransi.

Mhm, gimana nih, teman-teman, apakah kamu siap menghadapi perubahan kebiasaan itu? Yakin ya, kita bisa traveling lagi setelah pandemi ini berakhir.

28 Replies to “Ketika COVID-19 Usai, Ini Perubahan Kebiasaan Traveling yang mungkin Muncul”

  1. mungkin karena bukan seorang traveler, hal-hal di atas tidak saya pikirkan sebelumnya. Menarik ya, jika itu benar-benar diberlakukan, hikmah Covid 19 bikin orang jadi makin menerapkan gaya hidup sehat.

  2. iya ya, kedepan tak ada lagi ruang seperti dulu yang tak berjarak, paling tidak 3 atau 4 tahun ke depan semua akan jaga jarak. Salam sehat deh untuk kita semua agar bisa melakukan kegiatan seperti biasa lagi

  3. Wajib vaksin n asuransi itu sy setuju bngt karena kita g pernah tau kota tujuan kayak apa

  4. Kecuali yang ke-2 dan ke-3, menurut saya malah bagus kalau perubahan-perubahan itu benar-benar berlaku.

    Kalau cuma masker masih okelah, tapi kalau ke pantai atau nonton bola ke stadion pakai face shield kayaknya lucu aja. 🙂

  5. Dampak positifnya, pas wabah begini orang jadi makin berperilaku sehat dan kreatif pas tinggal di rumah. Untung ada Halodoc, makin invatif, aplikasi dan website-nya bermanfaat banget. Rujukan buat pengetahuan kesehatan, bisa konsultasi langsung segala y buat janjian.

  6. Mungkin seperti vaksin meningitis aja kalau mau haji atau umroh itu kan karena dulu ada wabahnya nanti kalau sdh ditemukan vaksin corona covid-19 mungkin vaksin ini jadi wajib ya kalau jalan-jalan ke LN.. Aku jadi kangen jalan2 nih…hehe

  7. Sepertinya setelah pandemic ini, aku akan bawa masker dan handsanitizer saat traveling.. karena kita tak tau pasti apakah si virus beneran musnah atau sebenarnya masih ada.. sebab dia tak nampak sih….

  8. Sebagai petugas kesehatan yang berjuang di tengah covid 19, saya jadi mengambil pandangan positif sih. Akhirnya masyarakat sekarang beneran menerapkan PHBS alias Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang seharusnya sudah ada sejak 4 tahun belakangan

  9. Karena penularannya sangat cepat, dari satu orang ke orang lain. alangkah baiknya kita harus dapat melindungi diri kita agar tidak ikut terpapar virus corona ini.

    Dan betul sebaiknya sebagai bentuk antisipasi, kita harus dapat melindungi diri kita sendiri dengan menggunakan penutup mulut (masker), serta mencuci tangan secara rutin dengan hand sanitizer

  10. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Tapi kayaknya bakal makin ribet aturan kalau mau traveling setelah pandemi corona ini. Terutama yang wajib vaksin, tentunya bakal nambah list vaksin jika ingin traveling ke luar negeri.

  11. Nah selama ini banyak orang sering mengabaikan asuransi perjalanan. Padahal itu penting banget karena kita ngga tahu bahaya apa yg mungkin terjadi saat traveling

  12. Ketika Covid 19 Usai, orang jadi terbiasa hidup bersih. Setidaknya yang tadinya males cuci tangan, orang bakal rajin cuci tangan. Yang biasanya gak pernah ngantongin hand sanitizier jadi lebih suka bawa pembersih ini kemana-mana. Semoga semua semakin berubah ke arah positif

  13. Nah iya kayaknya ada pola yang berubah nanti dari para traveler setelah pandemi Corona. Mungkin mereka akan membawa hand sanitizer atau hand soap kemanapun. Lalu bawa masker juga.

  14. Unik memang ya , saya aja kalau suntuk jalan-jalan via digital sebab ada beberapa museum yang dibuka secara digital… Seru juga sih

  15. Wah itu pasti ga karu2an perasaannya ya Mba pas terpaksa ngebatalin traveling penutup tapi apa mau dikata lagi. Semoga setelah ini bisa melaksanakan yang tertunda

  16. bener ya Mbak, bisa jadi nanti kebiasaan selama Covid-19 ini bakalan terbawa hingga nanti. tapi jadi lebih baik sih, biar kita semua sadar akan pentingnya kesehatan dan traveling pun jadi makin nyaman ya 🙂

  17. Semoga nanti diganti dengan rencana2 yang lebih menakjubkan lagi ya kak pasca covid 19 ini, pasti traveling alan lebih berbeda dg memerhatikan keamanan dan serta melengkapi diri dengan asuransi perjalanan serta selalu cek opsi refund tiket

  18. Aku ajdi penasaran, negara manakah yg seharusnya dikunjungi mbak inda ini Maret lalu? Aku selalu suka baca kisah travelling mbak inda lho. Kayaknya enak aja gitu, ke luar negeri kayak ke pasar aja kurasa sakin seringnya bepergian

  19. sama mbak, akhir maret batal berangkat ke LN juga karena covid ini, sepertinya kedepannya orang-orang bakalan waspada diri juga nih, seperti jaga jarak dan hand sanitizer yang jarang dibawa sekalipun, bisa jadi akan dibawa serta
    halodoc ini aku cobain waktu covid udah dimana-mana, dokter langganan tutup, akhirnya temen nyaranin pakai halodoc, cukup membantu juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *