Akhirnya kesampaian juga solo traveling ke Timor Leste. September 2017, saya nekad ke Kupang dan melanjutkan perjalanan ke Dili, Timor Leste (Tiles). Jalur darat. Sebagai hadiah ulang tahun kepada diri sendiri.
Table of Contents
Traveling ke Timor Leste
Dari awal berangkat sampai akhirnya kembali, semua terasa mudah dan menyenangkan. Berikut, beberapa tips bagi teman-teman yang berminat solo backpacking ke Timor Leste.
Transportasi
a. Kupang – Dili – Kupang
Cara paling gampang traveling ke Timor Leste adalah naik pesawat terbang. Tapi hanya ada dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten, dan Bandara Ngurah Rai, Bali. Biaya jalur udara pasti jauh lebih mahal daripada jalur darat dari Kupang, Nusa Tenggara Timur, tapi waktunya jauh lebih efektif.
Saat itu saya menempuh jalan darat karena dana terbatas dan ingin menikmati sisi lain Pulau Timor yang baru pertama kali saya datangi. Saya memilih pergi dengan Travel Timor, lalu kembali dengan Travel Paradise dari Dili.
Biayanya Rp225.000 dari Kupang, dan $22 dari Dili. Perjalanan yang ditempuh sekitar 12 jam. Berangkatnya pagi, tibanya malam. Tapi pemandangannya sungguh khas timor. Taah cokelat dengan pohon-pohon meranggas, tapi biru lautnya sanggup membuat saya tersenyum di sepanjang jalan.
Kedua travel itu sama-sama memberikan sekotak kue sebagai pelayanannya. Bus dari Kupang atau dari Dili hanya akan mengantar penumpang sampai di perbatasan di Atambua, tempat pemeriksaan paspor kedua negara.
Supir lain dari perusahaan bus yang sama telah menunggu di pintu keluar. Tidak perlu bingung, karena mereka sudah memegang nama-nama penumpang, jadi tinggal dekati saja. Posisi duduk pun tetap sama.
Saya membeli tiket ke Dili, sehari sebelumnya, langsung di loket Travel Timor. Keesokan paginya dijemput di penginapan. Sementara di Dili, saya datang sendiri ke loketnya untuk membeli tiket, juga sehari sebelumnya.
Perjalanan dari Kupang ke perbatasan Indonesia – Timor Leste ditempuh selama kurang lebih sembilan jam. Sedangkan dari Dili ke perbatasan Timor Leste – Indonesia, hanya sekitar tiga jam. Namun, kalau mau lebih singkat, ada juga pesawat Kupang – Atambua, lalu lanjut naik bus ke Dili.
Harusnya, supir travel di Dili maupun di Kupang, mengantar penumpang ke alamat masing-masing. Tetapi karena supirnya tidak tahu posisi alamat yang saya tuju di Dili, lalu supir di Kupang malas mengantar karena alamat saya dianggapnya jauh, saya diturunkan di pool akhir, dan harus pulang sendiri naik kendaraan umum.
Di Dili, saya diturunkan di pinggir jalan yang katanya alamat saya ada di sekitar sana. Ternyata, saya mesti berkeliling dan dibantu warga lokal untuk menemukan penginapan yang telah saya pesan.
Sebelumnya saya sudah berkomunikasi dengan pihak hostel di Dili tentang bagaimana cara mencapai lokasi. Saya sampaikan alamatnya kepada supir, tapi dia tidak tahu tempatnya. Untunglah saya tahu patokan di mana harus turun, lalu mencari alamatnya sendiri.
Di Kupang, lebih parah. Supirnya tahu daerah tempat tinggal saya, tapi tidak mau mengantar dengan alasan jalur yang kami lalui berlawanan dengan alamat saya. Lebih dekat kalau dia langsung masuk loketnya dan beristirahat. Untung saya berkeras dan cemberut, sehingga dia menyuruh temannya mengantar saya pulang naik motor. Sebelas dua belas, entah malas atau memang tidak tahu daerahnya, saya malah dicarikan ojek di tengah perjalanan. Jadi kapok naik Paradise!
b. Di Dili (Timor Leste)
Ada taksi di Dili, tapi saya hanya mengandalkan angkot (mikrolet) dan kaki selama di sana. Bentuknya persis angkot di Indonesia, tapi banyak dekorasi dan ada musiknya. Ongkosnya hanya 25 cent, jauh – dekat. Cara berhentinya, penumpang mengetuk besi yang sengaja dipasang di langit-langit.
Kalau ingin ke daerah lain di Timor Leste, bisa naik bus atau travel. Ada juga kapal kalau ingin menyeberang pulau.
Akomodasi
Ada banyak hotel, tapi karena dananya minim, saya memilih hostel di Dili yang biaya per malamnya $14. Lokasinya strategis, dapat sarapan, punya mini resto, dan stafnya bersahabat.
Makanan
Banyak makanan Indonesia, seperti bakso dan gorengan di Dili. Tapi saya tidak mencobanya, karena tampilannya kurang menarik, dan ragu dengan dagingnya. Saat ke foodcourt di Timor Plaza yang merupakan satu-satunya mal di Dili, saya pun hanya melihat-lihat dan beli kopi, titipan kawan.
Untunglah tempat saya menginap juga merupakan mini resto yang menyajikan makanan dengan rasa yang cocok di lidah. Wajar sajam karena istri pemiliknya adalah muslim asal Indonesia. Dia mengaku, masakannya tidak menggunakan daging babi dan micin.
Saya selalu sarapan dan makan malam di sini. Harganya $1-$5 saja, tapi bagi tamu hostel selalu ada diskon. Kalau siang, saya ngebekal cemilan dan kurma dari Indonesia.
Btw, selama perjalanan Kupang – Dili – Kupang, bus akan berhenti satu kali di Rumah Makan… Padang.
Mata Uang
Timor Leste menggunakan dolar Amerika sebagai alat pembayaran, namun hanya sampai US$1 kertas. Transaksi di bawah US$1 berupa koin centavo. US$1 = 100 centavo.
Kalau ke Dili, sebaiknya sudah bawa dolar, karena agak susah menemukan tempat penukaran uang, kecuali di bandara, di perbatasan, dan di hotel.
Tempat Wisata
Pantai. Dili terkenal dengan pantainya yang berair biru dan jajaran bukit yang mengelilinginya. Salah satu spot favorit untuk menikmati pantai di Dili adalah di Cristo Rei. Di ujung bukit ini terdapat patung Yesus yang dianggap tertinggi kedua di dunia.
Untuk mencapai tempat ini cukup naik angkot. Lalu jalan kaki mengikuti anak tangga sampai ke bukit. Jalurnya semen, dan merupakan jalur salib karena di sepanjang jalan, ada pos-pos yang menampilkan gambar-gambar proses penyaliban.
Di sisi lain, di ujung bukit yang lain, ada gereja dan patung St. Joao Paulo II. Sama seperti Cristo Rei, patung ini juga menghadap ke lautan. Konon, kedua patung ini saling berhadapan dari masing-masing bukit.
Tidak banyak turis di Dili. Tiga hari di sana, saya lebih banyak bertemu warga lokal. Warga asing, kebanyakan pekerja, entah dari organisasi internasional atau dari kedutaan asing.
Saat sore, banyak warga yang jogging di tepi pantai sambil menunggu matahari terbit. Di pinggir pantai berjejer kantor perwakilan negara luar, kementerian, dan rumah-rumah mewah. Istana kepresidenan juga berada persis di seberang pantai.
Untuk membeli suvenir lokal, wisatawan bisa datang ke Tais Market. Di sini penuh dengan kios yang menjajakan kerajinan, seperti tenunan, t-shirt, tas, dan pernak-pernik warna-warni khas Timor Leste. Bisa juga ke Timorese Resistance Archive & Museum yang berisi tentang sejarah Timor Leste, karena ada toko cinderamata. Harga tiket masuknya hanya US$1.
Ada juga kawasan bernama Kampung Alor (Rua Campo Alor) yang dihuni oleh mayoritas muslim. Di sini ada Masjid An Nur yang lumayan megah. Di sekitarnya terdapat toko-toko kecil yang menjual pakaian dan kelontongan.
Bahasa
Bahasa lokal yang digunakan adalah Tetum. Tapi karena pengaruh Portugis masih lekat, Bahasa Portugis atau Portugal lazim terdengar di masyarakat. Hal ini terwakilkan oleh penggunaan nama-nama jalan dan nama-nama tempatnya.
Bahasa Inggis malah tidak banyak digunakan warga. Sedangkan Bahasa Indonesia, sepertinya sedikit-sedikit masih diingat oleh mereka.
Warga Lokal dan Suasana di Dili
Senyum. Selalu ada senyum di wajah warga yang saya jumpai di Dili. Kalau suasana kotanya, bisa dikatakan sepi, tapi angkotnya lumayan banyak.
Simcard
Sinyal internet susah di Dili. Ini saya ketahui dari pemilik hostel tempat saya menginap. Mau di manapun, termasuk di kantor-kantor, sinyalnya lelet. Lebih mudah pakai kuota internet dari telepon.
Oleh pihak hostel, saya dipinjamkan simcard yang pulsanya harus diisi sendiri, dan dikembalikan saat check-out. Tapi kalau mau beli simcard, harganya US$1.
Di hostel belum ada Wi-Fi. saya pun lebih memilih terputus dari dunia maya. Sempat coba menggunakan simcard yang pernah digunakan oleh tamu sebelumnya, karena katanya masih ada kuotanya, tapi ribet banget prosesnya. Akhirnya, sudahlah. Disconnected aja.
Cuaca
Panas. Dua hari keliling Dili, bekas gosongnya baru hilang setelah berminggu-minggu. Penting banget, memang, membawa tabir surya dan topi selama di sana.
Pun agar tidak dehidrasi, selalu bawa air minum kemana-mana. Satu botol ukuran 600 ml, masih kurang kalau kelilingnya seharian.
Imigrasi
Bus travel akan mengantar penumpang sampai depan pagar kantor imigrasi Indonesia di Mota Ain. Penumpang turun dengan membawa semua bawaannya.
Di sini sudah menunggu orang-orang yang menawarkan jasa mengisi Kartu Kedatangan dengan imbalan Rp10.000. Mending isi sendiri, karena tidak sulit. Siapkan saja alamat dan nomor kontak penginapan.
Lalu berjalan kaki sekitar lima menit (kalau nggak berhenti buat foto-foto) ke kantor imigrasi Timor Leste di Batu Gade. Pemegang paspor hijau dari Indonesia dikenakan Visa on Arrival seharga $30.
Saat itu masa berlaku visa untuk 30 hari. Namun sejak 2019, WNI sudah bebas visa ke Timor Leste!
Dulu, begitu tiba di gedung pemeriksaan paspor Tiles, pengunjung harus mengisi kartu kedatangan, lalu membayar VoA. Kemudian lapor ke petugas pemeriksa paspor. Terakhir, mengisi kartu lagi yang berisi tentang maksud kedatangan dan alamat selama di Tiles.
Begitupun sebaliknya, dari Dili penumpang turun di depan gerbang imigrasi. Lalu jalan kaki ke kantor imigrasi Indonesia. Bus travel dengan nama sama tapi beda nomor polis dan beda supir sudah menunggu di parkiran.
Udah bebas visa, nih. Jadi kapan traveling ke Timor Leste?
Mesti cerewet kitanya, mbak.
saya baru sampai niki niki
Penyakit orang kupang memang begitu, pemalas. Malanya saya suka kesal kalau harus tinggal di Kupang.
Saya yg orang Kupang sendiri baru pernah sampe atambua, mbaknya sudah sampe Dili. Hebattt 🙂
Keren mbak sudah sampai ke Dili. Bravo !
Suamiku pernah ke timor leste mba, pas daerah perbatasan aja sih. Baguuus katanya
Wah serem ya sopir angkot dan ojek di kupang. Harua berani ngeyel klo mereka ngeyel ya mbak haha. Btw dimana mana ada rumah makan padang hahaha mengindonesia bgt lah rumah makan padang ini
Rumah makan padang itu namanya “singgalang” lokasi jl raya niki2 desa tetaf.
Sopir2 dikupang tdk semua spt itu, cuma ada beberapa yg begitu,,, ya sama spt di jakarta.
Terimakasih sudah berkunjung ke tanah kami.
Semoga berkesan.
Tapi gak bikin jera, kok, Kak. 🙂
Suasana Dili tampak menyenangkan ya mba.. Sepi gitu kesannya.. Warganya juga murah senyum ya.. 🙂 Penasaran kalo pp naik pesawat ke sana berapa ya?
wah boleh ni dicatet kalo kapan2 mau kesana. makasi infonya yaa 🙂
Penasaran juga dengan Timor Leste ini. Sepertinya perjalanan ke sana seru ya!
Banget 🙂
Tapi kadang-kadang traveling tanpa internetan tuh asik banget. Jadi bisa lebih menikmati. Cuma ya suka gak tahan aja sama godaan pengen cepet upload 😀
jauh sekali udah jalan-jalan mbak relinda 😀
Sepi ya meski sudah cukup banyak bangunan moderen. Tapi yang penting aman kan mba?
Aman…
Wah bisa jalan darat ya mbaa..kotanya indah..
Bisa, tapi lama…
baru dengar kartu Voa apaan itu mbak boleh bdong bagin infonya
Visa on Arrival. Bayar Visa tapi di negara tujuan, bukan sebelum berangkat.
kalo wisata ke sana mata uangnya pake apa di negara itu yah?
Dolar Amerika.
Mbk boleh minta no contaknya saya pegen bget solo traveling ke timur Leste juga.
Kontak siapa, Kak? Kalo travel, tinggal Google. Akomodasi, tinggal klik link yang ada di artikel.
Saya juga pengen kesana, penasaran sama pantainya tapi ga berani sendirian hehehe
Suatu hari nanti mau ngikut mbak Linda jalan-jalan. Ke Dili lagi yok mbak!
Berarti ke Dili buat solo traveler cewek aman ya mbak. Noted nih.
Aman dan mudah, Nin.
Waaahhh bersihhh banget loh kak itu kelihatannya, suka deh!
Ruko2nya juga kelihatan rapi x)
Dan panttainya :’) da ma apa ku tuh….ga kuat! Paling suka emang sama scenery pantai2nya Indonesia bagian timur. Gersang tapi eksotis!
penasaran nih pengen ke Dili
ga seberapa mahal kayaknya
thanks share nya kak
Sy ada rencana ke tiles dlm waktu dekat, tp coba kontak timor travel blm nyambung aja mba, klo dr perbatasan ada taxi atau transportasi umum mba?
Makasih bantuannya mba
Beli on the spot aja. Selain Timor Travel, ada juga Paradise.
Kendaraan umum lain mungkin ada.Kalo taxi, entahlah. Dari perbatasan ke Kota Dili jauh banget soale.
kalau baca ini inget film judulnya Atambua, betapa ribetnya orang yang punya keluarga di Timor leste sedangkan dia tinggal di Dili. Tapi kayaknya nggak asing ya kalau main ke Timor, karena ya orangnya juga sama kayak kita cuma mereka melanesia
Hi hi..
Bertanya dong.. kalau mau naik bus travel menuju atambua itu, saya harus kemana dari bandara el-tari kupang? Namanya apa dan biayanya brp? Terima kasih
Tergantung mau naik apa, Kak. Seperti yang saya tulis di atas, saya ke loket Timor Travel.
Tanya dung
Budget lewat darat dr jkt ke kupang brp dan berapa lama perjln tsb mba … kpengen banget ktimor leste skalian cuti ahh ….
Makasih crita n infonya inspiratif bangettt
Kupang-Dili udh tahu, kan, lewat artikel? Yaaa, tinggal dikira-kira aja, kalau dari Jakarta jadi berapa jam. 🙂
Kak Inda,, aku nemu artikelmu gara2 nyari info soal panduan backpacking di Pulau Timor.
Eh, kebawa sampe Timor Timur nih. Ternyata seru juga travelling di sana. Aku keep as a note ah.
Thank you.
Semoga bermanfaat, yaaa.
sekarang udah bebas visa mbk
Lebih hemat lagi, dong, ya. Asyiiik.
bagi siapa yang ingin ke Timor Leste bija kontak aku…………ya
Hi… Ada yg tau berapa sewa mobil di dili, dan apa syarat bawa mobil rental dari kupang ke dili… Thx
gmn cara kontaknya..dan apa anda jasa travel?
Mungkin bisa di-google kalo nomor kontrak travelnya. Saya cuma pelancong.
Tulisannya bagus
Informasinya juga detail dan lengkap
Thanks share nya
Kak Linda, boleh share nama dan alamat hostelnya kah??
Ada di artikelnya. Cek dan klik link di bagian Akomodasi, ya.
Waaa inspiratif sekali mbak inda pengen ke baocao ke makam seroja nyari temen backpacker ke timor… Yuk yuk
Lagi nyari2 info ttg Dili, dan diarahin ke blog nya mba . Lagi pengen banget kesana nih mba. Tapi TD cek penerbangan skr cuma ada dari Bali ke Dili yaaa. Agak mahal, tapi sepertinya aku bakal tetep pake itu Krn ga terlalu kuat kalo harus pake travel car. . Mabokan anaknya…
Pengen banget ke Dili karena patung Cristo itu.. apalagi nomor 2 tertinggi kan. ❤️
Dari dulu aku tahunya, emang dari Bali. Pernah juga dari Surabaya. Bandaranya juga gak jauh dari kota, kok, Mbak. Aku ke sana juga karena patung itu. Habis itu, ke patung Yesus yang di Toraja.
Kak nama penginapan apa dan dimana lokasinya ? Terimakasih
Jika ada emailnya boleh juga hehehe
Ada di bagian akomodasi, sebenanrnya, tapi, kalau malas nyari, ada di artikel ini: https://livingindadream.com/hostel-di-timor-leste/
Btw, kabarnya, lokasinya udah pindah. Coba cek aja FB nya.